Kamis, 18 Juni 2020

Gegara Virus Corona, Ratusan Masker Bekas Cemari Pantai Hong Kong

Dengan adanya kasus positif virus corona Covid-19 di Indonesia, masyarakat ramai-ramai menyetok hand sanitizer dan masker. Kekhawatiran akan tertular juga membuat banyak orang memakai masker saat keluar rumah meski sedang tidak sakit.
Tidak hanya di Indonesia, warga di seluruh dunia juga dibuat panik akan virus corona. Namun karena pemakaian masker yang berlebihan, sampahnya jadi menumpuk dan mencemari lingkungan.

Total hampir 70 jenis masker bekas ditemukan di pesisir pantai Hong Kong. Dikutip World of Buzz dari Sin Chew Daily, Gary Stokes, Direktur Operasi dari OceanAsia, LSM yang bergerak dibidang ketahanan laut, kepanikan masyarakat menjadi keprihatinan tersendiri karena banyak orang yang acuh dan membuang masker bekasnya sembarangan dan berdampak pada ekosistem laut.

"Bisa jadi beberapa masker sudah terinfeksi Covid-19 dan dibuang ke laut. Sangat membahayakan," ujarnya.

Hanya dalam enam minggu, sejumlah masker tersapu dan ditemukan di beberapa pantai di Hong Kong. Selain membahayakan kehidupan laut dan menyebabkan pencemaran lingkungan, jumlah sampah masker di Hong Kong dan Tiongkok sudah memenuhi kapasitas daur ulang sampah sehingga tertumpuk.

Daripada heboh pakai masker padahal tidak sedang sakit, lebih baik terapkan kebiasaan hidup bersih yakni mencuci tangan di air mengalir dan jaga imunitas tubuh dengan berolahraga dan makan buah.

RS Persahabatan Kebanjiran Peminat Tes Corona, Mayoritas Karyawan

Indonesia pada hari Senin (2/3) telah mengonfirmasi kasus pertama virus corona COVID-19. Hal ini tampaknya mendapatkan perhatian khusus di tengah masyarakat sehingga mulai ramai yang datang ke fasilitas kesehatan untuk diperiksa meski tidak sakit.
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan di Jakarta Timur misalnya dari Selasa (3/3) hingga Rabu (4/3) telah menerima 119 orang yang ingin cek kesehatan untuk virus corona. Menurut Direktur Utama RSUP Persahabatan dr Rita Rogayah, SpP(K), MARS, hal itu sebenarnya tidak perlu dilakukan.

Sebagian orang disebut sengaja datang cek kesehatan karena diminta oleh kantornya usai kembali dari luar negeri.

"Masyarakat mulai khawatir terutama kantor-kantor nih. Kalau ada karyawannya pulang dari bepergian diminta surat sehat sehingga ini membuat mereka jadi bingung dan datang ke kami. Sampai hari ini kami sudah menangani sekitar 119 orang sehat yang hanya datang mau check-up," kata dr Rita dalam temu media di RSUP Persahabatan, Jakarta Timur, Rabu (4/3/2020).

"Mereka orang sehat sebetulnya cuma ingin konsultasi karena dari kantornya minta surat keterangan. Kami tidak bisa mengeluarkan sertifikat bebas corona," lanjut dr Rita.

Pada akhirnya mereka yang datang mandiri hanya akan dilakukan cek kesehatan umum. Tes virus corona hanya bisa dilakukan pada mereka yang memiliki gejala dan punya latar belakang bepergian ke negara terjangkit atau kontak dekat dengan pasien positif.

"Sebetulnya kami tidak anjurkan pemeriksaan mandiri seperti itu karena pada orang sehat tidak ada pemeriksaan corona... Kami akan berikan surat pernyataan tapi bukan bebas corona," pungkas dr Rita.
https://kamumovie28.com/cast/david-morrissey/

Lagi, Studi Temukan Kaitan Golongan Darah dengan Corona, Mana yang Lebih Rentan?

 Tim ilmuwan Eropa mengatakan mereka telah menemukan dua variasi genetik yang menunjukkan kemungkinan siapa yang lebih cenderung
terinfeksi parah karena virus Corona COVID-19. Temuan ini juga berkaitan dengan golongan darah tertentu.
Studi yang dimuat pada Rabu, di New England Journal of Medicine, menunjukkan penjelasan mengapa beberapa orang mengalami kondisi kritis karena virus Corona. Sedangkan sebagian lainnya hanya mengeluhkan gejala ringan Corona bahkan tidak bergejala sama sekali.

Temuan mereka menyebut orang dengan golongan darah A memiliki risiko lebih tinggi terkena virus Corona dan memiliki kemungkinan mengalami gejala yang parah. Sementara orang dengan golongan darah O memiliki risiko lebih rendah terpapar Corona.

"Data genetik kami mengkonfirmasi bahwa golongan darah O memiliki risiko tertular COVID-19 lebih rendah daripada kelompok darah non-O, sedangkan golongan darah A dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi daripada golongan darah non-A," peneliti menulis dalam laporan mereka, dikutip dari CNN International, pada Kamis (18/6/2020).

Mereka menemukan orang dengan golongan darah A memiliki risiko 45 persen lebih tinggi terinfeksi Corona daripada orang dengan golongan darah lain, dan orang dengan golongan darah O hanya 65 persen lebih mungkin terinfeksi dibandingkan orang dengan golongan darah lain.

Tim internasional besar pertama-tama menerbitkan temuan mereka pada server pracetak yang tidak ditinjau oleh rekan sejawat. Laporan tersebut sekarang telah ditinjau dan diterbitkan dalam jurnal ternama.

Para peneliti, yang dipimpin oleh Andre Franke, seorang profesor kedokteran molekuler di Universitas Kiel di Jerman, mempelajari lebih dari 1.900 pasien virus Corona dengan gejala parah di Spanyol dan Italia, dan membandingkannya dengan 2.300 orang yang tidak sakit. Mereka melakukan apa yang dikenal sebagai studi asosiasi genom-lebar, menjelajahi seluruh peta genetik untuk menemukan dua variasi DNA yang lebih umum pada pasien dengan kondisi kritis.

"Kami mendeteksi kerentanan baru pada kelompok gen kromosom 3p21.31 dan mengkonfirmasi potensi keterlibatan sistem golongan darah ABO di COVID-19," catat mereka.

Para peneliti tidak dapat mengatakan apakah golongan darah merupakan penyebab langsung dari perbedaan kerentanan. Disebutkan, mungkin saja bahwa perubahan genetik yang mempengaruhi risiko seseorang juga hanya dikaitkan dengan golongan darah, kata mereka.

Dua variasi genetik yang mereka temukan dapat dikaitkan dengan respons imun seseorang. Badai sitokin yang disebut reaksi berlebihan dari sistem kekebalan disalahkan atas efek paling mematikan dari virus Corona pada banyak pasien.
Roy Silverstein, ahli hematologi yang merupakan ketua departemen kedokteran di Medical College of Wisconsin, mengatakan bahwa hubungan golongan darah ini masuk akal.

Gen yang mengendalikan golongan darah juga mempengaruhi struktur yang disebut gula pada permukaan sel, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kemampuan virus untuk menginfeksi sel-sel itu, katanya. Selain itu, golongan darah dikaitkan dengan risiko pembekuan darah, dan sekarang sudah jelas bahwa infeksi virus Corona parah ditandai oleh pembekuan darah yang tidak biasa di seluruh tubuh.

Namum Silverstein, mantan presiden American Society of Hematology, mengatakan temuan itu sangat kecil artinya bagi orang kebanyakan.

"Perbedaan absolut dalam risiko sangat kecil. Pengurangan risiko mungkin signifikan secara statistik, tetapi itu adalah perubahan kecil dalam risiko aktual. Anda tidak akan pernah memberi tahu seseorang dengan golongan darah O bahwa mereka memiliki risiko infeksi yang lebih kecil," katanya.