Pandemi corona menyebabkan prosesi wisuda kini dilakukan secara virtual dengan menggunakan internet. Menyedihkannya tak semua mahasiswa mempunyai jaringan internet baik, terutama mereka yang tinggal di kawasan terpencil.
Seperti mahasiswa yang satu ini. Kisah perjuangannya demi mengikuti wisuda online sempat menjadi atensi warganet. Mahasiswa bernama Ahmad Krismon atau akrab disapa Momon ini sampai naik bukit agar mendapatkan sinyal internet demi bisa menjalani wisuda online pada 7 Agustus 2020.
Momon merupakan wisudawan D-3 Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di IAIN Bukittinggi, Sumatera Barat. Momon mengisahkan demi ikut wisuda online, dia naik bukit tak sendiri. Momon juga mengajak keluarganya naik bukit untuk bisa melihatnya diwisuda secara virtual.
"Kalau di kampung tidak ada sinyal di rumah. Karena kita perlu sinyal, keluarga bilang ke tempat yang banyak sinyalnya. Kira-kira jauhnya sekitar 3 kilo-an dari rumah. Aku bawa semua keluarga ayah, kakak, abang dan sekeluarga semuanya ke sana," ungkap Momon saat berbincang dengan Wolipop lewat telepon, Jumat (9/10/2020).
Selama pandemi Corona, Momon tinggal di rumahnya di kawasan Sungai Betung, Nagari atau Desa Pasia Laweh, Kecamatan Palupuh, Agam, Sumatera Barat. Demi mengikuti wisuda online, dia dan keluarganya naik ke puncak Bukit Pakan Salasa yang masih berada di kawasan Nagari.
https://kamumovie28.com/fast-and-furious-4-fast-furious/
"Cuma di sana aja yang ada sinyal, semua orang kampung cari sinyal di sana," kata pria 22 tahun itu.
Kesulitan naik ke atas bukit demi wisuda online
Mengikuti wisuda online dengan naik bukit diakui Momon tak mudah. Dia mengisahkan, untuk menuju bukit tersebut, dia dan keluarganya awalnya menggunakan sepeda motor. Saat motor sudah tidak bisa lagi digunakan untuk melanjutkan perjalanan, mereka jalan kaki hingga ke puncak bukit.
Perjalanan menuju bukit itu dilakukan Momon dan keluarganya sejak pagi hari. Karena wisuda akan dimulai pada pukul 07.15, mereka harus sudah ada di puncak bukit pada pukul 07.00.
"Aku sudah memakai toga saat manjat ke atas itu. Kesulitannya cuma agak jauh dari rumah dan bersemak-semak. Dan di bukit anginnya kencang, kadang sinyalnya juga hilang-hilang," jelasnya.
Momon mengikuti prosesi wisuda online dari ponselnya karena dia tidak memiliki laptop. Karena ponselnya kurang tahan lama jika digunakan untuk Zoom, dia pun sudah membawa powerbank. Dia juga tidak lupa meminjam tripod pada temannya.
Momon menambahkan, dia sebenarnya tak tega melihat orangtuanya ikut naik ke atas bukit. "Kasihan juga melihat orangtua jalan kaki ke atas bukit, karena susah juga naik ke atas situ kan licin," ucapnya.
Meski harus naik ke puncak bukit, orangtua Momon tetap ingin melihat anaknya diwisuda secara online. Kedua orangtuanya pun bangga dengan pencapaiannya lulus kuliah dari IAIN Bukittinggi.
"Senang akhirnya sudah wisuda online, cuma sedihnya nggak di kampus wisudanya. Tapi kalau wisuda online ini semua keluarga bisa ikut hadir. Saya juga merasa bangga sudah wisuda. Dan orangtua juga bangga karena cuman saya yang bisa kuliah dan sarjana di keluarga saya," ujarnya bahagia.
Setelah menjalani wisuda online, anak bungsu dari enam bersaudara ini, masih menunggu panggilan kerja dari perusahaan tempatnya melamar. Sambil menunggu mendapat pekerjaan, kegiatannya sehari-hari adalah mengajar ngaji di sekitar lingkungan rumahnya.
"Semoga saya bisa mendapatkan pekerjaan, kalau dapat kerja mau lanjut ambil S-1. Karena sekarang saya D-3. Rencananya kalau sudah dapat kerja mau kuliah sambil kerja, ambil kelas karyawan. Semoga nanti wisudanya bisa di kampus bukan wisuda online, karena berbeda sekali rasanya," harap Momon.
Semoga cita-cita Momon tercapai ya.