Cara melipat handuk ternyata ada banyak tekniknya. Baru-baru ini, media sosial dihebohkan oleh perbedaan pendapat soal 3 cara melipat handuk.
Perbedatan itu bermula dari sebuah unggahan di Twitter. Unggahan tersebut menampilkan 3 cara melipat handuk, yakni:
Dilipat jadi dua
Dilipat jadi tiga
Digulung.
Bagaimana sih cara melipat handuk yang paling benar?
Cuitan ini rupanya mendapat banyak tanggapan dan menjadi viral. Masing-masing orang rupanya punya kebiasaan sendiri soal melipat handuk, bahkan ada yang merasa lebih nyaman untuk tidak pernah melipatnya.
Selain itu, banyak juga yang membagikan teknik lain melipat handuk. Seorang wanita asal Australia, Chantel Mila, membagikan cara melipat handuk yang mirip seperti di tempat spa. Videonya telah ditonton lebih dari empat juta kali semenjak ia mempostingnya pada bulan Juni lalu.
Video tersebut diberi nama "Lipatan sederhana ini menghemat ruang untuk penyimpanan dan juga terlihat mewah di kamar mandi kamu".
Untuk melipat, rentangkan handuk secara rata di atas meja dan lipat bagian atas kanan handuk sehingga terbentuk segitiga.
Lalu lipat menjadi setengah panjang handuk dan putar balikkan, gulung secara erat sampai menyentuh akhir dari segitiga dan masukkan ke dalam gulungan handuk.
Punya cara yang lebih benar untuk melipat handuk? Bagikan di kolom komentar.
https://cinemamovie28.com/deadball-2015/
Misteri Patient Zero COVID-19, Siapakah Dia?
Salah satu persoalan pelik dalam setiap wabah adalah menemukan patient zero. Pada pandemi COVID-19 kali ini, siapa dan di manakah keberadaan patient zero masih belum terpecahkan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut patient zero pada pandemi virus Corona COVID-19 akan sangat sulit ditemukan. Sangat mungkin pasien ini tidak berasal dari klaster pertama penularan COVID-19 di Wuhan, China.
Patient zero adalah pasien yang pertama terinfeksi COVID-19. Jika menemukan orang ini, kemungkinan ilmuwan bisa mencari tahu asal muasal wabah dan mencari cara untuk menghentikannya di masa depan.
Kepala program kedaruratan WHO, Michael Ryan, mengatakan patient zero bisa saja adalah seseorang yang berasal dari luar China. Maka dari itu, ia meminta agar seluruh pihak bisa berpikir lebih terbuka dalam penanganan COVID-19 dan tidak terlalu terpaku dengan hal tersebut.
Terlebih saat ini sudah ada bukti yang menunjukkan bahwa sejumlah pasien di luar China telah terinfeksi COVID-19 sebelum negara itu mengonfirmasi kasus pertama.
Ryan menyebut, butuh bertahun-tahun untuk mengidentifikasi patient zero pada kasus MERS (middle east respiratory syndrome). Hal yang sama juga sangat mungkin terjadi pada COVID-19.
Menurut sebuah studi yang diterbitkan di jurnal kedokteran The Lancet pada 1 Desember 2019, orang yang disebut sebagai patient zero tidak punya kontak dengan Pasar Huanan, yakni tempat yang dicurigai sebagai awal mula penyebaran COVID-19 di Wuhan.
"Itu sebabnya susah mencari tahu hewan atau inang apa yang menyebabkan virusnya lompat ke manusia," kata ahli pernapasan Peking University First Hospital, Wang Guafa.