Rabu, 13 Mei 2020

Twitter Bakal Tandai Cuitan Menyesatkan Terkait Covid-19

Layanan media sosial popular, Twitter memutuskan akan memberikan tanda atau label terhadap cuitan yang mengandung unsur hoaks atau misinformasi terkait virus corona SARS-Cov-2 (Covid-19).

Pelabelan cuitan tidak pandang bulu, perusahaan yang digawangi Jack Dorsey ini juga tidak akan segan-segan menandai cuitan Presiden Amerika Serikat Donald Trump jika terbukti menyebarkan hoaks.

"Awal tahun ini, kami memperkenalkan fitur label untuk cuitan yang mengandung unsur manipulatif. Label juga akan disematkan terhadap informasi Covid-19 yang berpotensi membahayakan dan menyesatkan. Selain itu, label akan disematkan kepada siapa saja termasuk para pemimpin dunia," kata Tim Product Twitter lewat laman resmi.


"Label-label ini akan terhubung ke sumber terpercaya yang berisi informasi tambahan terkait klaim yang dibuat," lanjutnya di blog Twitter.

Lebih lanjut Twitter mengatakan pihaknya telah mengerahkan tim yang secara proaktif memantau konten terkait Covid-19 lewat sistem internal perusahaan. Sistem ini diklaim dapat mendeteksi konten dengan visibilitas tingkat tinggi.

Selain itu, perusahaan juga bekerja sama dengan pihak ketiga untuk mengidentifikasi tiap cuitan yang beredar di platform mereka.

Sebelum pandemi virus corona baru terjadi, Twitter sempat menandai cuitan yang berisi video mantan Wakil Presiden AS Joe Biden yang telah diedit lalu di-retweet oleh Trump, seperti dikutip CNN.

Terkait Donald Trump, presiden AS ke-45 ini sempat menjadi buah bibir karena dianggap mengeluarkan pernyataan keliru soal disinfektan. Sebab, ia mengatakan dengan menyuntikkan disinfektan kepada tubuh manusia, bisa melawan virus corona (Covid-19).

Kala itu, Trump menyatakan disinfektan bisa melawan virus hanya dalam waktu satu menit.

"Apakah ada yang bisa kita lakukan untuk seperti itu, dengan menyuntikkan (disinfektan) ke dalam atau membersihkannya?" kata Trump saat konferensi pers dengan para ilmuwan pemerintah di Gedung Putih pada 23 April lalu.

Saat reaksi mulai memanas, Trump buru-buru menyatakan bahwa pernyataannya itu hanya sarkasme belaka.

"Saya mengajukan pertanyaan sarkasme kepada wartawan seperti Anda (wartawan), hanya untuk melihat apa yang akan terjadi," ujarnya.

Cara Cairkan Saldo Kartu Prakerja di Ovo, LinkAja, Gopay

Pemerintah mengklaim insentif program kartu prakerja sebesar Rp195,2 miliar telah cair. Insentif itu mengalir ke uang elektronik (e-money) 360.650 peserta program gelombang pertama dan kedua. Ini artinya, peserta kartu prakerja gelombang pertama dan kedua sudah dapat menggunakan insentif bulan pertama mereka sebesar Rp600 ribu.

Namun bagaimana cara mencairkan dana program kartu prakerja ke dari rekening e-money yang didaftarkan? Berikut panduannya.

Pertama, pastikan peserta telah menyelesaikan pelatihan pertama dan mendapatkan sertifikat pelatihan.


Jika saldo di dashboard akun peserta telah dinyatakan terisi sesuai dengan insentif per bulan, yaitu Rp600 ribu, peserta dapat mengikuti instruksi sesuai dengan ketentuan masing-masing e-money yang digunakan.

LinkAja

Untuk peserta yang menggunakan jasa LinkAja, dana akan otomatis ditransferkan ke nomor e-wallet yang didaftarkan pada tahap registrasi program kartu prakerja. Nyalakan notifikasi aplikasi Anda untuk mendapatkan informasi uang dari aplikasi ponsel.

Insentif masuk dapat langsung digunakan untuk membayar tagihan yang terhubung di aplikasi LinkAja, seperti tagihan listrik, pembelian paket internet, dan keperluan belanja lainnya.

Sementara, untuk mereka yang ingin mencairkan secara tunai dapat melakukan transfer ke rekening bank masing-masing. Caranya, pilih menu 'kirim ulang' pada aplikasi LinkAja dan pilih 'transfer ke rekening bank'. Peserta tinggal mengisi data sesuai bank yang dituju.

Jika bank yang dituju bukan salah satu dari bank pelat merah, seperti Bank Mandiri, BNI, BRI, dan BTN, maka transaksi akan dikenakan biaya sebesar Rp6.500.

Mahasiswa UI Buat Drone Untuk Bubarkan Massa Kala PSBB Corona

 Mahasiswa lintas fakultas Universitas Indonesia (UI) membuat inovasi berupa prototipe Pesawat Tanpa Awak bernama Hybrid Quadplane UAV, yang dapat membantu pemerintah dalam mengawasi penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk memutus rantai penularan virus corona Covid-19. 

Hybrid Quadplane UAV adalah sebuah wahana Unmanned-aircraft Vehicle System (UAV) atau pesawat tanpa awak yang mengkombinasikan antara pesawat fixed wing dan multicopter.

Kombinasi tersebut membuat Quadplane lebih efisien daripada fixed wing dan multicopter pada umumnya. Alat ini memiliki kemampuan vertical take off and landing dan cakupan jangkauan yang luas secara bersamaan, sehingga sangat cocok diterapkan di manapun, karena tidak memerlukan landasan pacu.

Ketua Tim Adam Sultansyah menuturkan Quadplane ini dapat melakukan video monitoring secara real time untuk mendeteksi kerumunan orang kala PSBB.


"Setelah melihat pelanggaran kerumunan lebih dari lima orang, alat ini akan mengeluarkan suara imbauan agar segera membubarkan diri," kata Adam lewat keterangan tertulis yang diterima redaksi, Selasa (12/5).

Quadplane yang akan diproduksi memiliki keunggulan dibandingkan dengan drone pada umumnya karena dapat bekerja secara autonomous dengan meminimalkan peran manusia dalam kerjanya.

Pesawat tanpa awak ini hanya membutuhkan pemasangan baterai dan penentuan jalur Quadplane yang akan dilalui. Alat ini diestimasi akan mampu terbang dengan radius 1km x 1km dengan jam terbang 20 hingga 30 menit sekali pakai.

Berkat inovasinya, Hybrid Quadplane UAV terpilih menjadi salah satu proyek dalam ajang "COVID-19 INA IDEAthon" yang mendapatkan pendanaan dari RISTEK-BRIN.

Ada 5590 proposal ide yang masuk ke panitia, dan hanya 17 tim yang terpilih setelah melalui seleksi ketat dan presentasi di depan para reviewer nasional. Salah satunya adalah tim mahasiswa UI tersebut. Tahap pengerjaan akan berlangsung selama 4 hingga 5 bulan ke depan.

Tim mahasiswa tersebut terdiri atas tujuh orang mahasiswa UI atas nama Adam Sultansyah (Fakultas Teknik UI), Ardi Ferdyhana (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UI), Cindy R. Muffidah (Fakultas Psikologi UI), Kevin Yosral (FTUI), Lendi Larici (FMIPA UI), Muhamad Naufal Rianidjar (FTUI), dan Viliasio Sirait (FTUI).

Twitter Bakal Tandai Cuitan Menyesatkan Terkait Covid-19

Layanan media sosial popular, Twitter memutuskan akan memberikan tanda atau label terhadap cuitan yang mengandung unsur hoaks atau misinformasi terkait virus corona SARS-Cov-2 (Covid-19).

Pelabelan cuitan tidak pandang bulu, perusahaan yang digawangi Jack Dorsey ini juga tidak akan segan-segan menandai cuitan Presiden Amerika Serikat Donald Trump jika terbukti menyebarkan hoaks.

"Awal tahun ini, kami memperkenalkan fitur label untuk cuitan yang mengandung unsur manipulatif. Label juga akan disematkan terhadap informasi Covid-19 yang berpotensi membahayakan dan menyesatkan. Selain itu, label akan disematkan kepada siapa saja termasuk para pemimpin dunia," kata Tim Product Twitter lewat laman resmi.


"Label-label ini akan terhubung ke sumber terpercaya yang berisi informasi tambahan terkait klaim yang dibuat," lanjutnya di blog Twitter.

Lebih lanjut Twitter mengatakan pihaknya telah mengerahkan tim yang secara proaktif memantau konten terkait Covid-19 lewat sistem internal perusahaan. Sistem ini diklaim dapat mendeteksi konten dengan visibilitas tingkat tinggi.

Selain itu, perusahaan juga bekerja sama dengan pihak ketiga untuk mengidentifikasi tiap cuitan yang beredar di platform mereka.

Sebelum pandemi virus corona baru terjadi, Twitter sempat menandai cuitan yang berisi video mantan Wakil Presiden AS Joe Biden yang telah diedit lalu di-retweet oleh Trump, seperti dikutip CNN.

Terkait Donald Trump, presiden AS ke-45 ini sempat menjadi buah bibir karena dianggap mengeluarkan pernyataan keliru soal disinfektan. Sebab, ia mengatakan dengan menyuntikkan disinfektan kepada tubuh manusia, bisa melawan virus corona (Covid-19).

Kala itu, Trump menyatakan disinfektan bisa melawan virus hanya dalam waktu satu menit.

"Apakah ada yang bisa kita lakukan untuk seperti itu, dengan menyuntikkan (disinfektan) ke dalam atau membersihkannya?" kata Trump saat konferensi pers dengan para ilmuwan pemerintah di Gedung Putih pada 23 April lalu.

Saat reaksi mulai memanas, Trump buru-buru menyatakan bahwa pernyataannya itu hanya sarkasme belaka.

"Saya mengajukan pertanyaan sarkasme kepada wartawan seperti Anda (wartawan), hanya untuk melihat apa yang akan terjadi," ujarnya.