Perwakilan Xiaomi di Indonesia merespon tudingan yang ditujukan kepada perusahaan terkait pencurian data para penggunanya.
Tuduhan itu pertama kali dilayangkan oleh kantor berita Forbes. Berdasarkan data yang dihimpun dari dua perusahaan keamanaan siber AS, ponsel-ponsel Xiaomi bisa merekam data terkait riwayat website yang pernah dikunjungi hingga folder apa saja yang telah diakses.
Data-data yang dicuri itu nantinya dikirim ke server di Singapura dan Rusia menggunakan website yang terdaftar di Beijing, China.
Selain itu, laporan menunjukkan bahwa browser Xiaomi yang disematkan pada ponsel buatannya dapat mereka semua pencarian atau kata pencarian yang dimasukkan pengguna.
Perekaman itu dilakukan secara berkala oleh Mi Browser dan Mint browser, meski pengguna melakukan browsing menggunakan mode incognito (mode penyamaran, yang memungkinkan browser tidak menyimpan informasi dari riwayat website).
Country Manager Xiaomi Indonesia, Alvin Tse menyebut pihaknya mengumpulkan data pengguna dengan maksud untuk memperbaiki pengalaman pengguna dan memaksimalkan konten yang ada di dalam ponsel Xiaomi.
"Sepanjang periode selalu ada update untuk pengumpulan data dari semua elemen dan semua pembaharuan itu kami selalu memberikan informasi dan menjadi perhatian dari pengguna kami," kata Tse saat peluncuran Xiaomi Mi 10 secara virtual, Jumat (8/5).
"Jadi sebenarnya pengumpulan data ini awam, dalam artian untuk memperbaiki pengalaman pengguna, untuk memaksimalkan konten, dan memaksimalkan pengalaman juga," sambungnya.
Lebih lanjut kata Tse, sebelum Xiaomi mengumpulkan data tersebut, penggunakan akan disuguhkan dengan formulir Term and Conditions (Syarat dan Ketentuan). Ketika pengguna tidak men-check list kotak Terms and Conditions tersebut, perusahaan tidak akan mengambil data.
Namun jika pengguna menyetujui, maka ada dua hal penting yang bakal dilakukan Xiaomi yaitu data akan bersifat anonim dan dikumpulkan di komputasi awan serta terenkripsi.
"Ada dua hal utama yaitu data-data tersebut akan anomin, di mana tidak akan ada nama atau detail apapun. Yang kedua data yang dikumpulkan di cloud yang memiliki peraturan serta syarat dan ketentuan lalu sudah terenkripsi," jelas Tse.
Lalu perusahaan akan bersiap mengeluarkan sistem operasi antarmuka MIUI 12 yang mana bakal meningkatkan pengalaman proteksi atau perlindungan kepada pengguna. Sistem operasi ini diklaim salah satu yang paling tinggi di OS Android.
'Terbebas' Corona, Vietnam Hadapi Tantangan Pemulihan Ekonomi
Vietnam tengah menghadapi tantangan pemulihan ekonomi usai kebijakan lockdown untuk mencegah penyebaran wabah virus corona berakhir.
Kidong Park, perwakilan Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan ada konsekuensi ekonomi setelah pemerintah memutuskan mengakhiri lockdown pada 23 April 2020 lalu.
Melansir dari Guardian pada Kamis (7/5), bidang usaha jasa seperti bar dan karaoke di Vietnam masih tutup.
Sedangkan masa depan pertokoan, hotel dan restoran terlihat makin tidak pasti, terutama ketika tidak ada yang tahu kapan perbatasan akan dibuka kembali.
Padahal sektor pariwisata menyumbang sebanyak 6 persen dari total produk domestik bruto (PDB) negara tersebut.
Sebuah laporan yang diterbitkan Organisasi Buruh Internasional (ILO) bulan lalu menyebut setidaknya 10 juta orang kehilangan pekerjaan atau penurunan pendapatan.
IMF memprediksi angka pertumbuhan Vietnam hanya 2,7 persen. Ada penurunan tajam dibanding tahun lalu yakni di angka 7 persen.
Nguyen Van Trang, ekonom yang berbasis di Hanoi, menuturkan masa depan keuangan negara memang tampak tak menyenangkan.
Harus diakui, pembukaan kembali negara mengandung risiko internal tetapi Vietnam telah mulai memulihkan sektor manufaktur, jasa, dan ritel.
"Ketahanan internal sangat besar. Sebagian besar penduduk selamat melalui kesulitan selama perang, sehingga mereka dapat bangkit kembali dengan sangat cepat," kata Nguyen mengutip dari Guardian.