Jumat, 03 Juli 2020

Baru Sehari Akui Menyesal Hadiri Pesta, Esoknya Meninggal Akibat Corona

 Seorang pria asal California, Amerika Serikat, memposting penyesalannya di media sosial Facebook karena kecerobohannya tetap menghadiri pesta yang membuatnya terinfeksi virus Corona. Selang sehari setelah ia memposting pesannya, pria itu meninggal dunia akibat COVID-19.
Padahal sebelumnya, pria yang bernama Thomas Macias ini sangat mematuhi aturan social distancing dan jaga jarak sebelum akhirnya pemerintah setempat melonggarkan lockdown. Keponakannya, Danielle Lopez, mengatakan Macias mengidap diabetes yang kemungkinan menjadi penyebab COVID-19 yang dialaminya cukup berat.

"Karena kebodohan saya, saya membahayakan kesehatan ibu dan saudara perempuan saya. Semoga dengan bantuan Tuhan, saya bisa selamat dari ini (COVID-19)," tulis Macias di akun Facebooknya yang sayangnya meninggal di keesokan harinya.

Dikutip dari NBC News, dicertitakan oleh Lopez dari Maret hingga awal Juli, Macias hanya keluar rumah jika diperlukan. Ia kala itu menjalani karantina yang ketat karena ia mengalami kelebihan berat badan dan diabetes.

Namun sekitar pertengahan Juni, saat gubernur wilayah tersebut melonggarkan pembatasan, Macials menghadiri pesta di Los Angeles. Menurut Lopez, para tamu di pesta yang dihadiri pamannya tidak mengenakan masker.

Macias memutuskan untuk dites Corona setelah menerima kabar bahwa rekannya telah didiagnosis dengan COVID-19. Tidak jelas apakah tamu lain sejak itu dinyatakan positif.

"Dia berpikir tidak masalah untuk keluar dan akhirnya menghabiskan waktu bersama temannya karena dia pikir baik-baik saja. Tapi sebelum itu ia hanya pergi benar-benar ketika perlu saja," tutur Lopez.

Macias didiagnosis positif Corona pada 18 Juni. Dua hari kemudian, dia memposting kondisinya dan penyesalannya di Facebook. Sehari setelah itu, ia meninggal dunia.

Kasus Corona Makin Tinggi, WHO Minta Sejumlah Negara Kembali Lockdown

 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta sejumlah negara untuk kembali menerapkan pembatasan sosial, bahkan WHO meminta penguncian dan pembatasan atau lockdown kembali diberlakukan.
Kepala Unit Penyakit dan Zoonosis WHO, Dr Maria Van Kerkhove mengatakan sejumlah negara yang berhasil menahan laju pandemi virus Corona COVID-19 mengalami serangan baru virus saat pembukaan kembali. Sayangnya, WHO tidak menyebut negara mana saja yang harus menerapkan lockdown.

"Beberapa negara yang telah berhasil menekan transmisi dan buka kembali, sekarang mungkin mengalami kemunduran," ujar Dr Kerkhove dikutip dari laman CNBC International, Jumat (3/7/2020).

"Pemerintah negara itu mungkin harus melakukan intervensi lagi, mungkin harus melakukan apa yang kita sebut lockdown," tambahnya.

Ia pun mengatakan, hanya beberapa negara saja yang mampu merespon perkembangan pandemi sekarang ini dengan efektif. Negara tersebut sebelumnya memiliki pengalaman buruk dengan virus sebelumnya yaitu SARS di 2003 dan MERS di 2013.

Di sejumlah negara, pelonggaran lockdown membuat kasus menjadi tak terkendali. Karenanya WHO meminta pemimpin negara segera mengambil langkah cepat untuk menuntaskan masalah ini. Meski demikian WHO tidak membeberkan secara spesifik negara mana saja yang diminta kembali lockdown.

"Kami melihat negara-negara yang berada dalam situasi luar biasa bisa membalikkan keadaan. Belum terlambat menggunakan pendekatan komprehensif ini," katanya.

Secara global, kasus virus Corona COVID-19 masih mengalami peningkatan, dari data WHO, setidaknya 160.000 infeksi baru terjadi setiap hari. Dikutip dari data John Hopkins University, ada total 10,5 juta kasus COVID-19 secara global. Di mana terdapat 512.331 kematian secara akumulatif.
https://kamumovie28.com/penance-lane/

Kamis, 02 Juli 2020

Kemenkeu Sebut Kualitas SDM RI Belum Optimal

 Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Askolani mengungkapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia belum optimal, bahkan skor Program for International Student Assessment (PISA) menurun.
"Dari evaluasi di tahun 2020 kita bisa melihat kualitas SDM di Indonesia belum optimal, skor PISA kita malah turun, kompetensi guru antar wilayah belum merata, kemudian kita bisa mencatat porsi anggaran PAUD belum memadai hanya 0,2%" kata Askolani di ruang rapat Banggar DPR, Jakarta, Rabu (1/7/2020).

Penurunan PISA, dikatakan Askolani berdasarkan hasil dari evaluasi pemerintah di tahun 2020. Padalah pada tahun ini pemerintah sudah melaksanakan beberapa kebijakan di sektor pendidikan. Antara lain, percepatan dan peningkatan kualitas sarana prasarana pendidikan oleh Kementerian PUPR.

Selanjutnya, meningkatkan kualitas dan keterampilan SDM melalui pendidikan vokasi, perluasan cakupan program bidikmisi melalui KIP Kuliah, perluasan cakupan Kartu Pra Kerja dalam rangka pemulihan ekonomi nasional.

"Ini tentunya menjadi tantangan kita, dan tentunya kita punya program yang ada saat ini baik ini bidikmisi, KIP Kuliah, maupun di bidang lainnya termasuk pembangunan sarana dan prasarana sekolah ini menjadi evaluasi kita," jelasnya.

Dengan hasil evaluasi di 2020, Askolani mengungkapkan pemerintah akan mengambil beberapa kebijakan yang meningkatkan sektor pendidikan di 2021. Mulai dari transformasi kepemimpinan kepala sekolah, transformasi pendidikan dan pelatihan guru, pengajaran sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, kemudian menetapkan standar penilaian global, serta kemitraan daerah dan masyarakat sipil.

Menurut Asko, pemerintah juga akan melanjutkan beberapa program yang mendukung peningkatan kualitas SDM di Indonesia, mulai dari program pelatihan vokasi, Kartu Pra Kerja, penguatan PAUD, hingga pemberian insentif seperti BOS, KIP, dan LPDP.

"Percepatan peningkatan kualitas sarana prasarana pendidikan yang sangat dibutuhkan khususnya di daerah terpencil dan penajaman KIP kuliah dan pendanaan pendidikan tinggi," ungkapnya.

Kemenkeu Buka Suara soal Anggaran Kesehatan yang Bikin Jokowi Marah

 Kementerian Keuangan (Kemenkeu) buka suara terkait kemarahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengenai serapan anggaran kesehatan yang masih minim. Seharusnya serapan anggaran kesehatan bisa cepat terealisasi lantaran pemerintah tengah menanggulangi sektor tersebut akibat pandemi COVID-19.
Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Askolani mengatakan serapan anggaran kesehatan yang dimaksud Presiden Jokowi adalah merujuk pada program pemulihan ekonomi nasional (PEN).

"Kesehatan itu kita harus lihat dua posisi antara kesehatan untuk penanganan COVID sama kesehatan pagu eksisting yang APBN atau kementerian," kata Askolani di gedung DPR, Jakarta, Rabu (1/7/2020).

Askolani menyebut, serapan anggaran Kementerian Kesehatan hingga saat ini sudah cukup baik. Sayangnya, ia tidak merinci sudah berapa persen realisasinya hingga Juni 2020.

"Kalau dari sisi yang anggaran eksisting itu memang sudah cukup bagus, tapi yang jadi catatan presiden adalah PEN. Supaya kita bisa jawab dengan tepat," ujarnya.

Sedangkan realisasi anggaran kesehatan dalam program PEN, kata Askolani yang menjadi sorotan Presiden Jokowi pada pembukaan sidang kabinet paripurna pada 28 Juni 2020 yang lalu.
https://indomovie28.net/gintama-shirogane-no-tamashii-hen-episode-13/