Selasa, 27 Oktober 2020

Viral Berdebat Cara Melipat Handuk, Cara Mana yang Paling Benar?

  Cara melipat handuk ternyata ada banyak tekniknya. Baru-baru ini, media sosial dihebohkan oleh perbedaan pendapat soal 3 cara melipat handuk.

Perbedatan itu bermula dari sebuah unggahan di Twitter. Unggahan tersebut menampilkan 3 cara melipat handuk, yakni:


Dilipat jadi dua

Dilipat jadi tiga

Digulung.

Bagaimana sih cara melipat handuk yang paling benar?


Cuitan ini rupanya mendapat banyak tanggapan dan menjadi viral. Masing-masing orang rupanya punya kebiasaan sendiri soal melipat handuk, bahkan ada yang merasa lebih nyaman untuk tidak pernah melipatnya.


Selain itu, banyak juga yang membagikan teknik lain melipat handuk. Seorang wanita asal Australia, Chantel Mila, membagikan cara melipat handuk yang mirip seperti di tempat spa. Videonya telah ditonton lebih dari empat juta kali semenjak ia mempostingnya pada bulan Juni lalu.


Video tersebut diberi nama "Lipatan sederhana ini menghemat ruang untuk penyimpanan dan juga terlihat mewah di kamar mandi kamu".


Untuk melipat, rentangkan handuk secara rata di atas meja dan lipat bagian atas kanan handuk sehingga terbentuk segitiga.


Lalu lipat menjadi setengah panjang handuk dan putar balikkan, gulung secara erat sampai menyentuh akhir dari segitiga dan masukkan ke dalam gulungan handuk.


Punya cara yang lebih benar untuk melipat handuk? Bagikan di kolom komentar.

https://cinemamovie28.com/deadball-2015/


Misteri Patient Zero COVID-19, Siapakah Dia?


 Salah satu persoalan pelik dalam setiap wabah adalah menemukan patient zero. Pada pandemi COVID-19 kali ini, siapa dan di manakah keberadaan patient zero masih belum terpecahkan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut patient zero pada pandemi virus Corona COVID-19 akan sangat sulit ditemukan. Sangat mungkin pasien ini tidak berasal dari klaster pertama penularan COVID-19 di Wuhan, China.


Patient zero adalah pasien yang pertama terinfeksi COVID-19. Jika menemukan orang ini, kemungkinan ilmuwan bisa mencari tahu asal muasal wabah dan mencari cara untuk menghentikannya di masa depan.


Kepala program kedaruratan WHO, Michael Ryan, mengatakan patient zero bisa saja adalah seseorang yang berasal dari luar China. Maka dari itu, ia meminta agar seluruh pihak bisa berpikir lebih terbuka dalam penanganan COVID-19 dan tidak terlalu terpaku dengan hal tersebut.


Terlebih saat ini sudah ada bukti yang menunjukkan bahwa sejumlah pasien di luar China telah terinfeksi COVID-19 sebelum negara itu mengonfirmasi kasus pertama.


Ryan menyebut, butuh bertahun-tahun untuk mengidentifikasi patient zero pada kasus MERS (middle east respiratory syndrome). Hal yang sama juga sangat mungkin terjadi pada COVID-19.


Menurut sebuah studi yang diterbitkan di jurnal kedokteran The Lancet pada 1 Desember 2019, orang yang disebut sebagai patient zero tidak punya kontak dengan Pasar Huanan, yakni tempat yang dicurigai sebagai awal mula penyebaran COVID-19 di Wuhan.


"Itu sebabnya susah mencari tahu hewan atau inang apa yang menyebabkan virusnya lompat ke manusia," kata ahli pernapasan Peking University First Hospital, Wang Guafa.

https://cinemamovie28.com/curse-of-the-blood-ghouls-1962/

Fakta-fakta Aliansi Dokter Dunia yang Sebut COVID-19 Flu Biasa

 Aliansi Dokter Dunia mengklaim bahwa COVID-19 tidak ada, Aliansi Dokter Dunia bahkan menyebut COVID-19 hanyalah flu biasa.

Pernyataan Aliansi Dokter Dunia itu terekam dalam sebuah video dan viral beredar di media sosial. Dokter-dokter itu disebutkan berasal dari Jerman, Belanda, Swedia, Irlandia, dan Inggris.


"Kami adalah dokter, ilmuwan, dan aktivis perdamaian dan kami semua mengatakan peristiwa COVID-19 ini tidaklah benar," kata seorang dokter dari Jerman, Heiko Schoning.


Schoning mengklaim hasil tes COVID-19 hanyalah dibuat-buat. Mereka pun menyebut seluruh kejadian terkait COVID-19 tidak benar. Aliansi Dokter Dunia itu juga menyebut bahwa tes PCR (polymerase chain reaction) tidak akurat.


Lalu benarkah semua itu? Berikut faktanya:

1. COVID-19 Bukan Flu Biasa

Aliansi Dokter Dunia menyebut COVID-19 hanyalah flu biasa. Namun virus corona yang bernama SARS-CoV-2 berbeda dengan influenza penyebab flu.


Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO dalam situsnya menyebut virus COVID-19 dan influenza memang memiliki gejala penyakit yang serupa yakni menyerang pernapasan. Kedua virus ditularkan melalui kontak dan tetesan.


Namun, perbedaan dua virus itu terlihat dari kecepatan penularan. Influenza memiliki masa inkubasi median yang lebih pendek (waktu dari infeksi hingga munculnya gejala) dan interval serial yang lebih pendek (waktu antara kasus yang berurutan) daripada virus COVID-19.


Interval serial untuk virus COVID-19 diperkirakan 5-6 hari, sedangkan untuk virus influenza interval serial adalah 3 hari. Artinya, influenza bisa menyebar lebih cepat dari COVID-19.


Kematian untuk COVID-19 tampaknya lebih tinggi daripada influenza, terutama influenza musiman. Jumlah kematian yang dilaporkan dibagi dengan kasus yang dilaporkan adalah antara 3-4%, kematian akibat infeksi. Untuk influenza musiman, angka kematian biasanya jauh di bawah 0,1%.

https://cinemamovie28.com/ok-jaanu-2017/


Data Universitas Johns Hopkins disebutkan, jumlah korban meninggal 1.154.242 per data 26 Oktober 2020.


2. Penjelasan Tes PCR Tidak Akurat

Tes PCR (polymerase chain reaction) adalah pemeriksaan molekuler untuk mendeteksi keberadaan virus atau bakteri yang menyebabkan penyakit tertentu. Salah satu metode pengambilan sampel untuk tes PCR adalah tes swab.


Dilansir situs WHO, pengujian molekuler (misalnya PCR) dari sampel saluran pernapasan adalah metode yang direkomendasikan untuk identifikasi dan konfirmasi laboratorium kasus COVID-19.


Produk diagnostik molekuler COVID-19 sedang dievaluasi kualitas dan keamanannya melalui Prosedur Pencatatan Penggunaan Darurat Prakualifikasi WHO dan melalui kolaborasi dengan Foundation for Innovative New Diagnostics (FIND).


Dokumen panduan WHO untuk deteksi COVID-19 telah diterbitkan yakni panduan WHO tentang pengujian laboratorium untuk COVID-19 pada kasus yang dicurigai pada manusia. Selain itu, panduan tentang bagaimana pengujian dapat dirasionalkan ketika kurangnya reagen atau kapasitas pengujian memerlukan prioritas populasi atau individu tertentu untuk pengujian juga tersedia.


Untuk menginformasikan kebijakan WHO tentang penggunaan tes cepat imunodiagnostik untuk COVID-19, WHO bekerja sama dengan jaringan pakar laboratorium global, dan meninjau dengan cermat hasil laboratorium dan studi klinis yang direncanakan dan dilaksanakan oleh laboratorium rujukan, kelompok akademik, dan organisasi non-pemerintah.


Profil produk target untuk diagnosis COVID-19 yang diinginkan untuk menginformasikan upaya penelitian dan pengembangan sedang dalam pengembangan.


WHO akan terus bekerja dengan kelompok penelitian, lembaga lain, dan negara anggota untuk mengembangkan dan menafsirkan data yang mungkin menunjukkan area spesifik di mana tes tersebut dapat berguna untuk manajemen kasus klinis, pemahaman epidemiologi, dan atau pengendalian infeksi.


3. Tanggapan Jubir Satgas COVID-19

Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito menegaskan klaim yang disampaikan Dokter Aliansi Dunia tersebut adalah misinformasi.


"Konten informasi dalam video ini dapat diidentifikasikan sebagai misinformasi yang muncul dengan menyamakan COVID-19 dengan influenza. "Kita tahu penyebab, dinamika transmisi dan akibat dari keduanya pun berbeda," kata Prof Wiku saat dihubungi detikcom, Senin (27/10/2020).

https://cinemamovie28.com/13-game-of-death-2006/