Sabtu, 09 Mei 2020

Didiek Hartantyo, Mantan Bankir yang Jadi 'Masinis' Baru KAI

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir merombak jajaran direksi PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI. Posisi Direktur Utama yang sebelumnya ditempati oleh Edi Sukmoro kini digantikan oleh Didiek Hartantyo.

Ia bukanlah orang baru di KAI. Didiek bergabung dengan perusahaan pelat merah itu pada 25 Januari 2016 lalu sebagai Direktur Keuangan.

Jauh sebelum itu, rupanya Didiek juga sempat mengecap karir di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Pada 2010 sampai 2011, dia mendapatkan jabatan sebagai Group Head Financial Institutions di bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu.


Kemudian, ia diangkat menjadi Group Head Corporate Banking II Bank Mandiri pada 2011 sampai 2016. Setelah itu, Didiek ditunjuk menjadi Direktur Keuangan di KAI.

Saat kuliah, Didiek menyelesaikan pendidikan S1 nya di Universitas Sebelas Maret pada 1985 silam. Tak puas sampai di situ, dia pun melanjutkan S2 di Daniel School of Business, University of Denver Amerika Serikat pada 1995.

Sementara itu, Erick juga merombak jabatan direksi lainnya. Ia memberhentikan Amrozi Hamidi dari jabatannya sebagai Direktur Perencanaan, Strategis dan Pengembangan Usaha, Dody Budiawan yang duduk di kursi Direktur Niaga dan Ruli Adi selaku Direktur SDM dan Umum.

Sebagai gantinya, kursi Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Usaha kini diisi oleh Jeffrie N Korompis. Erick juga mengangkat Rivan Achmad Purwantono untuk menduduki jabatan Direktur Keuangan, Maqin U Norhadi sebagai Direktur Niaga, dan Agung Yunanto sebagai Direktur SDM dan Umum.

Perombakan ini tertuang dalam Keputusan Menteri BUMN dalam SK-142/MBU/05/2020 tentang Pemberhentian, Pengalihan Tugas, dan Pengangkatan Anggota-Anggota Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT KAI.

AS Tuduh China Berkonspirasi dengan Rusia Soal Virus Corona

 Amerika Serikat (AS) pada Jumat (8/5) menuduh China dan Rusia meningkatkan kerja sama untuk menyebarkan narasi palsu atas pandemi virus corona dengan mengatakan Beijing semakin mengadopsi teknik yang diasah oleh Moskow.

Tuduhan diberikan tak lama setelah Presiden Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin membahas kerja sama penanggulangan penyebaran wabah virus corona.

Koordinator Pusat Keterlibatan Global Departemen Luar Negeri AS  Lea Gabrielle mengatakan konspirasi dua negara telah dilakukan sebelum pandemi corona.


"Bahkan sebelum krisis COVID-19, kami menduga ada koordinasi tertentu antara Rusia dan RRC untuk melakukan propaganda. Kerja sama semakin meningkat setelah pandemi," katanya seperti dikutip dari AFP, Sabtu (9/5).

Global Engagement Center sebelumnya mengatakan ribuan akun media sosial yang terhubung dengan Rusia telah menyebarkan konspirasi tentang pandemi. Konspirasi salah satunya berkaitan dengan tuduhan virus Corona diciptakan oleh Amerika Serikat (AS).

China juga membuat marah AS ketika seorang juru bicara kementerian luar negeri mentweet konspirasi soal keterlibatan militer AS dalam membawa virus ke Wuhan.

Kedua negara kemudian gencatan retorika informal pada akhir Maret setelah Presiden Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping berdialog.

Tapi gencatan tersebut tak berlangsung lama. Ketegangan kembali melonjak ketika Menteri Luar Negeri Mike Pompeo menyebut virus corona berasal dari laboratorium Wuhan.

'Terbebas' Corona, Vietnam Hadapi Tantangan Pemulihan Ekonomi

Vietnam tengah menghadapi tantangan pemulihan ekonomi usai kebijakan lockdown untuk mencegah penyebaran wabah virus corona berakhir.

Kidong Park, perwakilan Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan ada konsekuensi ekonomi setelah pemerintah memutuskan mengakhiri lockdown pada 23 April 2020 lalu.

Melansir dari Guardian pada Kamis (7/5), bidang usaha jasa seperti bar dan karaoke di Vietnam masih tutup.


Sedangkan masa depan pertokoan, hotel dan restoran terlihat makin tidak pasti, terutama ketika tidak ada yang tahu kapan perbatasan akan dibuka kembali.

Padahal sektor pariwisata menyumbang sebanyak 6 persen dari total produk domestik bruto (PDB) negara tersebut.

Sebuah laporan yang diterbitkan Organisasi Buruh Internasional (ILO) bulan lalu menyebut setidaknya 10 juta orang kehilangan pekerjaan atau penurunan pendapatan.

IMF memprediksi angka pertumbuhan Vietnam hanya 2,7 persen. Ada penurunan tajam dibanding tahun lalu yakni di angka 7 persen.

Nguyen Van Trang, ekonom yang berbasis di Hanoi, menuturkan masa depan keuangan negara memang tampak tak menyenangkan.

Harus diakui, pembukaan kembali negara mengandung risiko internal tetapi Vietnam telah mulai memulihkan sektor manufaktur, jasa, dan ritel.

"Ketahanan internal sangat besar. Sebagian besar penduduk selamat melalui kesulitan selama perang, sehingga mereka dapat bangkit kembali dengan sangat cepat," kata Nguyen mengutip dari Guardian.

Pada awal April 2020, pemerintah Vietnam mengumumkan pemberian paket bantuan untuk warga miskin senilai USD$2,5 miliar. Kelompok rentan akan menerima sebesar USD$76 (sekitar Rp1,1 juta) per minggu.

Selain itu di kota-kota besar dibangun ATM Beras dan 'toko nol dong' (dong merupakan mata uang Vietnam) untuk mendampingi mereka yang paling terdampak.

Salah satu yang paling terdampak adalah organisasi nonpemerintah (NGO).

Blue Dragon Children's Foundation, organisasi yang bergerak untuk anak jalanan di Hanoi dan penyelamatan korban perdagangan manusia dari China menghadapi penurunan donasi.

Skye Maconachie, direktur eksekutif organisasi, mengatakan krisis ini meningkatkan kelaparan dan makin banyak orang tidak memiliki tempat tinggal.

"Banyak anak dan keluarga yang bersama kami sudah berada dalam kemiskinan atau krisis, sehingga kini mereka mencapai titik puncak. Para pedagang manusia mengincar orang-orang yang rentan, sehingga kami memprediksi peningkatan jual beli manusia dan eksploitasi buruh dalam beberapa waktu ke depan," jelas Maconachie.

Meski demikian, Park memuji pemerintah yang responsif dalam menanggapi krisis. Vietnam mampu melawan corona. Negara ini pun tidak melaporkan kasus kematian.

Terakhir, 'hanya' sebanyak 271 kasus positif dan dalam dua minggu terakhir tidak ada laporan mengenai penularan.

Sebagai catatan, Vietnam menerapkan karantina dengan membuat puluhan ribu kamp-kamp bergaya militer dan prosedur pelacakan yang kuat.

Negara ini memiliki rasio uji per kasus tertinggi di dunia setelah menguji lebih dari 213ribu orang. Pemerintah pun gencar berkampanye termasuk kampanye cuci tangan dengan menggaet musisi setempat.

Akan tetapi, Park menekankan untuk tidak buru-buru bersantai.

"Perang melawan Covid-19 masih berlangsung dan gelombang selanjutnya selalu mungkin terjadi karena outbreak masih dilaporkan secara global. Vietnam sebaiknya tidak mengendurkan kewaspadaan," katanya.