Seorang wanita 103 tahun di Iran dinyatakan sembuh setelah terinfeksi virus corona COVID-19. Kabar baik ini muncul di tengah anggapan bahwa lansia paling rentan mengalami dampak fatal COVID-19.
Wanita yang tidak disebutkan namanya ini dirawat di sebuah rumah sakit di pusat kota Semnan selama sepekan.
"Pulang setelah sembuh total," kata kepala Senman University of Medical Sciences, Navid Danayi, dikutip dari IRNA melalui France24, Senin (23/22/2020).
Ini bukan kali pertama seorang lansia dinyatakan sembuh dari virus corona. Sebelumnya, seorang pria dari Kerman di wilayah tenggara Iran, juga dinyatakan sembuh dari virus tersebut.
Setelah sakit selama 3 hari, pria tersebut dinyatakan sembuh meski memiliki kondisi penyerta berupa tekanan darah tinggi atau hipertensi serta asma.
Tidak disebutkan bagaimana kedua lansia ini menjalani perawatan dan pengobatan.
Broadcast Penyemprotan Racun Corona di Malam Hari Dipastikan Cuma Hoax
Sepanjang Minggu (22/3/2020), warga diresahkan oleh pesan berantai yang menyebut akan ada penyemprotan racun corona pada malam hari. Jika ada jemuran di luar rumah, diimbau untuk diangkat dan dibawa masuk. Hoax!
Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona COVID-19, Ahmad Yurianto, memastikan kabar tersebut adalah hoax. Ia mendukung bila pihak yang menyebarkan kabar bohong yang meresahkan ini ditangkap.
"Itu sudah jelas-jelas hoax," kata jubir pemerintah untuk penanganan COVID-19, Achmad Yurianto, saat dimintai konfirmasi detikcom, Minggu (22/3/2020).
Berikut pesan hoax yang beredar di WAG:
Pemberitahuan bahwasannya nanti mlm pada pukul 23.00 wib agar kita tidak ada yg keluar rumah,jika ad menjemur pakaian atau makanan segera diangkat dibawa masuk,karena mulai pukul 23.00 wib akan ada penyemprotan racun untuk virus corona dari malaysia dan singapore melalui udara,bila besok pagi hujan jgn keluar rumah dulu sampai hujan berhenti..mohon beritahukan kepada keluarga,sahabat atau tetangga bapak ibu sekalian. Trima kasih
Catatan: Artikel asli bisa disimak DI SINI.
Tak untuk Semua, Hanya Kelompok Ini yang Bisa Screening Massal Corona
Pemerintah memastikan sudah ada 150 ribu kit atau alat untuk rapid test virus corona COVID-19. Namun ditegaskan, tidak semua orang akan menjalani screening massal.
Hal ini ditegaskan oleh judu bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19, Ahmad Yurianto, dalam konferensi pers Minggu (22/3/2020).
"Melakukan screening test pemeriksaan secara massal pada kelompok-kelompok berisiko, sebagai contoh manakala ada kasus positif yang dirawat di rumah sakit, kami akan melakukan penelusuran terhadap keluarganya dan seluruh keluarganya akan dilakukan screening test," kata Yuri.
Selain keluarga, kontak dekat pasien positif termasuk rekan kerja juga dikategorikan sebagai kelompok berisiko yang juga membutuhkan tes screening.
Rapid test atau tes cepat dilakukan dengan alat tes berbasis antibodi. Alat ini memiliki kelemahan karena tidak benar-benar mendeteksi keberadaan virus, melainkan mendeteksi respons serologi. Ketika seseorang terinfeksi, tubuh akan membentuk antibodi yang bisa dideteksi dengan alat ini.
Karenanya, ditegaskan bahwa hasil tes negatif tidak serta merta berarti seseorang bebas dari virus corona. Bisa jadi kondisi tersebut merupakan 'false negative', yakni tampak negatif karena tubuh belum membentuk antibodi.
"Apabila ditemukan kasus negatif, maka kami akan meminta untuk tetap melakukan social distancing," tegas Yuri.
Baca juga: Rapid Test Corona Tak untuk Semua Orang, Siapa Saja yang Bisa Dites?
Apabila dalam rapid test seseorang mendapatkan mendapatkan hasil negatif, maka selain harus melakukan social distancing juga harus menjalani rapid test kedua setelah 7 hari. Pada saat tes ulang tersebut, jika memang positif, maka respons antibodi sudah muncul.
"Apabila 2 kali dilakukan pemeriksaan dan ternyata tetap negatif, kisa bisa meyakini bahwa saat ini sedang tidak terinfeksi. Tetapi bisa besoknya terinfeksi manakala upaya untuk kontak dekat tidak dijalankan, upaya untuk melakukan isolasi diri dari orang lain yang positif tidak dijalankan dengan baik," jelas Yuri.
Selanjutnya, pemerintah menargetkan ada 1 juta kit untuk penapisan massal virus corona pada kelompok berisiko.