Selasa, 19 Mei 2020

Tak untuk Semua, Hanya Kelompok Ini yang Bisa Screening Massal Corona

Pemerintah memastikan sudah ada 150 ribu kit atau alat untuk rapid test virus corona COVID-19. Namun ditegaskan, tidak semua orang akan menjalani screening massal.
Hal ini ditegaskan oleh judu bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19, Ahmad Yurianto, dalam konferensi pers Minggu (22/3/2020).

"Melakukan screening test pemeriksaan secara massal pada kelompok-kelompok berisiko, sebagai contoh manakala ada kasus positif yang dirawat di rumah sakit, kami akan melakukan penelusuran terhadap keluarganya dan seluruh keluarganya akan dilakukan screening test," kata Yuri.

Selain keluarga, kontak dekat pasien positif termasuk rekan kerja juga dikategorikan sebagai kelompok berisiko yang juga membutuhkan tes screening.

Rapid test atau tes cepat dilakukan dengan alat tes berbasis antibodi. Alat ini memiliki kelemahan karena tidak benar-benar mendeteksi keberadaan virus, melainkan mendeteksi respons serologi. Ketika seseorang terinfeksi, tubuh akan membentuk antibodi yang bisa dideteksi dengan alat ini.

Karenanya, ditegaskan bahwa hasil tes negatif tidak serta merta berarti seseorang bebas dari virus corona. Bisa jadi kondisi tersebut merupakan 'false negative', yakni tampak negatif karena tubuh belum membentuk antibodi.

"Apabila ditemukan kasus negatif, maka kami akan meminta untuk tetap melakukan social distancing," tegas Yuri.

Apabila dalam rapid test seseorang mendapatkan mendapatkan hasil negatif, maka selain harus melakukan social distancing juga harus menjalani rapid test kedua setelah 7 hari. Pada saat tes ulang tersebut, jika memang positif, maka respons antibodi sudah muncul.

"Apabila 2 kali dilakukan pemeriksaan dan ternyata tetap negatif, kisa bisa meyakini bahwa saat ini sedang tidak terinfeksi. Tetapi bisa besoknya terinfeksi manakala upaya untuk kontak dekat tidak dijalankan, upaya untuk melakukan isolasi diri dari orang lain yang positif tidak dijalankan dengan baik," jelas Yuri.

Selanjutnya, pemerintah menargetkan ada 1 juta kit untuk penapisan massal virus corona pada kelompok berisiko.

5 Makanan yang Sebaiknya Dihindari demi Kesehatan Kulit

Kulit merupakan salah satu bagian yang paling penting di tubuh. Faktanya, kulit adalah bagian yang paling besar yang dilihat oleh semua orang.
Keadaan tubuh akan jelas tercermin dari kulit. Jadi ketika kamu makan makanan yang tidak sehat dan kurang tidur, kulitmu akan langsung terlihat kusam.

Di sisi lain, ketika kamu makan makanan sehat, olahraga cukup dan istiahat cukup, maka kulit secara otomatis akan bersinar dan menunjukkan bahwa kamu sehat secara internal.

Di bawah ini beberapa daftar makanan yang tidak sehat untuk kulitmu yang akan membuatnya terlihat buruk dan seperti bermasalah, dikutip dari Mag For Women.

1. Makanan olahan
Makanan kaleng memang mempermudah kita untuk memasak makanan. Namun, sudah saatnya kamu menyadari bahwa sebagian besar makanan olahan mengandung zat aditif dan pengawet dengan jumlah tinggi, yang bisa meningkatkan kadar gula dalam tubuh dan menyebabkan hormon menghasilkan lebih banyak minyak, sehingga menyebabkan jerawat muncul.

Bahkan, jika makanan yang kamu iawetkan juga akan dapat membuat kulit kita tampak kusam dan tidak bernyawa karena kekurangan nutrisi di dalamnya.

2. Kafein
Meskipun banyak orang mengatakan bahwa minum kopi pada pagi hari dapat mengurangi mata bengkak dan membuat merasa segar. Namun, ternyata mengkonsumsi kafein setiap hari sebenarnya bukanlah hal yang baik untuk kulitmu.

Hal ini membuat kulitmu menjadi kering. Bahkan lebih dari itu, membuat kulitmu terlihat sangat kusam dan seperti tidak segar.

3. Gula
Mengkonsumsi terlalu banyak gula dapat menyebabkan keseimbangan tubuh menjadi rusak dan munculnya jerawat pada kulit.

Kamu harus mengurangi mengkonsumsi gula jika ingin kulit terlihat bagus. Jika kamu menyukai manis, maka gantilah gula dengan bahan alami seperti buah-buahan, kurma, jus, air kelapa, dan lainnya.

Broadcast Penyemprotan Racun Corona di Malam Hari Dipastikan Cuma Hoax

Sepanjang Minggu (22/3/2020), warga diresahkan oleh pesan berantai yang menyebut akan ada penyemprotan racun corona pada malam hari. Jika ada jemuran di luar rumah, diimbau untuk diangkat dan dibawa masuk. Hoax!
Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona COVID-19, Ahmad Yurianto, memastikan kabar tersebut adalah hoax. Ia mendukung bila pihak yang menyebarkan kabar bohong yang meresahkan ini ditangkap.

"Itu sudah jelas-jelas hoax," kata jubir pemerintah untuk penanganan COVID-19, Achmad Yurianto, saat dimintai konfirmasi detikcom, Minggu (22/3/2020).

Berikut pesan hoax yang beredar di WAG:
Pemberitahuan bahwasannya nanti mlm pada pukul 23.00 wib agar kita tidak ada yg keluar rumah,jika ad menjemur pakaian atau makanan segera diangkat dibawa masuk,karena mulai pukul 23.00 wib akan ada penyemprotan racun untuk virus corona dari malaysia dan singapore melalui udara,bila besok pagi hujan jgn keluar rumah dulu sampai hujan berhenti..mohon beritahukan kepada keluarga,sahabat atau tetangga bapak ibu sekalian. Trima kasih

Catatan: Artikel asli bisa disimak DI SINI.

Tak untuk Semua, Hanya Kelompok Ini yang Bisa Screening Massal Corona

Pemerintah memastikan sudah ada 150 ribu kit atau alat untuk rapid test virus corona COVID-19. Namun ditegaskan, tidak semua orang akan menjalani screening massal.
Hal ini ditegaskan oleh judu bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19, Ahmad Yurianto, dalam konferensi pers Minggu (22/3/2020).

"Melakukan screening test pemeriksaan secara massal pada kelompok-kelompok berisiko, sebagai contoh manakala ada kasus positif yang dirawat di rumah sakit, kami akan melakukan penelusuran terhadap keluarganya dan seluruh keluarganya akan dilakukan screening test," kata Yuri.

Selain keluarga, kontak dekat pasien positif termasuk rekan kerja juga dikategorikan sebagai kelompok berisiko yang juga membutuhkan tes screening.

Rapid test atau tes cepat dilakukan dengan alat tes berbasis antibodi. Alat ini memiliki kelemahan karena tidak benar-benar mendeteksi keberadaan virus, melainkan mendeteksi respons serologi. Ketika seseorang terinfeksi, tubuh akan membentuk antibodi yang bisa dideteksi dengan alat ini.

Karenanya, ditegaskan bahwa hasil tes negatif tidak serta merta berarti seseorang bebas dari virus corona. Bisa jadi kondisi tersebut merupakan 'false negative', yakni tampak negatif karena tubuh belum membentuk antibodi.

"Apabila ditemukan kasus negatif, maka kami akan meminta untuk tetap melakukan social distancing," tegas Yuri.

Baca juga: Rapid Test Corona Tak untuk Semua Orang, Siapa Saja yang Bisa Dites?
Apabila dalam rapid test seseorang mendapatkan mendapatkan hasil negatif, maka selain harus melakukan social distancing juga harus menjalani rapid test kedua setelah 7 hari. Pada saat tes ulang tersebut, jika memang positif, maka respons antibodi sudah muncul.

"Apabila 2 kali dilakukan pemeriksaan dan ternyata tetap negatif, kisa bisa meyakini bahwa saat ini sedang tidak terinfeksi. Tetapi bisa besoknya terinfeksi manakala upaya untuk kontak dekat tidak dijalankan, upaya untuk melakukan isolasi diri dari orang lain yang positif tidak dijalankan dengan baik," jelas Yuri.

Selanjutnya, pemerintah menargetkan ada 1 juta kit untuk penapisan massal virus corona pada kelompok berisiko.