Sabtu, 06 Juni 2020

Sempat Tak Disarankan, Ibuprofen Diuji Coba untuk Obat Corona

 Para ilmuwan terus melakukan percobaan menemukan obat untuk melawan virus Corona COVID-19. Obat yang sedang diteliti untuk membantu para pasien COVID-19 di rumah sakit adalah ibuprofen.
Ibuprofen dikenal sebagai obat anti-inflamasi, mampu menurunkan demam hingga meringankan gejala flu. Kini ibuprofen sedang diteliti dan diuji sebagai obat Corona.

Tim peneliti dari Rumah Sakit Guy's and St Thomas' dan King's College percaya bahwa obat tersebut bisa menghilangkan rasa sakit, serta mengatasi kesulitan bernapas. Mereka berharap obat ini juga bisa mengurangi penggunaan ventilator.

Uji coba ini akan melibatkan sebagian pasien dengan pengobatan ibuprofen dan yang lainnya dirawat dengan perawatan biasa. Percobaan ini menggunakan formulasi khusus ibuprofen.

"Kita perlu melakukan uji coba untuk membuktikan bahwa obat itu benar-benar cocok dengan apa yang kita harapkan," kata salah satu peneliti di King's College, Prof Mitul Mehta, dikutip dari BBC, Sabtu (6/6/2020).

Sebelumnya, ibuprofen sempat tidak disarankan untuk mengobati pasien Corona karena ada kekhawatiran bisa memperburuk kondisi pasien Corona yang mengonsumsinya. Hal ini diungkapkan oleh Menteri Kesehatan Prancis, Oliver Veran, dan juga salah satu ahli Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Maju-mundur Riset Obat Malaria Klorokuin untuk Virus Corona

Perjalanan riset klorokuin sebagai obat virus Corona penuh kontroversi. Bermula dari studi yang dimuat dalam jurnal medis The Lancet menunjukkan pasien Corona yang diberi hidroksiklorokuin dan klorokuin mengalami gangguan pada jantung hingga tingkatkan risiko kematian.
Namun belum lama ini studi berjudul 'Hydroxychloroquine or chloroquine with or without a macrolide for treatment of COVID-19: a multinational registry analysis' tersebut ditarik. Alasan penarikan jurnal ilmiah ini lantaran peninjau sejawat independen tidak dapat mengakses data yang digunakan untuk analisis sehingga validitasnya diragukan.

Bagaimana perjalanan studi uji coba obat malaria klorokuin dan hidroksiklorokuin hingga akhirnya menuai kontroversi?

WHO setop sementara uji coba klorokuin
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pertama kali menyetop uji coba obat malaria klorokuin dan hidroksiklorokuin untuk pasien virus Corona COVID-19 pada Senin (25/5/2020). Alasannya disebut WHO demi keamanan pasien Corona.

"Kelompok eksekutif menetapkan menghentikan sementara hydroxychloroquine dalam uji coba, sementara data keselamatan ditinjau oleh Dewan Pemantau Keamanan Data," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers virtual dikutip dari AFP, Selasa (26/5/2020).

WHO desak Indonesia setop pakai klorokuin
Usai setop sementara uji coba obat malaria, WHO pun mendesak Indonesia untuk berhenti memakai klorokuin. Dilansir dari Reuters, desakan ini disampaikan untuk menunda pengobatan klorokuin dan hidroksiklorokuin karena masalah keamanan, demikian jelas sumber yang tidak disebut namanya kepada Reuters, Selasa (27/5/2020).

Sumber anonim ini mengatakan WHO sebetulnya telah mengirim pemberitahuan kepada Kementerian Kesehatan Indonesia untuk menunda pengobatan memakai obat klorokuin.

Indonesia ikuti arahan WHO hentikan uji coba klorokuin
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menjelaskan Indonesia sudah menghentikan pemberian obat klorokuin pada pasien dalam Solidarity Trial. Penghentian ini baru dilakukan dalam lingkup uji coba medis WHO.

"Untuk trial, WHO menghentikan. Kalau bukan untuk trial, kami belum mengetahui," ujar Wiku seperti dikutip dari kantor berita Antara, Kamis (28/5/2020).

Riset soal bahaya klorokuin ditarik dari jurnal medis
Studi soal bahaya klorokuin dan hidroksiklorokuin pada pasien virus Corona ditarik dari jurnal The Lancet setelah dokter dan ilmuwan ragu tentang validitas data.
https://indomovie28.com/bleach-episode-1-subtitle-indonesia/

Percaya Omongan Trump, Warga AS Kumur Pakai Pemutih untuk Cegah Corona

Survei yang dilakukan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menemukan peningkatan kasus keracunan pemutih. Hal ini berkaitan dengan omongan Presiden Donald Trump beberapa waktu lalu yang menyebut kemungkinan disinfektan bisa cegah virus Corona COVID-19.
Dalam konferensi pers dengan media pada 24 April lalu, Trump sempat berbicara kemungkinan menyuntikkan disinfektan ke dalam tubuh untuk dengan cepat membunuh virus. Para praktisi kesehatan mengkritik Trump dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sampai membuat imbauan agar orang-orang tidak sembarangan memakai disinfektan.

Trump pada akhirnya berkilah bahwa apa yang ia ucapkan hanya bersifat sarkasme atau tidak sungguh-sungguh.

Terkait hal tersebut, CDC lewat survei pada 502 orang dewasa di Amerika Serikat (AS) menemukan ternyata ada yang percaya dengan omongan Donald Trump. Sekitar 39 persen responden melaporkan pernah terlibat dalam aktivitas berisiko dengan disinfektan untuk cegah Corona.

Contoh aktivitas yang dilaporkan pada CDC mulai dari menggunakan pemutih untuk cuci makanan, menyemprotkan disinfektan ke tubuh, hingga berkumur dengan cairan pemutih.

Dikutip dari Reuters, sekitar seperempat responden melaporkan mengalami masalah kesehatan usai melakukan praktik-praktik tersebut.

Sempat Tak Disarankan, Ibuprofen Diuji Coba untuk Obat Corona

 Para ilmuwan terus melakukan percobaan menemukan obat untuk melawan virus Corona COVID-19. Obat yang sedang diteliti untuk membantu para pasien COVID-19 di rumah sakit adalah ibuprofen.
Ibuprofen dikenal sebagai obat anti-inflamasi, mampu menurunkan demam hingga meringankan gejala flu. Kini ibuprofen sedang diteliti dan diuji sebagai obat Corona.

Tim peneliti dari Rumah Sakit Guy's and St Thomas' dan King's College percaya bahwa obat tersebut bisa menghilangkan rasa sakit, serta mengatasi kesulitan bernapas. Mereka berharap obat ini juga bisa mengurangi penggunaan ventilator.

Uji coba ini akan melibatkan sebagian pasien dengan pengobatan ibuprofen dan yang lainnya dirawat dengan perawatan biasa. Percobaan ini menggunakan formulasi khusus ibuprofen.

"Kita perlu melakukan uji coba untuk membuktikan bahwa obat itu benar-benar cocok dengan apa yang kita harapkan," kata salah satu peneliti di King's College, Prof Mitul Mehta, dikutip dari BBC, Sabtu (6/6/2020).

Sebelumnya, ibuprofen sempat tidak disarankan untuk mengobati pasien Corona karena ada kekhawatiran bisa memperburuk kondisi pasien Corona yang mengonsumsinya. Hal ini diungkapkan oleh Menteri Kesehatan Prancis, Oliver Veran, dan juga salah satu ahli Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Maju-mundur Riset Obat Malaria Klorokuin untuk Virus Corona

Perjalanan riset klorokuin sebagai obat virus Corona penuh kontroversi. Bermula dari studi yang dimuat dalam jurnal medis The Lancet menunjukkan pasien Corona yang diberi hidroksiklorokuin dan klorokuin mengalami gangguan pada jantung hingga tingkatkan risiko kematian.
Namun belum lama ini studi berjudul 'Hydroxychloroquine or chloroquine with or without a macrolide for treatment of COVID-19: a multinational registry analysis' tersebut ditarik. Alasan penarikan jurnal ilmiah ini lantaran peninjau sejawat independen tidak dapat mengakses data yang digunakan untuk analisis sehingga validitasnya diragukan.

Bagaimana perjalanan studi uji coba obat malaria klorokuin dan hidroksiklorokuin hingga akhirnya menuai kontroversi?

WHO setop sementara uji coba klorokuin
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pertama kali menyetop uji coba obat malaria klorokuin dan hidroksiklorokuin untuk pasien virus Corona COVID-19 pada Senin (25/5/2020). Alasannya disebut WHO demi keamanan pasien Corona.

"Kelompok eksekutif menetapkan menghentikan sementara hydroxychloroquine dalam uji coba, sementara data keselamatan ditinjau oleh Dewan Pemantau Keamanan Data," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers virtual dikutip dari AFP, Selasa (26/5/2020).
https://indomovie28.com/black-clover-episode-84-subtitle-indonesia/