Jumat, 23 Oktober 2020

Cerita Dokter yang Alami 'Long Covid', Gejala Tetap Ada Meski Sudah Sembuh

  Bagi kebanyakan orang, COVID-19 adalah penyakit singkat dan ringan. Tetapi sebagian lain tetap mengalami gejala berkepanjangan termasuk nyeri terus menerus bahkan sesak napas selama berbulan-bulan.

Seperti yang dialami dokter asal Inggris, Dr Nathalie MacDermott. Ia sebenarnya tidak asing dengan penyakit mematikan.


Dia telah bekerja di garda terdepan dalam penanganan Ebola di Liberia, Kolera di Haiti, dan tahun ini merawat anak-anak yang sakit kritis dengan COVID-19 di London. Tapi sekarang dia bertarung di garis depan untuk menyelamatkan dirinya sendiri.


Berbicara kepada ABC News, Dr MacDermott menderita gejala serius dan berkelanjutan setelah tertular COVID-19 pada bulan Maret. Ketika kakinya mati rasa saat mengemudi, dia tahu ada sesuatu yang tidak beres.


Kemudian datang rasa sakit yang membakar di punggungnya, menjalar ke lengan dan kakinya, saat dia menaiki tangga.


"Saya tidak lagi bisa berjalan lebih dari beberapa ratus meter. Kaki saya tidak cukup kuat. Semakin jauh saya mencoba melangkah, semakin kaki saya sakit dan terseret di tanah," kata dokter penyakit menular anak itu.


Dr MacDermott kemudian menjalani pemindaian MRI yang tampak normal tetapi masih menjalani tes COVID-19. Dia dan dokternya mencurigai virus Corona - atau proses inflamasi yang dipicu oleh virus - telah menyerang sel sarafnya dan mempengaruhi fungsi sumsum tulang belakangnya.


Dr MacDermott adalah salah satu dari semakin banyak orang yang sebelumnya sehat yang diidentifikasi memiliki 'long Covid', serangkaian gejala membingungkan yang berlanjut berbulan-bulan setelah tanda-tanda awal infeksi akut.


"Konsep COVID panjang telah ditolak, bahkan di bidang medis," ujarnya.


Tapi sekarang Dr MacDermott adalah bagian dari sekelompok dokter Inggris yang terkena gejala terus-menerus dari dugaan atau konfirmasi COVID-19, yang menyerukan lebih banyak penelitian, pemantauan yang lebih baik, dan dukungan medis.


Kondisi long Covid tampaknya tidak membedakan usia atau status kesehatan, bahkan mereka yang mengalami kondisi ringan atau asimtomatik pada awalnya, juga melaporkan gejala yang berkepanjangan.

https://indomovie28.net/man-u-n-c-l-e-2015/


Dipastikan Tak Terkait Vaksin Flu, 13 Warga Korsel Meninggal Usai Suntik


Pada Rabu (21/10/2020), pejabat kesehatan Korea Selatan melaporkan lima kematian warganya usai menjalani suntik vaksin flu. Pemerintah setempat telah memastikan tidak ada kaitan antara kematian dengan suntikan flu dan tidak akan menangguhkan program vaksinasi.

Total warga yang dilaporkan meninggal usai suntik sampai hari ini mencapai 13 orang.


Sejak awal kasus ini muncul, pihak berwenang merasa hal ini tidak ada hubungannya dengan efek vaksin yang diberikan. Korban yang meninggal ini meliputi seorang anak laki-laki berusia 17 tahun dan pria yang usianya 70 tahun.


"Ini membuat kami sulit untuk mengeluarkan pernyataan kategoris," kata Wakil Menteri Kesehatan Kim Gang-lip yang dikutip dari Reuters beberapa waktu lalu.


Sampai akhirnya Otoritas Korea Selatan mengatakan bahwa kematian warga tersebut tidak ada kaitan langsung dengan vaksinasi influenza. Pihak Korsel pun memastikan tidak akan menangguhkan program vaksinasi flu ini untuk 19 juta orang secara gratis usai adanya laporan kematian tersebut.


"Tidak ada zat beracun yang ditemukan dalam vaksin, dan setidaknya lima dari enam orang yang diselidiki memiliki kondisi yang lebih dulu ada," jelas para pejabat.


Sebelumnya, para pejabat setempat telah melaporkan sembilan kematian setelah vaksinasi flu di kantor. Kemudian pada Kamis (22/10/2020) ini, kembali dilaporkan empat kematian lainnya.


Program tersebut ditangguhkan selama tiga minggu setelah ditemukan bahwa sekitar 5 juta dosis, yang perlu disimpan di lemari es, telah terpapar pada suhu kamar saat diangkut ke fasilitas medis.

https://indomovie28.net/crystal-skulls-2014/

#Cokelathitamdanalmond #Telurrebus #Sardenkalengan #Edamame #camilansehat

Penyebab Anak Alami Dermatitis Atopik dan Cara Hindari Pemicunya

 Dermatitis merupakan kondisi yang dapat menyebabkan kulit kering dan gatal. Kondisi ini merupakan masalah kulit yang sering terjadi pada bayi dan anak-anak.

Dokter spesialis anak sekaligus Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI RSCM, DR dr Aryono Hendarto SpA(K) MPH mengatakan dermatitis atopik merupakan alergi yang terjadi pada kulit. Umumnya penyakit ini berupa eksim sehingga tidak berbahaya.


"Gejala dermatitis atopik biasanya muncul pada usia 2-6 bulan. Beberapa anak, dermatitis dapat berlanjut sampai dewasa," ucapnya dikutip dari HaiBunda.


Penyebab dermatitis atopik yaitu faktor genetik, lingkungan gangguan fungsi sawar (pelindung) kulit, faktor imunologi dan infeksi. Gejala dermatitis atopik biasanya terjadi pada beberapa area tubuh, yaitu:


1. Kulit

Gejala paling umum yaitu timbulnya bentol, kemerahan, dan rasa gatal pada kulit. Gejala ini biasanya bisa timbul di satu bagian tubuh dan menyebar ke bagian lain.


2. Saluran napas

Dermatitis atopik tidak hanya terjadi di kulit, tetapi juga di saluran pernapasan. Umumnya, anak-anak akan merasakan hidung tersumbat, pilek, batuk hingga asma.


3. Saluran pencernaan

Gejala dermatitis atopik yang terjadi di saluran pencernaan ditandai dengan pruritus yaitu rasa gatal diseluruh tubuh, muntah, kolik, konstipasi (sulit buang air besar), diare, dan buang air besar berdarah.


Dermatitis atopik dibagi menjadi 3 tipe klinis berdasarkan usia yakni tipe infantil atau bayi, tipe anak-anak, dan tipe dewasa. Setiap tipe memiliki lokasi kelainan yang berbeda.


1. Tipe infantile

Tipe ini terjadi pada bayi dan berlangsung hingga usia 2 tahun. Gejala pada tipe infantile dapat terjadi pada area di sekitar wajah.


2. Tipe anak-anak

Gejala pada anak-anak terjadi sebagai kelanjutan tipe infantile yang terjadi sejak bayi. Anak-anak akan merasakan kulit kering yang bersifat kronis di sekitar lipatan tangan, belakang lutut, kaki, dan sekitar kelopak mata.


3. Tipe dewasa

Tipe ini terjadi pada usia 20 tahun. Umumnya dermatitis atopik terjadi di daerah lipatan, muka, leher, anggota badan bagian atas, kaki, dan tangan.: 

https://indomovie28.net/sara-2015/


Untuk mencegah terkena dermatitis atopik, kamu harus tahu hindari penyebabnya. Beberapa faktor yang dapat menjadi pemicu terjadinya dermatitis atopik, antara lain:


1. Makanan

Untuk mengetahui makanan apa saja yang dapat memicu dermatitis atopik dapat dilakukan uji pemeriksaan kadar kekebalan di darah yaitu Imunoglobulin E (IgE).


2. Alergen hirup

Anak yang mengalami dermatitis atopik, bisa dilakukan pemeriksaan kadar kekebalan (igE) untuk mengetahui penyebabnya alergi hirup (bisanya dari bulu binatang atau jamur).


3. Infeksi kulit

Infeksi kulit disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur yang dapat diketahui dengan pemeriksaan dokter dan laboratorium (darah).


Dr Aryono mengatakan dermatitis atopik pada anak bisa terjadi karena faktor keturunan. Kurang lebih 70 persen anak dengan dermatitis atopik memiliki riwayat alergi dalam keluarga. Ibu yang memiliki riwayat alergi (atopi) menurunkan lebih besar dibandingkan ayahnya.


Merawat kulit bayi dengan dermatitis atopik tidak mudah. Namun, perawatan yang tepat dapat membantu kondisi bayi membaik, yaitu:


Saat mandi:

Mandi 1-2 kali sehari dengan menggunakan air hangat kuku (suhu 36-37 derajat Celcius).

Lama mandi kira-kira 10-15 menit.

Menggunakan sabun yang mengandung pelembab, pH 5,5-6, tidak mengandung pewarna dan pewangi.

Mencegah bahan iritan saat mandi, seperti sabun antiseptik.

Setelah mandi:

Sesegera mungkin (dalam waktu 3 menit setelah mandi) oleskan pelembab ke seluruh kulit kecuali kulit kepala. Cara aplikasi yaitu dioleskan tipis di seluruh permukaan kulit kecuali kulit kepala.

Memakai pakaian yang ringan, lembut, halus, dan menyerap keringat.

Mencegah bahan iritan, seperti deterjen, sabun cair pencuci piring, dan desinfektan saat mencuci pakaian bayi.

Menghindari faktor pencetus alergen, seperti tungau debu rumah, binatang peliharaan, dan serbuk bunga.

Menjaga suhu ruangan tempat bayi berada agar tidak ekstrim, seperti terlalu panas atau terlalu dingin.

Pengobatan dermatitis atopik berbeda-beda, tergantung pada tingkat keparahan gejala. Dermatitis atopik dapat diobati dengan dua cara, yaitu pengobatan topikal dan pengobatan sistemik.

Pengobatan topikal dilakukan untuk mencegah kulit menjadi kering dan mengatasi peradangan yang terjadi. Umumnya, kulit kering bisa diatasi dengan mandi menggunakan sabun tanpa pewangi dan pemberian pelembap.

Lantas, kapan dermatitis atopik harus dibawa ke dokter?

Anak dengan gejala dermatitis berat harus segera dibawa ke dokter. Biasanya bayi atau anak merasakan gatal hebat pada kulitnya, sehingga membuat mereka tidak dapat tidur atau bahkan mengganggu nafsu makannya.

https://indomovie28.net/finest-hours-2016/

#Cokelathitamdanalmond #Telurrebus #Sardenkalengan #Edamame #camilansehat