Benarkah virus Corona COVID-19 begitu berbahaya dan mematikan? Pertanyaan semacam ini belakangan makin banyak bermunculan, kadang disertai tudingan bahwa pemberitaan selama ini hanya dilebih-lebihkan.
"Bahkan ada yang bertanya 'apakah COVID-19 benar-benar ada?'" kata anggota tim komunikasi Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 dr Reisa Broto Asmoro, dalam konferensi pers di BNPB, Selasa (16/6/2020).
Respons dr Reisa terkait keraguan tersebut menjadi salah satu yang terpopuler dalam sepekan. Ia menegaskan, ancaman virus Corona benar-benar nyata meski tidak begitu saja bisa dilihat kasat mata.
"Saya perlu sampaikan virus ini benar-benar ada saudara-saudari. Ilmuwan-ilmuwan kita dari Lembaga Biologi Molekuler LBM Eijkman telah memetakan beberapa whole genome sequence atau WGS alias rinci identitas virus dari pasien yang ada di Indonesia," terang dr Reisa.
Sebelumnya, Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Agus Dwi Susanto, SpP(K) menepis anggapan bahwa virus Corona tidak berbahaya. Anggapan bahwa tidak ada yang meninggal karena virus Corona adalah menyesatkan.
"Harus diluruskan. Fakta-fakta kasus kematian pasien COVID-19 itu ada," tegasnya dr Agus saat dihubungi detikcom baru-baru ini.
CFD Pertama di Era Transisi, Masih Banyak yang Bawa Anak 9 Tahun ke Bawah
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kembali memberlakukan hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) atau car free day (CFD) pada Minggu (21/6/2020). Ada sejumlah peraturan baru, salah satunya larangan membawa anak di bawah usia sembilan tahun.
Pantauan detikcom, Minggu pagi (21/6/2020) masih banyak orang tua yang membawa anaknya berolahraga di kawasan CFD. Melalui pengeras suara, petugas sering kali mengingatkan orang tua yang membawa anak di bawah usia sembilan tahun untuk meninggalkan area tersebut.
Bahkan, beberapa petugas menghampiri orang tua yang membawa anaknya untuk meninggalkan area tersebut. Sita (32), seorang ibu yang membawa anaknya CFD mengaku dihampiri petugas dan diimbau untuk meninggalkan area tersebut. Ia menyebut belum mengetahui peraturan mengenai batasan usia saat CFD.
"Iya, nggak tahu," katanya kepada detikcom, Minggu (21/6/2020).
Menurutnya, ia membawa anak saat CFD untuk menyenangkan sang buah hati. Terlebih setelah tidak keluar rumah selama pandemi virus Corona.
"Untuk anak-anak mah gapapa ya kan soalnya pengen olahraga juga. Jangan jadi pembatas lah," sambungnya.
Orang tua lain yang juga membawa anaknya ke CFD, Ramdan (36) terlihat dihampiri petugas untuk meninggalkan area CFD. Kepada detikcom, ia mengaku belum mendengar sosialisai dari peraturan baru tersebut.
"Belum ada sosialisasinya ke masyarakat," kata Ramdan saat ditemui detikcom, Minggu (21/6/2020).
"Kalau dari Thamrin sih boleh. Pas menuju di kawasan HI ini kita diarahkan keluar dari kawasan HBKB ini," tambahnya.
Terbukti, Stres Tingkatkan Risiko Kematian pada Pasien Virus Corona
Ilmuwan membuktikan adanya kaitan hormon kortisol dengan risiko kematian pada pasien virus Corona COVID-19. Hormon ini dikenal sebagai hormon stres karena kadarnya meningkat dalam situasi tertekan.
Dalam penelitiannya, para ilmuwan dari Imperial College London mengamati 535 pasien di tiga rumah sakit di London. Sebanyak 403 di antaranya terinfeksi virus Corona.
Kadar kortisol meningkat hingga 3.241 nm/l pada pasien yang terinfeksi, yang dikategorikan mengkhawatirkan. Pada orang sehat, kadarnya berkisar antara 100-200 nm/l dan mendekati nol saat tidur.
Pasien dengan kadar kortisol 744 nm/l atau lebih rendah mampu bertahan hidup rata-rata 36 hari. Sementara pasien dengan kadar kortisol lebih dari 744 nm/l hanya bertahan selama 15 hari.
Temuan ini dipublikasikan di jurnal The Lancet Diabetes and Endocrinology.
"Sekarang, ketika orang tiba di rumah sakit, kita punya penanda sederhana lain untuk dipakai bersama saturasi oksigen, untuk membantu mengidentifikasi pasien mana yang butuh dirawat sesegera mungkin," kata Waljit Dhillo, profesor endokrinologi dari Imperial College London, dikutip dari Metro.
https://kamumovie28.com/cast/trevor-st-john/