Pabrikan pesawat Airbus tidak ketinggalan mengembangkan teknologi lawan virus Corona. Mereka membuat kamera pendeteksi COVID-19.
Airbus selama ini mengembangkan kamera pendeteksi bau yang sangat sensitif. Teknologi ini dikembangkan sejak 2017 dengan tujuan awal mengendus bau bahan peledak.
Diberitakan Daily Mail Inggris, yang dilihat Senin (11/5/2020) sensor yang inovatif menggunakan mikroprosesor yang dibuat dari sel biologis untuk mengidentifikasi kimia atau mikroba tertentu yang terbang di udara.
Teknologi ini juga sudah dipakai untuk mendeteksi kanker dan influenza. Oleh karena itu, tim pengembang mempertimbangkan kamera canggih ini untuk dipakai melawan pandemi virus Corona.
Tim tersebut adalah Koniku, sebuah start up neuroteknologi yang digandeng Airbus untuk bikin kamera pengendus. Founder dan CEO Koniku, Osh Agabi mengatakan pihaknya bersama Airbus sudah bekerja sama sejak 2017 mengembangkan solusi bioteknologi untuk mendeteksi kimia dan peledak di dalam pesawat atau bandara.
"Sekarang kita mengadaptasi pengembangan kami untuk memasukkan deteksi dan identifikasi ancaman biologi termasuk patogen seperti SARS-CoV-2. COVID-19 adalah ancaman besar dan tidak bisa disikapi biasa," kata Agabi.
Airbus mengatakan penerima pada sensor akan membunyikan alarm jika mendeteksi molekul tertentu. Sistem ini contactless, lebih cepat, lebih murah dan lebih bisa diandalkan daripada anjing pelacak.
"Teknologi ini punya respons cepat di bawah 10 detik dalam kondisi terbaik. Ini hasil yang luar biasa dan harapannya bisa berkembang seiring waktu," kata Julien Touzeau dari Airbus.
Kopi Biji Salak Bisa Mengandung Unsur Tidak Halal
Hasil olahan buah salak yang sudah dikenal masyarakat berupa keripik salak, manisan salak, dan sirup salak. Kini populer olahan berupa kopi biji salak.
Buah salak atau snake fruit merupakan salah satu jenis buah tropis yang populer di Asia Tenggara. Punya nama Latin Salacca zalacca dan merupakan keluarga palem. Kulitnya keras bersisik mirip ular tetapi punya daging buah renyah manis dengan aroma harum. Bijinya berwarna cokelat tua dan keras.
Biji salak ini tidak dibuang bersama kulitnya tetapi mulai dimanfaatkan menjadi kopi biji salak. Limbah biji salak di berbagai daerah penghasil salak di pulau Jawa mulai diolah menjadi produk bernilai ekonomi yaitu kopi biji salak.
Kopi biji salak adalah biji salak yang diolah sama persis seperti pengolahan biji kopi menjadi kopi bubuk dan tidak dilakukan pencampuran dengan kopi. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa proses pengolahan kopi biji salak dilakukan pada skala UMKM.
Beberapa tahapan proses diperlukan untuk mengolah biji salak menjadi kopi biji salak yang bermutu. Pertama, biji salak dipisahkan dari buah salak, dicuci, dan dipotong menjadi 2 atau 4 bagian.
Kemudian, potongan biji salak dijemur di bawah sinar matahari ataupun dengan bantuan alat pengering sampai kadar air 10-12%. Setelahnya, biji salak yang sudah kering disangrai di atas wajan sampai matang dan tidak sampai gosong.
Biji salak sangrai yang dihasilkan langsung digiling dan diayak. Lalu, dilanjutkan dengan proses pengemasan untuk meningkatkan umur simpan kopi biji salak.
Kopi biji salak yang dihasilkan memiliki aroma yang mirip dengan kopi, namun rasa yang dihasilkan masih terdeteksi rasa khas salak. Selain itu, uji laboratorium menunjukkan kopi biji salak tidak mengandung kafein sehingga aman dikonsumsi bagi konsumen yang sensitif terhadap kafein.
Dimana potensi tidak halalnya pada produk kopi biji salak?
Secara substansial, biji salak termasuk bahan nabati yang termasuk dalam kategori positive list atau bahan yang sudah pasti halal. Namun perlu dicermati pada fasilitas produksi yang digunakan dan proses pencucian.