Selasa, 23 Juni 2020

Pejabat Gugus Corona Amerika Sesalkan Ada Warga yang Anti-Sains

 Dr Anthony Fauci, pejabat dari gugus tugas Corona di Amerika Serikat mengekspresikan perhatiannya pada isu yang ia sebut 'bias anti-sains' di negeri Paman Sam. Dr Fauci menjelaskan hal itu dalam podcast US Department of Health and Human Services, Learning Curve.
"Satu dari masalah yang kita hadapi di Amerika Serikat, sayangnya, adanya kombinasi dari bias anti-sains orang-orang untuk alasan yang kadang-kadang, ya, tak terbayangkan dan tidak bisa dimengerti. Mereka hanya tidak percaya sains dan mereka tidak percaya otoritas," ujar pakar di bidang penyakit menular itu.

Direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) ini mendukung langkah-langkah yang telah ia rekomendasikan untuk membatasi penyebaran virus Corona termasuk pesan untuk tetap di rumah yang menurutnya bisa membantu menyelamatkan jutaan nyawa.

Ketika AS dibuka kembali, Dr Fauci telah memperingatkan tentang munculnya lagi kasus-kasus baru dan pentingnya pengujian serta pelacakan kontak untuk mencegah lebih banyak infeksi dan kematian. Dia menyarankan orang untuk menghindari daerah yang ramai dan memakai masker di tempat umum untuk menghindari penyebaran virus.

Di podcast, ia mengatakan alasan untuk secara sengaja mengabaikan ilmu pengetahuan meskipun risiko yang jelas terhadap kesehatan adalah hal yang tak terbayangkan.

"Ketika mereka melihat seseorang di Gedung Putih, yang memiliki wewenang untuk itu, yang berbicara tentang sains, bahwa ada beberapa orang yang tidak percaya itu -- dan itu disayangkan karena, Anda tahu, sains adalah kebenaran," tuturnya yang nampaknya merujuk dirinya sendiri.

Ia pun sempat curhat dengan mengatakan adanya penolakan yang dilakukan segelintir orang sekalipun banyak ahli yang menyuguhkan data dan bukti yang bisa dipertanggungjawabkan.

"Itu adalah hal yang sama dengan orang yang antivaksin, yang tidak ingin orang divaksinasi, meskipun data jelas menunjukkan keamanan vaksin. Itu benar-benar masalah," pungkasnya. Demikian seperti ditulis oleh Science Alert.

John Kei Jadi Buah Mulut di Twitter

 Kasus pembacokan di Duri Kosambi berujung dengan penangkapan kelompok John Kei oleh polisi. Kejadian ini jadi buah mulut di media sosial Twitter.

Apalagi, pembacokan pada Minggu (21/6) pukul 11.30 itu cukup menghebohkan karena di jalan raya. Tak lama berselang, ada kejadian penembakan di perumahan Green Lake City.

Polisi lalu membekuk John Kei dan kelompoknya pada Minggu malam. Hal itu lalu diikuti dengan konferensi pers polisi kepada publik menjelaskan kasus persaingan kelompok John Kei dan Nus Kei.

Drama bagai film-film polisi ini jadi perbincangan netizen. Nama John Kei menjadi trending topic di Twitter, Senin (22/6/2020).

Ada 6.696 tweet soal John Kei. Ada pengguna Twitter yang belum kenal dan penasaran, ada yang yang menyangka John Kei masih dipenjara karena kasus sebelumnya, banyak juga yang mengingat-ingat soal kasus-kasus lain yang melibatkan John Kei.

Komet Lemmon Lewat di Langit Indonesia, Bisa Dilihat Malam Ini!

Usai Gerhana Matahari Cincin pada 21 Juni kemarin, fenomena alam di langit bakal kembali terjadi. Masyarakat di Indonesia termasuk di Bandung Raya bisa melihat Komet Lemmon pada Senin (22/6/2020) petang.
Staf Peneliti Observatorium Bosscha Yatni Yulianti mengatakan Komet Lemmon saat ini sedang bergerak mendekati matahari atau closest approach lantaran memiliki lintasan orbit sangat elips.

"Betul akan ada komet yang melintasi langit Indonesia. Saat ini komet itu sedang mendekat matahari. Karena panas matahari, nanti komet bisa menghasilkan gas dan debu yang bercahaya. Jadi kalau beruntung bisa terlihat dari bumi," kata Yatni saat dihubungi.

Komet Lemmon mulai melintas sejak pukul 09.00 WIB pagi ini dan berakhir pada 21.00 WIB, jadi masih cukup banyak waktu untuk melihatnya. Jika beruntung, fenomena langka ini bisa diamati dengan mata telanjang karena memiliki magnitudo 6 atau ambang batas mata bisa melihat suatu benda bercahaya di langit.

"Kebetulan magnitudonya 6 atau ambang batas mata bisa melihat terangnya suatu benda langit. Kalau memang posisinya pas, langitnya gelap tidak ada polusi cahaya, tidak ada awan, maka masih bisa dilihat menggunakan mata," bebernya.

Namun jika ingin melihat penampakan komet lebih jelas, Yatni menyarankan agar masyarakat menggunakan alat bantu seperti teleskop kecil atau binokular.

"Jadi kita bisa mengamati mulai sore hari saat matahari terbenam. Tapi makin baik menggunakan alat bantu seperti binokular atau teleskop kecil jadi komet bisa terlihat jelas," jelasnya.

Posisi Komet Lemmon saat ini berada di Konstelasi Hydra. Saat ini komet bisa dilihat ke arah barat, namun posisinya masih cukup tinggi. Kondisi awan yang agak mendung dibarengi hujan cukup mempengaruhi penampakan Komet Lemmon sendiri.
https://cinemamovie28.com/cast/asami-ogawa/

Soal Kasus Kebocoran Data, Menkominfo Lempar ke BSSN

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate menanggapi kabar adanya kebocoran data hasil test COVID-19 warga Indonesia. Dia memastikan semua data aman.
"Dari sisi data center dan cloud computing, serta interoperabilitas yang ada di Kominfo hingga saat ini aman," ujarnya saat berbicara di Rapat Kerja dengan Komisi I DPR RI, Senin (22/6/2020).

Menkominfo lanjut menuturkan dirinya mendapat informasi dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) yang memiliki wewenang akan keamanan data dan secara khusus cleansing terakhir terkait data COVID-19 sebelum disampaikan ke dashboard Kominfo, Kemenkes dan Gugus Tugas juga berstatus aman.

Pun begitu perlu dilakukan koordinasi dan evaluasi apa yang sebenarnya terjadi. Karenanya diperlukan audit forensik yang berguna untuk meningkatkan keamanan sistem dan kualitas sumber daya manusia. Sehingga bisa mendukung keamanan data-data di berbagai aplikasi di Indonesia.

Di kesempatan ini Menkominfo menjawab pertanyaan soal tanggung jawab terkait kebocoran data. Dia menegaskan kewenangan keamanan data dan cleansing terakhir seperti data hasil tes COVID-19 ada di BSSN sebagai pintu terakhir. Sementara Kominfo punya tugas pokok melakukan penerapan aturan.

"Keamanan data, security data dari sisi cyber ada di BSSN," tegas Johnny.

"Di Kominfo dilakukan interoperabilitas dan cleansing data sebelum data diserahkan kepada BSSN, untuk dilakukan cleansing terakhir dan diserahkan kepada dashboard Kementerian Kesehatan atau Gugus Tugas Covid-19," pungkasnya.

Pejabat Gugus Corona Amerika Sesalkan Ada Warga yang Anti-Sains

 Dr Anthony Fauci, pejabat dari gugus tugas Corona di Amerika Serikat mengekspresikan perhatiannya pada isu yang ia sebut 'bias anti-sains' di negeri Paman Sam. Dr Fauci menjelaskan hal itu dalam podcast US Department of Health and Human Services, Learning Curve.
"Satu dari masalah yang kita hadapi di Amerika Serikat, sayangnya, adanya kombinasi dari bias anti-sains orang-orang untuk alasan yang kadang-kadang, ya, tak terbayangkan dan tidak bisa dimengerti. Mereka hanya tidak percaya sains dan mereka tidak percaya otoritas," ujar pakar di bidang penyakit menular itu.

Direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) ini mendukung langkah-langkah yang telah ia rekomendasikan untuk membatasi penyebaran virus Corona termasuk pesan untuk tetap di rumah yang menurutnya bisa membantu menyelamatkan jutaan nyawa.

Ketika AS dibuka kembali, Dr Fauci telah memperingatkan tentang munculnya lagi kasus-kasus baru dan pentingnya pengujian serta pelacakan kontak untuk mencegah lebih banyak infeksi dan kematian. Dia menyarankan orang untuk menghindari daerah yang ramai dan memakai masker di tempat umum untuk menghindari penyebaran virus.

Di podcast, ia mengatakan alasan untuk secara sengaja mengabaikan ilmu pengetahuan meskipun risiko yang jelas terhadap kesehatan adalah hal yang tak terbayangkan.

"Ketika mereka melihat seseorang di Gedung Putih, yang memiliki wewenang untuk itu, yang berbicara tentang sains, bahwa ada beberapa orang yang tidak percaya itu -- dan itu disayangkan karena, Anda tahu, sains adalah kebenaran," tuturnya yang nampaknya merujuk dirinya sendiri.

Ia pun sempat curhat dengan mengatakan adanya penolakan yang dilakukan segelintir orang sekalipun banyak ahli yang menyuguhkan data dan bukti yang bisa dipertanggungjawabkan.

"Itu adalah hal yang sama dengan orang yang antivaksin, yang tidak ingin orang divaksinasi, meskipun data jelas menunjukkan keamanan vaksin. Itu benar-benar masalah," pungkasnya. Demikian seperti ditulis oleh Science Alert.
https://cinemamovie28.com/cast/darren-grosvenor/