Sebuah harapan terkait antibodi COVID-19 mulai bermunculan kembali. Berdasarkan penelitian di Finlandia, menunjukkan bahwa antibodi yang terbentuk dari infeksi COVID-19 bisa bertahan setidaknya sampai empat bulan.
Dari sebuah proyek bersama Institut Kesehatan dan Kesejahteraan Finlandia (THL) dan Kota Helsinki ini menunjukkan antibodi yang terbentuk dalam waktu satu bulan, bisa terdeteksi hingga empat bulan setelah infeksi. Ini adalah jangka waktu yang lebih lama dari penelitian sebelumnya.
Di tahap berikutnya, penelitian ini akan melakukan verifikasi selama enam atau tujuh bulan.
Seorang ilmuwan senior di THL, Merit Melin, mengatakan penelitian ini difokuskan pada antibodi yang bisa menetralkan virus Corona baru. Menurutnya, sejauh ini penelitian internasional jarang berfokus pada hal tersebut.
"Hampir semua pasien membentuk antibodi penawar dan sebagian besar (antibodi) bertahan dalam periode yang cukup lama selama periode pengamatan," jelasnya yang dikutip dari Xinhuanet, Kamis (15/10/2020).
Selain itu, kepala dokter di THL Hanna Nohynek hasil penelitian ini sangat penting dan berpengaruh terhadap tujuan dalam pengembangan vaksin. Ini karena vaksin juga diciptakan untuk memberikan antibodi pada tubuh manusia.
"Seperti halnya vaksin yang bertujuan menciptakan antibodi yang tahan lama, menjanjikan bahwa kekebalan alami bisa bertahan lebih lama dari yang dilaporkan sebelumnya," kata Nohynek dalam siaran pers.
Dalam siaran tersebut menjelaskan bahwa reaksi kekebalan alami ini menghasilkan antibodi yang menargetkan spike protein virus. Struktur ini juga sebagai dasar dari sebagian besar ilmuwan yang tengah mengembangkan vaksin COVID-19.
Penelitian yang dilakukan mulai Maret 2020 lalu ini melibatkan 129 orang dalam keluarga dengan setidaknya satu orang anggotanya didiagnosis positif COVID-19. Sebanyak 64 orang di antaranya dinyatakan positif Corona dengan tes PCR (polymerase chain reaction).
Dari 64 orang tersebut, 63 di antaranya terdeteksi adanya antibodi. Adapun 17 orang lainnya juga mengembangkan antibodi, meskipun mereka tidak dikonfirmasi terinfeksi menggunakan tes PCR.
https://cinemamovie28.com/helpless/
Bisakah Suntik Vaksin COVID-19 Sebelum Uji Klinis Selesai? Ini Kata BPOM
Tiga vaksin COVID-19 yang tiba di Indonesia November 2020, rencananya akan disuntikkan Desember 2020. Penyuntikkan vaksin ini bersyarat emergency use authorization (EUA) dengan tahap awal ditujukan pada tenaga kesehatan dan pelayanan publik.
Beberapa pakar menilai pemberian vaksin COVID-19 terkesan terburu-buru saat uji klinis vaksin COVID-19 di dunia belum ada yang selesai. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menjelaskan mengapa vaksin COVID-19 nantinya bisa diberikan bersyarat EUA.
"Pada masa pandemi COVID-19 ini memungkinkan diberikannya emergency use of authorization (EUA) sesuai dengan peraturan BPOM No 27 Tahun 2020 tentang perubahan kedua atas peraturan Kepala Badan POM No 24 Tahun 2017 tentang kriteria dan tata laksana registrasi obat terhadap vaksin dan obat untuk penanganan COVID-19," jelas Dr Lucia Rizka Andalusia Apt M Pharm MARS Direktur Registrasi Obat BPOM pada Kamis (15/10/2020).
"EUA diberikan karena semua obat dan vaksin yang akan digunakan masih dalam pengembangan, BPOM sangat hati-hati dalam percepatan ketersediaan obat dan kepastian untuk mendapatkan akses terhadap vaksin ini," lanjutnya.
BPOM memastikan vaksin yang nantinya diberikan EUA memiliki keamanan, khasiat, dan mutu yang memadai. Namun, pemberian vaksin COVID-19 tersebut tetap dibarengi dengan pemantauan khasiat dalam populasi yang lebih besar dan keamanan yang lebih ketat.