Bagi kebanyakan orang, COVID-19 adalah penyakit singkat dan ringan. Tetapi sebagian lain tetap mengalami gejala berkepanjangan termasuk nyeri terus menerus bahkan sesak napas selama berbulan-bulan.
Seperti yang dialami dokter asal Inggris, Dr Nathalie MacDermott. Ia sebenarnya tidak asing dengan penyakit mematikan.
Dia telah bekerja di garda terdepan dalam penanganan Ebola di Liberia, Kolera di Haiti, dan tahun ini merawat anak-anak yang sakit kritis dengan COVID-19 di London. Tapi sekarang dia bertarung di garis depan untuk menyelamatkan dirinya sendiri.
Berbicara kepada ABC News, Dr MacDermott menderita gejala serius dan berkelanjutan setelah tertular COVID-19 pada bulan Maret. Ketika kakinya mati rasa saat mengemudi, dia tahu ada sesuatu yang tidak beres.
Kemudian datang rasa sakit yang membakar di punggungnya, menjalar ke lengan dan kakinya, saat dia menaiki tangga.
"Saya tidak lagi bisa berjalan lebih dari beberapa ratus meter. Kaki saya tidak cukup kuat. Semakin jauh saya mencoba melangkah, semakin kaki saya sakit dan terseret di tanah," kata dokter penyakit menular anak itu.
Dr MacDermott kemudian menjalani pemindaian MRI yang tampak normal tetapi masih menjalani tes COVID-19. Dia dan dokternya mencurigai virus Corona - atau proses inflamasi yang dipicu oleh virus - telah menyerang sel sarafnya dan mempengaruhi fungsi sumsum tulang belakangnya.
Dr MacDermott adalah salah satu dari semakin banyak orang yang sebelumnya sehat yang diidentifikasi memiliki 'long Covid', serangkaian gejala membingungkan yang berlanjut berbulan-bulan setelah tanda-tanda awal infeksi akut.
"Konsep COVID panjang telah ditolak, bahkan di bidang medis," ujarnya.
Tapi sekarang Dr MacDermott adalah bagian dari sekelompok dokter Inggris yang terkena gejala terus-menerus dari dugaan atau konfirmasi COVID-19, yang menyerukan lebih banyak penelitian, pemantauan yang lebih baik, dan dukungan medis.
Kondisi long Covid tampaknya tidak membedakan usia atau status kesehatan, bahkan mereka yang mengalami kondisi ringan atau asimtomatik pada awalnya, juga melaporkan gejala yang berkepanjangan.
https://indomovie28.net/man-u-n-c-l-e-2015/
Dipastikan Tak Terkait Vaksin Flu, 13 Warga Korsel Meninggal Usai Suntik
Pada Rabu (21/10/2020), pejabat kesehatan Korea Selatan melaporkan lima kematian warganya usai menjalani suntik vaksin flu. Pemerintah setempat telah memastikan tidak ada kaitan antara kematian dengan suntikan flu dan tidak akan menangguhkan program vaksinasi.
Total warga yang dilaporkan meninggal usai suntik sampai hari ini mencapai 13 orang.
Sejak awal kasus ini muncul, pihak berwenang merasa hal ini tidak ada hubungannya dengan efek vaksin yang diberikan. Korban yang meninggal ini meliputi seorang anak laki-laki berusia 17 tahun dan pria yang usianya 70 tahun.
"Ini membuat kami sulit untuk mengeluarkan pernyataan kategoris," kata Wakil Menteri Kesehatan Kim Gang-lip yang dikutip dari Reuters beberapa waktu lalu.
Sampai akhirnya Otoritas Korea Selatan mengatakan bahwa kematian warga tersebut tidak ada kaitan langsung dengan vaksinasi influenza. Pihak Korsel pun memastikan tidak akan menangguhkan program vaksinasi flu ini untuk 19 juta orang secara gratis usai adanya laporan kematian tersebut.
"Tidak ada zat beracun yang ditemukan dalam vaksin, dan setidaknya lima dari enam orang yang diselidiki memiliki kondisi yang lebih dulu ada," jelas para pejabat.
Sebelumnya, para pejabat setempat telah melaporkan sembilan kematian setelah vaksinasi flu di kantor. Kemudian pada Kamis (22/10/2020) ini, kembali dilaporkan empat kematian lainnya.
Program tersebut ditangguhkan selama tiga minggu setelah ditemukan bahwa sekitar 5 juta dosis, yang perlu disimpan di lemari es, telah terpapar pada suhu kamar saat diangkut ke fasilitas medis.
https://indomovie28.net/crystal-skulls-2014/
#Cokelathitamdanalmond #Telurrebus #Sardenkalengan #Edamame #camilansehat