Indonesia diketahui belum mencapai standar testing COVID-19 sesuai dengan aturan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). WHO menentukan standar testing Corona bagi suatu negara dengan minimal 1 per 1.000 penduduk per minggu.
Meski begitu, Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito menjelaskan ada beberapa provinsi yang berhasil mencapai standar testing COVID-19 sesuai anjuran WHO. Salah satunya adalah DKI Jakarta.
"Meskipun secara nasional angka testing belum mencapai target WHO, namun ada 5 provinsi yang testingnya sudah melebihi standar dari WHO," ungkap Prof Wiku dalam siaran pers YouTube Sekretariat Presiden Selasa (29/9/2020).
Berikut 5 provinsi yang berhasil mencapai target testing WHO:
- DKI Jakarta
- Sumatera Barat
- Bali
- Sulawesi Selatan
- Papua
"Selain itu angka kesembuhan juga mengalami peningkatan dari waktu ke waktu dan ini menunjukkan bahwa treatment yang dilakukan berkontribusi terhadap naiknya angka kesembuhan ini," bebernya.
Namun, Prof Wiku menyebut masih ada kendala yang cukup besar dalam penanganan COVID-19 yaitu tracing. Hal ini dikarenakan masih banyak stigma masyarakat terhadap pasien COVID-19.
"Kendala terbesar saat ini adalah tracing atau pelacakan karena banykanya resistensi di masyarakat, di lapangan, akibat adanya stigma masyarakat terhadap penderita COVID-19 ang harus dihindari," pungkasnya.
https://cinemamovie28.com/fearless/
Studi: Vaksin Moderna Hasilkan Kekebalan di Usia Rentan Komplikasi COVID-19
Uji klinis vaksin Corona Moderna disebut berhasil menunjukkan antibodi pada usia dewasa yang lebih rentan mengalami komplikasi COVID-19. Selain itu, para peneliti mengungkap efek samping yang dialami pasien cukup ringan seperti efek samping saat melakukan vaksin influenza.
Dikutip dari Reuters, studi tersebut dipublikasikan di New England Journal of Medicine. Hasil uji klinis disebut membuktikan keamanan vaksin Corona Moderna, karena vaksin berhasil menunjukkan antibodi pada usia dewasa lebih tua setara dengan pasien usia dewasa yang lebih muda.
"Temuan ini meyakinkan karena kekebalan cenderung melemah seiring bertambahnya usia," sebut Dr Evan Anderson, salah satu peneliti utama studi tersebut dari Emory University di Atlanta, mengatakan dalam sebuah wawancara.
Penelitian ini merupakan langkah lanjut dari uji coba keamanan fase satu vaksin Corona Moderna yang pertama kali dilakukan pada individu berusia 18 hingga 55 tahun. Ini menguji dua dosis vaksin Corona Moderna 25 mikrogram dan 100 mikrogram pada 40 orang dewasa berusia 56 hingga 70 dan 71 ke atas.
Secara keseluruhan, tim menemukan bahwa pada orang dewasa yang lebih tua yang menerima dua suntikan dari 100 mikrogram dosis, selang waktu 28 hari, vaksin Corona Moderna menghasilkan respons kekebalan seperti yang terlihat pada orang dewasa dengan usia lebih muda.
Moderna sudah menguji dosis yang lebih tinggi dalam uji coba besar tahap ketiga, tahap terakhir sebelum meminta otorisasi atau persetujuan darurat.
Sementara itu, efek samping vaksin Corona Moderna adalah sebagai berikut:
- Sakit kepala
- Kelelahan
- Nyeri tubuh
- Menggigil
- Nyeri di tempat suntikan dianggap cukup ringan hingga sedang0
Setidaknya dalam dua kasus, relawan mengalami reaksi yang parah. Seseorang mengembangkan demam tingkat tiga, yang diklasifikasikan hingga 39 derajat Celcius atau lebih setelah menerima dosis vaksin yang lebih rendah.
"Kelelahan lainnya berkembang begitu parah sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari untuk sementara. Biasanya, efek samping terjadi segera setelah menerima vaksin dan diatasi dengan cepat," katanya.
"Ini mirip dengan apa yang dialami banyak orang dewasa yang lebih tua dengan vaksin influenza dosis tinggi," kata Anderson.
"Mereka mungkin merasa tidak enak atau demam," pungkasnya.