Rabu, 02 September 2020

5 Pemeriksaan Pranikah yang Sebaiknya Dilakukan Agar Punya Anak Berkualitas

 Di Indonesia, tes kesehatan pranikah atau premarital screening masih sering dianggap tabu. Beberapa orang beranggapan tes ini hanya akan membuka aib kedua pasangan. Padahal, tes pranikah memberikan banyak manfaat seperti mengetahui penyakit yang tidak terdeteksi dan bisa ditangani sejak dini.
Melakukan tes kesehatan pranikah membantu pasangan dapat terbuka satu sama lain soal kondisi kesehatan masing-masing. Selain baik untuk kedua calon pengantin, tentunya tes ini berguna untuk calon bayi seperti mencegah penyakit bawaan yang ditularkan oleh orang tuanya.

Dalam tulisannya untuk HaiBunda.com, konsultan Perinatologi RS Cipto Mangunkusumo Dr dr Rinawati Rohsiswatmo SpA (K) menjelaskan 5 tahapan tes pranikah yang umum dilakukan. Berikut penjelasannya:

1. Pemeriksaan fisik dan laboratorium sederhana
Tes yang paling umum dilakukan adalah pemeriksaan fisik seperti tekanan darah dan gula darah. Pemeriksaan ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai status kesehatan agar segera diobati.

2. Pemeriksaan ke arah pembawa sifat (carrier) thalassemia
Meski kedua calon pengantin terlihat sehat, tidak menutup kemungkinan akan membawa penyakit tertentu yang diturunkan oleh orang tua. Misalnya, orang tua yang memiliki thalassemia (kelainan sel darah merah) punya risiko melahirkan anak-anak dengan thalessemia. Jika sifat pembawa thalassemia sudah diketahui sejak sebelum menikah, bisa dilakukan pencegahan lebih awal.

3. Pemeriksaan penyakit menular
Mendeteksi penyakit menular sangatlah penting. Tidak hanya bisa diobati secara cepat, risiko menulari pasangan juga bisa dicegah. Pemeriksaan ini antara lain meliputi tes hepatitis B, hepatitis C, HIV-AIDS, dan sifilis.

4. Pemeriksaan organ reproduksi
Organ reproduksi merupakan hal yang penting bagi pasangan. Hal ini karena pada organ reproduksi wanita maupun laki-laki dapat menentukan kesuburan dan mengetahui kesehatan ke depannya seperti apa.

5. Pemeriksaan torch
Pemeriksaan ini khusus untuk calon pengantin. Melalui pemeriksaan ini para calon ibu mengetahui kelainan yang dapat ditularkan ke calon bayinya. Hasil yang didapat pemeriksaan torch, yaitu toksoplasmosis, cytomegalovirus (CMV), herpes simplex virus (HSV), dan rubella.

Adanya Vaksin Tak Langsung Hentikan Pandemi, Ini 3 Alasannya

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut Indonesia telah mendapatkan akses 290 juta vaksin COVID-19 sampai akhir 2021. Namun, meski nantinya vaksin sudah berhasil tersedia di seluruh dunia, kemungkinan pandemi Corona tidak akan bisa langsung selesai begitu saja.
Hal ini karena butuh waktu yang cukup lama untuk bisa memberikan vaksin COVID-19 kepada seluruh warga dunia. Terlebih disebutkan, vaksinasi tidak cukup hanya dilakukan sekali.

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut 3 alasan mengapa pandemi Corona tidak bisa langsung usai setelah vaksin COVID-19 tersedia.

1. Antibodi tidak bertahan lama
Dikutip dari Business Insider, sejumlah penelitian menemukan bahwa antibodi COVID-19 dapat menghilang dalam waktu beberapa minggu atau bulan. Maka dari itu, beberapa ahli menyarankan agar vaksinasi dilakukan secara teratur.

"Jika kekebalan ternyata cepat menghilang," kata ahli ekologi Marm Kilpatrick.

"Kita akan membutuhkan rencana vaksinasi yang ditambah dengan penguat atau vaksinasi ulang secara berkala," tambahnya.
https://nonton08.com/kung-fu-panda-3-2/

Studi Baru Temukan Antibodi Corona Bisa Bertahan 4 Bulan Setelah Sembuh

 Sebuah penelitian baru mengungkap tingkat antibodi terhadap virus Corona meningkat dan bertahan hingga lebih empat bulan pada pasien COVID-19 yang pulih.
Dalam penelitian sebelumnya, tingkat antibodi menurun drastis dalam beberapa bulan setelah sembuh dari Corona sehingga menimbulkan pertanyaan tentang durasi imunitas atau kekebalan setelah pulih dari penyakit tersebut.

"Temuan baru ini mungkin berimplikasi pada risiko reinfeksi dan ketahanan vaksin," kata Kari Stefansson, kepada eksekutif deCode Genetics yang melakukan penelitian tersebut dikutip dari Reuters.

Studi yang dipublikasikan di The New England Journal of Medicine ini dilakukan pada subjek di Islandia. Untuk mengetahui berapa banyak orang di Islandia yang telah terinfeksi virus corona dan mempelajari tentang kekebalan setelah pemulihan, peneliti mengukur tingkat antibodi pada lebih dari 30 ribu orang Islandia.

Berdasarkan hasil, mereka memperkirakan sekitar 1 persen populasi telah terinfeksi. Dari kelompok itu, 56 persen telah menerima diagnosis yang dikonfirmasi setelah tes laboratorium PCR. Sebanyak 14 persen lainnya belum didiagnosis secara resmi tetapi dikarantina setelah terpapar virus. Pada 30 persen sisanya, tes antibodi mengarah pada penemuan infeksi sebelumnya.

Di antara 1.215 orang dengan infeksi Corona yang dikonfirmasi oleh PCR, 91 persen memiliki tingkat antibodi yang meningkat selama dua bulan pertama setelah diagnosis dan kemudian stabil.

Hanya saja penelitian ini memiliki kekurangan karena hanya berfokus pada satu populasi di sebuah negara sehingga temuannya mungkin tidak sama di belahan dunia lain dengan populasi beragam.

"Namun, penelitian tersebut menunjukkan bagaimana tes antibodi yang cermat dapat menentukan prevalensi infeksi yang sebenarnya," kata Stefansson.

Sebuah editorial yang menyertai penelitian tersebut memperingatkan bahwa masih belum diketahui secara pasti apakah antibodi pasien yang pulih akan melindungi mereka dari infeksi ulang.

5 Pemeriksaan Pranikah yang Sebaiknya Dilakukan Agar Punya Anak Berkualitas

 Di Indonesia, tes kesehatan pranikah atau premarital screening masih sering dianggap tabu. Beberapa orang beranggapan tes ini hanya akan membuka aib kedua pasangan. Padahal, tes pranikah memberikan banyak manfaat seperti mengetahui penyakit yang tidak terdeteksi dan bisa ditangani sejak dini.
Melakukan tes kesehatan pranikah membantu pasangan dapat terbuka satu sama lain soal kondisi kesehatan masing-masing. Selain baik untuk kedua calon pengantin, tentunya tes ini berguna untuk calon bayi seperti mencegah penyakit bawaan yang ditularkan oleh orang tuanya.

Dalam tulisannya untuk HaiBunda.com, konsultan Perinatologi RS Cipto Mangunkusumo Dr dr Rinawati Rohsiswatmo SpA (K) menjelaskan 5 tahapan tes pranikah yang umum dilakukan. Berikut penjelasannya:

1. Pemeriksaan fisik dan laboratorium sederhana
Tes yang paling umum dilakukan adalah pemeriksaan fisik seperti tekanan darah dan gula darah. Pemeriksaan ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai status kesehatan agar segera diobati.

2. Pemeriksaan ke arah pembawa sifat (carrier) thalassemia
Meski kedua calon pengantin terlihat sehat, tidak menutup kemungkinan akan membawa penyakit tertentu yang diturunkan oleh orang tua. Misalnya, orang tua yang memiliki thalassemia (kelainan sel darah merah) punya risiko melahirkan anak-anak dengan thalessemia. Jika sifat pembawa thalassemia sudah diketahui sejak sebelum menikah, bisa dilakukan pencegahan lebih awal.

3. Pemeriksaan penyakit menular
Mendeteksi penyakit menular sangatlah penting. Tidak hanya bisa diobati secara cepat, risiko menulari pasangan juga bisa dicegah. Pemeriksaan ini antara lain meliputi tes hepatitis B, hepatitis C, HIV-AIDS, dan sifilis.

4. Pemeriksaan organ reproduksi
Organ reproduksi merupakan hal yang penting bagi pasangan. Hal ini karena pada organ reproduksi wanita maupun laki-laki dapat menentukan kesuburan dan mengetahui kesehatan ke depannya seperti apa.

5. Pemeriksaan torch
Pemeriksaan ini khusus untuk calon pengantin. Melalui pemeriksaan ini para calon ibu mengetahui kelainan yang dapat ditularkan ke calon bayinya. Hasil yang didapat pemeriksaan torch, yaitu toksoplasmosis, cytomegalovirus (CMV), herpes simplex virus (HSV), dan rubella.
https://nonton08.com/my-hero-academia-heroes-rising/