Selasa, 04 Agustus 2020

Ganasnya Pandemi Flu Spanyol yang Mengakhiri Perang Dunia Pertama

Perang dunia pertama yang berlangsung pada 28 Juli 1914 hingga 11 November 1918, rupanya tak terlepas dari sejarah fenomena wabah penyakit saat itu. Pandemi flu spanyol yang muncul tahun 1918 menjadi salah satu faktor yang membuat militer dunia saat itu kelabakan.
Pandemi kala itu juga terjadi di Indonesia, yang saat itu masih menjadi jajahan Belanda.

Flu spanyol memiliki kesamaan dengan virus Corona COVID-19 saat ini, yaitu penularannya yang cepat, gejalanya serupa dengan influenza, dan mengakibatkan banyak kematian. Akan tetapi pemberitaan mengenai flu spanyol sendiri tidak seramai virus Corona.

Selain karena teknologi informasi saat itu masih terbatas, kondisi perang juga membuat penyebaran informasinya sangat dibatasi. Ganasnya pandemi saat itu dikhawatirkan melemahkan mental para prajurit yang bertempur.

Adalah Spanyol, negara Eropa yang pertama kali berani memberitakan wabah tersebut. Itulah sebabnya disebut flu spanyol, meski lebih diyakini wabahnya bermula dari Amerika atau China. Tidak ada kesimpulan pasti dari mana wabah ini bermula, karena persebarannya sangat luas.

Penulis buku sejarah pandemi, Arie Rukmantara, menjelaskan bahwa flu spanyol menjadi salah satu penyebab berakhirnya perang dunia pertama. Perang jadi tidak efektif karena prajurit lebih banyak yang bertumbangan karena sakit.

"Salah satu dampak positif dari flu Spanyol adalah dibuatnya perjanjian perdamaian terhadap perang dunia kesatu karena terlalu banyak tentara yang meninggal karena terkena wabah penyakit ini," jelas Arie dalam diskusi di Channel YouTube BNPB, Senin (03/08/2020).

Sisi positifnya, flu spanyol membuat dunia kesehatan saat itu berkembang sangat pesat. Berbagai penemuan vaksin muncul karena para ilmuwan tertantang oleh pandemi yang berkecamuk.

4 Fakta Hadi Pranoto dan Klaim Obat Herbal Corona yang Panen Cibiran

Sosok Hadi Pranoto mendadak viral setelah muncul dalam Channel YouTube milik musisi Anji. Hadi ini diklaim sebagai pakar mikrobiologi yang telah mengembangkan serum herbal antibodi COVID-19, yang bisa menyembuhkan ribuan pasien Corona.
Hal ini pun sontak membuat warganet meragukan sosok Hadi ini adalah seorang mikrobiologi dan soal obat Corona hasil penelitiannya. Tetapi, ada juga yang mempercayainya dan yakin bahwa Hadi Pranoto ini adalah pakar yang mengerti betul soal virus.

Munculnya Hadi Pranoto dan obat Corona hasil temuannya ini pun mengundang berbagai pihak berkomentar, mulai dari pegiat kesehatan hingga berbagai instansi resmi. Berikut beberapa hal yang perlu diketahui soal Hadi Pranoto dan obat herbal Corona temuannya.

1. Informasi yang banyak dicibir
Menanggapi hal ini, pegiat di bidang kesehatan dr Dirga Sakti Rambe, MSc, SpPD, memastikan bahwa informasi tentang serum antibodi itu keliru atau hoax. Ia juga menghimbau masyarakat untuk tidak mudah percaya terkait klaim obat Corona tanpa adanya bukti yang jelas.

"Saya telah menyaksikan seluruh tayangan dan saya menyatakan ini adalah informasi menyesatkan. Dalam kedokteran untuk menentukan apakah suatu terapi atau pengobatan efektif dalam menyembuhkan penyakit harus melalui serangkaian uji klinis," kata dr Dirga dalam video yang dibagikannya di akun Twitter pribadinya.

"Tidak boleh berdasarkan atas suatu klaim. Siapapun yang menyampaikan klaimnya, apakah dia profesor, menteri, presiden, atau saya sekalipun," lanjutnya.

2. Tidak tergabung dalam tim peneliti herbal imunomodulator COVID-19
Hadi Pranoto juga mengaku telah melakukan penelitian obat Corona itu sejak tahun 2000, bersama timnya dari berbagai kalangan. Tetapi, menanggapi ini Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) menegaskan bahwa Hadi tidak tergabung dalam konsorsium tim peneliti herbal imunomodulator COVID-19.

"Kemenristek/BRIN melalui Konsorsium Riset dan Inovasi untuk Percepatan Penanganan Corona Virus Disease (COVID-19) menyatakan bahwa Hadi Pranoto tidak pernah menjadi salah satu anggota peneliti Konsorsium dalam tim pengembangan herbal imunomodulator yang dibentuk oleh Kemenristek/BRIN," tulis Kemenristek/BRIN dalam siaran pers yang diterima detikcom, Senin (3/8/2020).
https://kamumovie28.com/the-babadook-2/

4 Fakta Swinger, Fantasi di Balik Viral Pelecehan Seks Berkedok Riset

Sebuah video yang menampilkan seorang pria yang sedang membuat pengakuan viral di media sosial. Dalam video tersebut, pria bernama Bambang Ariyanto yang mengaku sebagai dosen itu mengaku telah melakukan pelecehan seksual, yang berkedok penelitian terkait 'swinger'.
"Saya Bambang Ariyanto ingin menjelaskan bahwa pernyataan saya mengenai rencana penelitian tentang swinger kepada banyak perempuan adalah bohong, karena sesungguhnya saya lebih ingin berfantasi swinger secara virtual semata. Hal itu dikarenakan kata swinger sering menghantui saya di setiap waktu," kata Bambang.

1. Apa itu swinger?
Swinger atau perilaku seks bertukar pasangan adalah kecenderungan untuk mendapatkan kepuasan seksual saat bertukar pasangan. Swinger ini mendapatkan kepuasannya saat melihat atau melakukan seks bersama pasangan lain.

"(Pelaku swinger-red) Menyukai intimidasi yang diciptakan dengan pasangan lain atau orang lain," jelas Matty Silver, seorang terapis seks, dikutip dari Yahoo Lifestyle.

2. Pelaku tidak puas hanya dengan satu pasangan
Adapun alasan lain yang membuat seseorang menjadi pelaku swinger, yaitu ketidakpuasan dalam hal seksual. Pelaku swinger merasa tidak mendapat kepuasan seksual dari pasangan resminya sendiri.

3. Berisiko tinggi mengalami penyakit seksual
Perilaku seksual yang tidak wajar ini pun tentunya bisa menimbulkan risiko kesehatan pada pelakunya. Berdasarkan penelitian di Belanda, para pelaku swinger sangat berisiko mengalami penyakit seksual, seperti herpes, HIV, dan klamidia.

4. Termasuk kelainan atau tindakan kriminal?
Menurut seksolog dari RS Siloam Kebon Jeruk, dr Heru Oentoeng, M. Repro, SpAnd, fantasi seks ada dua jenis, yaitu fantasi yang normal dan penyimpangan atau parafilia. Fantasi bisa dikatakan parafilia jika orang tersebut mendapat kepuasan dengan cara aneh atau polanya sama, misalnya mendapat gairah saat melakukan kekerasan pada pasangannya.

Pada kasus ini, menurut dr Heru perilaku seseorang tidak dikategorikan kelainan jika masih berhubungan seks secara wajar dengan pasangannya. Jika hanya sekedar wawancara untuk menambah fantasi seksual tanpa terpaku dengan pola tertentu lebih tepat disebut kenakalan hingga kriminal.

"Kalau dia cuma sekedar wawancara, nanya-nanya tanpa ada aktivitas seksual tambahan dan hubungan intim sama istri masih normal sih, itu mah nakal," jelas dr Oentoeng saat dihubungi detikcom, Senin (3/8/2020).

Ganasnya Pandemi Flu Spanyol yang Mengakhiri Perang Dunia Pertama

Perang dunia pertama yang berlangsung pada 28 Juli 1914 hingga 11 November 1918, rupanya tak terlepas dari sejarah fenomena wabah penyakit saat itu. Pandemi flu spanyol yang muncul tahun 1918 menjadi salah satu faktor yang membuat militer dunia saat itu kelabakan.
Pandemi kala itu juga terjadi di Indonesia, yang saat itu masih menjadi jajahan Belanda.

Flu spanyol memiliki kesamaan dengan virus Corona COVID-19 saat ini, yaitu penularannya yang cepat, gejalanya serupa dengan influenza, dan mengakibatkan banyak kematian. Akan tetapi pemberitaan mengenai flu spanyol sendiri tidak seramai virus Corona.

Selain karena teknologi informasi saat itu masih terbatas, kondisi perang juga membuat penyebaran informasinya sangat dibatasi. Ganasnya pandemi saat itu dikhawatirkan melemahkan mental para prajurit yang bertempur.

Adalah Spanyol, negara Eropa yang pertama kali berani memberitakan wabah tersebut. Itulah sebabnya disebut flu spanyol, meski lebih diyakini wabahnya bermula dari Amerika atau China. Tidak ada kesimpulan pasti dari mana wabah ini bermula, karena persebarannya sangat luas.

Penulis buku sejarah pandemi, Arie Rukmantara, menjelaskan bahwa flu spanyol menjadi salah satu penyebab berakhirnya perang dunia pertama. Perang jadi tidak efektif karena prajurit lebih banyak yang bertumbangan karena sakit.

"Salah satu dampak positif dari flu Spanyol adalah dibuatnya perjanjian perdamaian terhadap perang dunia kesatu karena terlalu banyak tentara yang meninggal karena terkena wabah penyakit ini," jelas Arie dalam diskusi di Channel YouTube BNPB, Senin (03/08/2020).

Sisi positifnya, flu spanyol membuat dunia kesehatan saat itu berkembang sangat pesat. Berbagai penemuan vaksin muncul karena para ilmuwan tertantang oleh pandemi yang berkecamuk.
https://kamumovie28.com/prometheus-2/