Tes usap atau swab jadi cara untuk menentukan apakah seseorang tertular COVID-19 atau tidak. Tingkat keakuratan tes swab juga lebih tinggi daripada metode pemeriksaan lainnya.
Hanya saja, ada kasus di mana hasil swab pertama negatif lalu selang beberapa hari setelahnya dia dinyatakan positif COVID-19 saat menjalani tes kedua. Seperti yang dialami oleh pembalap Valentino Rossi.
Sebelum dipastikan positif, Rossi sempat menjalani 2 tes dengan hasil yang berbeda. Tes pertama hasilnya negatif, tetapi yang kedua hasilnya positif COVID-19.
Apa sih yang menyebabkan hasil tes Corona bisa berbeda?
Pakar biologi molekuler Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, PhD, mengatakah hal ini tergantung pada natural history kasusnya. Kemungkinan di awal paparan sekitar 2-3 hari atau pasca paparan, infeksi pada pasien belum terdeteksi.
"Di awal paparan dengan pasien (2-3 hari) pertama mungkin belum terdeteksi, namun bisa menjadi posisi setelah 5-7 hari pasca paparan," jelas Ahmad saat dihubungi detikcom, Jumat (16/10/2020).
"Beda lagi kasusnya pasien suspek sesak nafas, di pcr positif. Lalu setelah dirawat menjadi negatif," lanjutnya.
Ahmad mengatakan, 'shopping hasil PCR' atau tes berulang kali di lab dan di hari yang berbeda dianggap tidak lazim. Menurutnya, selama tes PCR dilakukan di lab PCR yang kredibel tidak perlu di tes ulang.
Namun, jika kasus tersebut sudah menunjukkan gejala klinis dan data lab (CT Scan, darah, dan lainnya) menunjukkan gejala COVID-19, harus dipastikan kembali.
"Maka harus dipastikan sampling berulang, kalau perlu dari sumber sampel yang berbeda, seperti sputum dan feses di samping swab rongga napas atas," kata Ahmad.
https://indomovie28.net/out-of-the-dark/
Ini Prediksi Terbaru Terkait Pemberian Vaksin COVID-19
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) memposting prediksi bahwa vaksin untuk virus Corona akan tersedia pada akhir tahun ini.
Dalam situs resminya, CDC mengungkapkan kemungkinan di tahap awal, pasokan vaksin akan terbatas jumlahnya. Tetapi, jumlah pasokan ini akan meningkat dalam beberapa minggu atau bulan pasca vaksin Corona tersebut rilis.
"Tujuannya agar semua orang bisa mudah mendapatkan vaksin COVID-19 dengan segera setelah tersedia dalam jumlah yang besar," kata CDC pada situs resminya yang dikutip dari CNN International, Sabtu (17/10/2020).
"Rencananya adalah dengan menyediakan beberapa ribu tempat vaksinasi, sehingga tidak ada yang harus bepergian jauh untuk divaksinasi, apakah itu di tempat praktik dokter, apotek ritel, rumah sakit. atau pusat kesehatan yang memenuhi persyaratan," lanjutnya.
Di Amerika Serikat, CDC hanya membantu dalam mendistribusikan vaksin. National Institutes of Health membantu mengembangkan dan menguji vaksin, sementara Food and Drug Administration (FDA) akan memberikan otorisasi atau persetujuan penggunaan darurat.
Menurut direktur National Institute of Allergy and Infectious Disease, Anthony Fauci, kemungkinan vaksin Corona ini akan tersedia secara luas pada April mendatang.
Ia juga mengingatkan agar para ilmuwan segera mendapatkan data soal keamanan dan efektivitas vaksin yang saat ini dikembangkan di November- Desember tahun ini.
Fauci memprediksi, pada tahap awal ini vaksin mungkin baru tersedia beberapa juta dosis.
"Jika pasokan terbatas, beberapa kelompok mungkin akan diprioritaskan untuk mendapatkan vaksin COVID-19 terlebih dahulu," tulis CDC.