Jika memiliki suara dengkuran atau ngorok sangat keras dan pusing saat bangun tidur, bisa jadi kamu mengidap apnea tidur (sleep apnea). Penyakit tersebut terjadi akibat masalah pada saluran pernafasan ketika tidur.
Mengutip berbagai sumber, ada tiga jenis apnea tidur, yakni obstructive sleep apnea, central sleep apnea, dan complex sleep apnea. Apnea tipe obstructive terjadi akibat otot belakang tenggorokan terlalu rileks saat tidur, sehingga mempersempit saluran pernafasan.
Berikutnya, apnea tidur central merupakan kondisi di mana otak tidak dapat mengirimkan sinyal dengan baik ke otot pengontrol pernafasan, alhasil pengidapnya kesulitas bernafas di kala tidur. Adapun tipe apnea tidur complex merupakan gabungan dari dua penyebab di atas.
Selain mendengkur keras dan pusing ketika bangun, gejala lain dari apnea tidur ialah sesak nafas saat tidur, mulut kering setiap bangun, sulit konsentrasi, hingga insomnia. Apnea tidur berkepanjangan berisiko menimbulkan implikasi masalah pernafasan kronis, hipertensi, hingga berkurangnya gairah seksual.
Masalah apnea tidur dipicu sejumlah faktor. Di antaranya, kelebihan berat badan, memiliki amandel dan lidah yang besar, gangguan sinus. Masalah gaya hidup, seperti mengonsumsi alkohol, merokok dapat meningkatkan risiko terjangkit apnea tidur.
Apnea tidur bisa terjadi pada orang dewasa maupun anak-anak. Namun, laki-laki dan orang lanjut usia memiliki kemungkinan lebih besar menderita penyakit tersebut.
Pengobatan apnea tidur mesti disesuaikan dengan jenis penyebabnya. Apnea tipe obstructive diatasi dengan memberikan terapi saluran pernafasan. Sementara itu, apnea central mesti ditangani oleh dokter syaraf.
Apnea tidur mesti diantisipasi secepatnya. Jika mengalami gejala-gejala seperti yang dipaparkan sebelumnya, segera lakukan konsultasi dengan dokter dan mendapatkan penanganan yang tepat.
Untuk konsultasi dengan dokter, kamu tidak harus datang ke rumah sakit. Lewat layanan GrabHealth, kamu bisa berkonsultasi dengan dokter dari aplikasi Grab. Grab memberikan berbagai promo, seperti konsultasi gratis dan program berhadiah menarik.
Virus Corona Bisa Menular Lewat Mata, Apa Saja Gejalanya?
Penularan virus Corona bisa terjadi dari melalui berbagai cara, bisa dari droplet, udara, sampai melalui mata. Hal ini sedang dicemaskan para ahli dan mulai menyarankan orang-orang untuk menggunakan masker serta pelindung mata.
Tapi, apa saja gejalanya?
Ilmuwan China mengklaim bahwa salah satu tanda virus Corona menular melalui mata adalah mata yang berair. Hal ini mereka temukan di bulan Februari lalu.
Dikutip dari Express, dari 12 pasien yang dianalisis terinfeksi Corona, tenaga medis mengungkapkan tujuh di antaranya memproduksi lebih banyak air mata daripada biasanya. Fenomena mata berair ini dalam istilah medis disebut sebagai epifora.
Kondisi ini menyebabkan mata merah, pegal, penglihatan kabur, dan bahkan rasa sakit yang tajam di mata. Tapi, mata berair ini belum tentu karena virus Corona.
Selain itu sebuah penelitian menunjukkan 30 persen pasien COVID-19 mengalami gangguan konjungtivitis atau peradangan mata. Ini bisa berarti bahwa air mata juga bisa menyebarkan infeksi, selain dari tetesan saat bersin dan batuk.
Pemimpin penelitian, Lingli Zhou dari Departemen Oftalmologi di Johns Hopkins, telah menganalisis mata 10 pasien yang meninggal karena COVID-19. Hasilnya, semua spesimen mata mengekspresikan ACE-2 yang melapisi bagian kelopak, kornea, limbus mata (perbatasan antara kornea dan putih mata).
"Hasil ini menunjukkan bahwa sel permukaan mata termasuk yang rentan terhadap infeksi SARS-CoV-2 dan bisa jadi pintu masuk virus," sebutnya.
Namun perlu dicatat bahwa jika disebabkan infeksi virus Corona, akan ada tanda atau gejala umum lain yang menyertainya, seperti demam dan batuk dalam waktu yang lama. Selain itu, gejala lain yang bisa muncul yaitu napas pendek dan kehilangan fungsi penciuman serta perasa.
https://cinemamovie28.com/gintama-shirogane-no-tamashii-hen-episode-3/