Para dokter di Amerika mengungkapkan bahwa seseorang bisa terinfeksi flu dan COVID-19 secara bersamaan. Seorang ahli epidemiologi, Dr Seema Yasmin, mengatakan saat tubuh jatuh sakit karena suatu virus, maka ia akan rentan terinfeksi virus lainnya.
"Begitu kamu terinfeksi flu atau beberapa virus pernapasan lainnya, itu akan membuat tubuhmu lemah, pertahanan tubuh menurun. Itulah yang membuatmu rentan terkena infeksi kedua selain penyakit itu," jelas Dr Yasmin yang dikutip dari CNN, Sabtu (12/9/2020).
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), penyakit flu dan COVID-19 sama-sama bisa menyerang paru-paru manusia. Hal ini berpotensi menyebabkan pneumonia, menumpuknya cairan di paru-paru, atau kegagalan pernapasan.
Spesialis perawatan darurat di California University, San Francisco, Dr Michael Matthay mengatakan jika flu dan COVID-19 menyerang bersamaan, keduanya bisa merusak banyak organ tubuh. Gejala yang muncul kemungkinan, seperti sepsis, cedera jantung, radang jantung, radang otak, atau kerusakan jaringan otak yang berdampak panjang.
"Kedua (virus) bersama-sama pasti bisa lebih merusak paru-paru dan menyebabkan lebih banyak kegagalan bernapas," katanya.
Bagaimana mengetahui mengidap keduanya?
"Gejala influenza dan COVID-19 sangat mirip, jadi sulit membedakannya,"kata Dr Leonard Mermel, direktur medis Departemen Epidemiologi dan Pengendalian Infeksi di Rumah sakit Rhode Island.
Menurut CDC, flu dan COVID-19 bisa memunculkan gejala seperti demam, batuk, sesak napas, kelelahan, sakit tenggorokan, nyeri di tubuh, dan hidung berair atau tersumbat. Tetapi, gejala yang paling kuat menjadi indikasi adanya COVID-19 adalah hilangnya penciuman dan perasa.
Adapun orang-orang yang terinfeksi virus Corona sama sekali tidak menunjukkan gejala apapun. Untuk memastikannya, salah satu cara terbaiknya adalah melakukan tes virus Corona.
Namun kasus seperti ini masih belum diketahui secara pasti. Ini karena data tentang kasus seseorang yang terinfeksi COVID-19 dan flu bersamaan masih belum banyak.
Tak Hanya karena Dehidrasi, Bibir Pecah-pecah Bisa Jadi Tanda Diabetes
Bibir pecah-pecah biasanya jadi tanda tubuh kurang asupan cairan. Namun tak hanya dehidrasi penyebabnya. Berbagai masalah kesehatan lain bisa jadi faktor bibir pecah-pecah.
Spesialis penyakit dalam, Dr Sudha Menon, mengatakan kondisi bibir pecah-pecah juga biasa disebut dengan cheilitis.
"Bibir pecah-pecah disebut dengan cheilitis. Bibir pecah-pecah sering ditandai dengan retak dan terkelupas. Menjaga tubuh untuk tetap terhidrasi dapat dilakukan di rumah, jika itu bukan termasuk kasus yang ekstrem. Tetapi jika kondisinya memburuk, ini mungkin mengarah pada masalah kesehatan lainnya," ujar Dr Sudha dikutip dari situs Times Of India.
Masalah kesehatan lain bisa ditandai dengan bibir pecah-pecah seperti sembelit, anemia, bahkan hingga diabetes.
Ia juga menyebut, bibir pecah-pecah bisa disebabkan oleh alergi obat-obatan tertentu, kekurangan vitamin, mineral dalam tubuh, serta stres, dan cemas.
Bagaimana cara mengatasi bibir pecah-pecah?
Menurutnya, penting untuk menjaga pola diet dengan seimbang dan teratur. Selalu menjaga diri tetap terhidrasi, dan rutin periksa kesehatan secara menyeluruh.
Ahli gizi dan konsultan kesehatan umum, Kavita Devgan, juga mengingatkan agar tidak menyepelekan kondisi bibir pecah-pecah.
"Karena kalau tidak sembuh setelah diobati, dan penyebabnya bukan karena dehidrasi. Bisa jadi itu masalah gula darah tinggi atau diabetes," jelasnya.
https://nonton08.com/curve/