Selasa, 02 Juni 2020

Kementerian Kesehatan Rusia Setujui Avifavir Sebagai Obat Corona

Kementerian Kesehatan Rusia menyetujui dan memberikan sertifikat pendaftaran sementara untuk obat virus Corona COVID-19 pertama di negara tersebut yaitu Avifavir. Obat ini dirancang untuk merusak kemampuan virus Corona dan telah terbukti efektif dalam uji klinis.
"Avifavir bukan hanya obat antivirus pertama untuk melawan virus di Rusia, tapi mungkin akan jadi obat anti COVID-19 yang paling menjanjikan di dunia," kata Kirill Dmitriev, CEO Dana Investasi Langsung Rusia, yang dikutip dari Bloomberg, Senin (1/6/2020).

"Ini telah dikembangkan dan diuji klinis di Rusia, dan kemungkinan Avifavir bisa menjadi obat pertama yang berbasis favipiravir di dunia," lanjutnya.

Avifavir adalah versi generik dari obat flu Jepang yaitu Avigan yang diproduksi oleh Fujifilm Holdings Corp. Dalam penelitian di China pada Maret lalu, hasilnya obat ini bisa membersihkan virus lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan obat anti-HIV.

Perusahaan-perusahaan di seluruh dunia tengah mempertimbangkan untuk memproduksinya juga. Saat ini, Glenmark Pharmaceuticals sedang melakukan uji klinis fase ketiga di India dan mungkin akan selesai awal Juli nanti.

Namun, peneliti utama pada percobaan antivirus Jepang Avigan ini, Yohei Doi, mengatakan masih terlalu dini untuk memastikan apakah obat itu bisa berfungsi atau tidak. Perlu adanya penelitian dan uji coba pada pasien lainnya.

Sebaran Pasien Virus Corona di Indonesia, 7.637 Sembuh, 1.641 Meninggal

 Pemerintah mengumumkan jumlah kasus positif virus Corona COVID-19 di Indonesia pada Senin (1/6/2020) telah mencapai 26.940 kasus. Sebanyak 7.637 pasien dinyatakan sembuh sementara 1.641 pasien lainnya meninggal dunia.
"Hari ini konfirmasi COVID-19 positif yang kita dapatkan sebanyak 467 orang, sehingga totalnya menjadi 26.940 orang," kata juru bicara pemerintah untuk penanganan virus Corona COVID-19, Achmad Yurianto, Senin (1/6/2020).

Berikut sebaran pasien yang sembuh dan meninggal hingga saat ini.

SEMBUH
Aceh 17

Bali 334

Banten 252

Bangka Belitung 28

Bengkulu 22

DI Yogyakarta 166

DKI Jakarta 2.272

Jambi 15

Jawa Barat 619

Jawa Tengah 370

Jawa Timur 654

Kalimantan Barat 55

Kalimantan Timur 174

Kalimantan Tengah 164

Kalimantan Selatan 99

Kalimantan Utara 80

Kepulauan Riau 102

Nusa Tenggara Barat 292

Sumatera Selatan 215

Sumatera Barat 267

Sulawesi Utara 52

Sumatera Utara 148

Sulawesi Tenggara 122

Sulawesi Selatan 625

Sulawesi Tengah 61

Lampung 74

Riau 89

Maluku Utara 29

Maluku 36

Papua Barat 55

Papua 68

Sulawesi Barat 41

Nusa Tenggara Timur 14

Gorontalo 26

MENINGGAL
Aceh 1

Bali 5

Banten 69

Bangka Belitung 1

Bengkulu 2

DI Yogyakarta 8

DKI Jakarta 518

Jawa Barat 144

Jawa Tengah 70

Jawa Timur 412

Kalimantan Barat 4

Kalimantan Timur 3

Kalimantan Tengah 19

Kalimantan Selatan 86

Kalimantan Utara 2

Kepulauan Riau 15

Nusa Tenggara Barat 10

Sumatera Selatan 34

Sumatera Barat 25

Sulawesi Utara 37

Sumatera Utara 41

Sulawesi Tenggara 4

Sulawesi Selatan 75

Sulawesi Tengah 4

Lampung 10

Riau 6

Maluku Utara 14

Maluku 8

Papua Barat 6

Papua 6

Sulawesi Barat 2

Nusa Tenggara Timur 1

Gorontalo 3
https://cinemamovie28.com/cast/david-harkus/

4 Hal yang Ditakutkan Perempuan Saat Bercinta

 Sebagian perempuan melihat hubungan seksual sebagai sesuatu yang menyenangkan. Bukan hanya penuh gairah, hubungan intim juga dianggap semakin meningkatkan keintiman dengan pasangan. Namun, bagi sebagian perempuan lainnya, seks justru dipandang sebagai sesuatu yang menakutkan dan kerap diidentikkan dengan rasa sakit.
Ahli kejiwaan di Mumbai, India, Anuneet Sabharwal mencontohkan beberapa kondisi yang terkait dengan rasa takut akan hubungan seksual. Beberapa kondisi itu seperti genophobia atau coitophobia.

"Ini (genophobia adalah) ketakutan akan penetrasi seksual. Dalam beberapa kasus, orang yang mengalami kondisi ini bisa takut terhadap semua aktivitas seksual," ujar Sabharwal, mengutip dari laman Femina.

Genophobia kebanyakan dialami setelah mendapatkan pengalaman seksual yang traumatis. Selain genophobia, ada beberapa ketakutan lain yang dialami perempuan terkait dengan hubungan seks.

1. Tidak bisa orgasme
Orgasme adalah puncak kenikmatan hubungan intim. Namun, tak semua perempuan bisa mencapai orgasme.

Sebuah studi pada 2013 yang dipublikasikan dalam Archives of Sexual Behavior menyebut, sekitar 75-90 persen perempuan tidak bisa orgasme secara konsisten selama berhubungan intim. Bahkan, sekitar 5-10 persen perempuan tidak orgasme sama sekali.

Peneliti menambahkan, ada sejumlah faktor yang memicu kondisi 'orgasm gap' ini. Beberapa faktor itu di antaranya emosi yang tidak stabil dan hilangnya semangat saat bercinta.

"Stres atau cemas bisa memperbesar (kemungkinan) orgasm gap dengan pasangan," kata ahli andrologi India, Vijay Kulkarni. Kondisi ini bisa diminimalisasi dengan memperdalam hubungan interpersonal bersama pasangan dan menghilangkan ketegangan atau kecemasan.

2. Takut tak bisa puaskan pasangan
Kecemasan akan performa di ranjang tak hanya dialami laki-laki, tapi juga perempuan. Faktor psikologis berperan dalam memunculkan kecemasan ini.

"Banyak perempuan, khususnya mereka yang mengalami genophobia atau coitophobia, takut tidak bisa menyenangkan pasangan mereka," kata Sabharwal.

Jika mengalami kondisi ini, Sabharwal menyarankan Anda untuk mengunjungi tenaga profesional seperti psikolog, seksolog, dan terapis demi memahami penyebab kecemasan.

3. Timbul rasa sakit
Kadang perempuan mengalami rasa sakit selama penetrasi. Rasa sakit ini berkaitan dengan kondisi kesehatan yang disebut vaginismus.

Vaginismus terjadi saat otot organ intim kewanitaan berkontraksi secara spontan atau munculnya kram pada otot dasar pelvis. Perempuan dengan vaginismus akan merasa terisolasi dan tak bisa menikmati hubungan seks.

"Tak ada penjelasan pasti mengenai vaginismus, tetapi penyebabnya termasuk ketakutan perempuan bahwa organ intim mereka terlalu kecil, pengalaman seks pertama yang buruk, keyakinan bahwa seks itu memalukan, dan kondisi medis yang menimbulkan rasa sakit," jelas ahli obstetri dan ginekologi, Sowmya Lakshmi.

4. Dihakimi
Para ahli menyebut, perempuan umumnya takut dihakimi pasangannya. Padmini Dutta Sharma, penulis tentang pernikahan, hubungan, dan seksualitas mengatakan, rasa takut akan dihakimi ini membuat perempuan tidak bisa mengekspresikan diri seutuhnya.

Sebagai contoh, perempuan sebenarnya memiliki fantasi seksual atau mempunyai keinginan untuk mencoba posisi seks tertentu, tetapi dia takut
https://cinemamovie28.com/cast/eli-roth/