Rabu, 04 November 2020

3 Faktor Pemicu Sikap Arogan Pengendara Moge Saat Konvoi di Jalanan

 Baru-baru ini kasus pengeroyokan prajurit TNI oleh sejumlah anggota Harley Owners Group Siliwangi Bandung Chapter (HOG SBC) di Bukittinggi, Sumatera Barat, ramai diperbincangkan masyarakat.

Sebagian masyarakat menilai aksi anggota klub moge (motor gede) tersebut arogan. Namun, mengapa anggota klub moge bisa menjadi arogan saat di jalanan?


Dirangkum detikcom, berikut sejumlah faktor psikologis yang membuat anggota klub moge bisa menjadi arogan saat di jalanan.


1. Faktor individu

Psikolog klinis dari Personal Growth, Veronica Adesla, mengatakan sifat arogan seseorang bisa muncul ketika mereka memiliki power atau kuasa saat bergabung dalam suatu kelompok seperti klub moge.


"Power atau kuasa itu karena melebur dalam identitas kelompok, terlebih kalau di dalam kelompok tersebut rasa persaudaraannya tinggi antar sesama anggota kelompok," kata Vero saat dihubungi detikcom, Senin (2/11/2020).


Selain itu, arogansi seseorang juga bisa bertambah jika orang tersebut memiliki sifat pemarah dan agresif.


"Faktor individu yang bersangkutan juga ada, misalnya, ada orang yang reaktif, impulsif, punya sifat marah lebih tinggi dari yang lain itu juga berpengaruh," ucap Bonar Hutapea, SPsi, MPsi, psikolog sosial dari Universitas Tarumanagara, dalam wawancara terpisah.


2. Faktor kelompok

Selanjutnya, faktor kelompok juga bisa mempengaruhi munculnya sifat arogan pada seseorang. Menurut psikolog klinis dari Pro Help Center, Nuzulia Rahma, adanya ikatan psikologis yang kuat antar anggota kelompok bisa memicu suatu perilaku massa.


Maksudnya, jika ada beberapa orang dalam kelompok tersebut yang terpancing emosi, maka ini bisa menular ke anggota lainnya, yang pada akhirnya memunculkan perilaku massa.


"Jika emosinya baik, maka akan terbentuk kegiatan yang baik. Jika emosinya buruk, maka akan muncul perilaku buruk bahkan bisa brutal karena merasa mendapat dukungan penuh dari anggota yang lain," ujar Rahma.


3. Faktor situasi

Bonar menjelaskan, dalam psikologi sosial, faktor situasi atau lingkungan juga bisa menjadi penyebab seseorang bisa menjadi arogan. Misalnya, saat pengendara moge melakukan konvoi lalu ada kejadian yang memicu amarah mereka.


"Jadi dia tidak menganggap itu sebab di dirinya, tapi sebab di luar dirinya. Jadi menyalahkan orang, yang paling sering perilaku agresif dan arogan itu karena menyalahkan orang," jelas Bonar.


"Bukan karena dia sadar dia pemarah, tapi dia melakukan itu karena orang lain dan keadaan," tambahnya.

https://indomovie28.net/so-much-love-to-give/


Terendah Sejak Agustus, Ini Riwayat Penambahan Kasus COVID-19 RI dalam Sepekan


 Corona di Indonesia per hari ini mencatat kasus terendah lagi sejak Agustus 2020. Hari ini 'hanya' ada 2.618 kasus baru COVID-19.

Sementara per Minggu (1/11/2020) ada 2.696 kasus baru COVID-19. Total kasus COVID-19 di Indonesia hingga kini sudah tercatat 415.402 kasus.


Penambahan kasus COVID-19 yang menurun terjadi saat pemeriksaan spesimen juga mengalami penurunan. Per hari ini hanya ada 26.661 spesimen yang diperiksa, sementara kemarin ada 23.208 spesimen.


Berdasarkan data corona.jakarta.go.id, penambahan kasus COVID-19 hari ini terendah sejak 27 Agustus. Kala itu ada penambahan kasus sebanyak 2.719.


Berikut riwayat penambahan kasus baru Corona di Indonesia dalam sepekan terakhir.


Senin (2/11/2020) tambah 2.618 kasus baru dari 26.661 spesimen yang diperiksa

Minggu (1/11/2020): 2.696 kasus baru dari 23.208 spesimen yang diperiksa

Sabtu (31/10/2020): 3.143 kasus baru dari 29.001 spesimen yang diperiksa

Jumat (30/10/2020): 2.897 kasus baru dari 24.854 spesimen yang diperiksa

Kamis (29/10/2020): 3.565 kasus baru dari 34.317 spesimen yang diperiksa

Rabu (28/10/2020): 4.029 kasus baru dari 40.572 spesimen yang diperiksa

Selasa (27/10/2020): 3.520 kasus baru dari 37.438 spesimen yang diperiksa

Senin (26/10/2020): 3.222 kasus baru dari 24.413 spesimen yang diperiksa.

Tercatat pada hari Senin (2/11/2020), ada tambahan 3.624 pasien sembuh, dan 101 pasien meninggal dunia.


Sebelumnya, dr Masdalina Pane dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) pernah mengatakan bahwa makin sedikit spesimen yang diperiksa, maka kemungkinan jumlah kasus baru Corona yang ditemukan juga akan lebih sedikit.


"Lihat testingnya, kalau testingnya turun, kasusnya turun," katanya saat dihubungi detikcom, Jumat (30/10/2020).

https://indomovie28.net/godzilla-and-mothra-the-battle-for-earth/

Tingkat Hunian Pasien RSD Wisma Atlet Menurun, Ini Detail Kondisi Terkini

 Koordinator RS Darurat Wisma Atlet, Mayor Jenderal TNI dr Tugas Ratmono, SpS, mengungkap update soal hunian di Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet. Ia menyebut tingkat hunian pasien virus Corona COVID-19 mengalami penurunan.

"Dalam satu bulan terakhir dari sisi angka hunian, satu bulan yang lalu baik di Tower 4 dan 5 sebagai isolasi mandiri, kemudian Tower 6 dan 7 sebagai tempat perawatan yang ringan dan sedang dari pasien COVID ini semuanya menurun," jelas dr Tugas dalam siaran pers di kanal Youtube BNPB, Senin (2/11/2020).


"Tower 4 dan 5 katakanlah waktu itu di atas 80 persen, Tower 6 dan 7 juga di atas 80 persen. Saat ini kita lihat di Tower 6 dan 7 itu adalah 36,3 persen ini artinya menurun jauh," tambah dr Tugas.


Selain itu, di Tower 4 dan 5 menurut penjelasan dr Tugas mengalami penurunan dari sebelumnya 80 persen, saat ini menjadi 23,4 persen. Disebutkan penurunan ini sangat jauh.


Mengapa bisa menurun?

Dari data RSD COVID-19, dr Tugas menjelaskan kenapa tingkat hunian pasien Corona bisa menurun, ini disebabkan karena pasien yang masuk ke Rumah Sakit Darurat (RSD) lebih sedikit dibanding pasien yang keluar.


Penurunan terjadi berbagai faktor, bisa jadi pertambahannya yang menurun dibanding sebelumnya dan juga angka kesembuhan meningkat ini juga menyebabkan penurunan di dalam perawatan di RSD Wisma Atlet.

https://indomovie28.net/disappearance-missing-wife/


3 Faktor Pemicu Sikap Arogan Pengendara Moge Saat Konvoi di Jalanan


Baru-baru ini kasus pengeroyokan prajurit TNI oleh sejumlah anggota Harley Owners Group Siliwangi Bandung Chapter (HOG SBC) di Bukittinggi, Sumatera Barat, ramai diperbincangkan masyarakat.

Sebagian masyarakat menilai aksi anggota klub moge (motor gede) tersebut arogan. Namun, mengapa anggota klub moge bisa menjadi arogan saat di jalanan?


Dirangkum detikcom, berikut sejumlah faktor psikologis yang membuat anggota klub moge bisa menjadi arogan saat di jalanan.


1. Faktor individu

Psikolog klinis dari Personal Growth, Veronica Adesla, mengatakan sifat arogan seseorang bisa muncul ketika mereka memiliki power atau kuasa saat bergabung dalam suatu kelompok seperti klub moge.


"Power atau kuasa itu karena melebur dalam identitas kelompok, terlebih kalau di dalam kelompok tersebut rasa persaudaraannya tinggi antar sesama anggota kelompok," kata Vero saat dihubungi detikcom, Senin (2/11/2020).


Selain itu, arogansi seseorang juga bisa bertambah jika orang tersebut memiliki sifat pemarah dan agresif.


"Faktor individu yang bersangkutan juga ada, misalnya, ada orang yang reaktif, impulsif, punya sifat marah lebih tinggi dari yang lain itu juga berpengaruh," ucap Bonar Hutapea, SPsi, MPsi, psikolog sosial dari Universitas Tarumanagara, dalam wawancara terpisah.


2. Faktor kelompok

Selanjutnya, faktor kelompok juga bisa mempengaruhi munculnya sifat arogan pada seseorang. Menurut psikolog klinis dari Pro Help Center, Nuzulia Rahma, adanya ikatan psikologis yang kuat antar anggota kelompok bisa memicu suatu perilaku massa.


Maksudnya, jika ada beberapa orang dalam kelompok tersebut yang terpancing emosi, maka ini bisa menular ke anggota lainnya, yang pada akhirnya memunculkan perilaku massa.


"Jika emosinya baik, maka akan terbentuk kegiatan yang baik. Jika emosinya buruk, maka akan muncul perilaku buruk bahkan bisa brutal karena merasa mendapat dukungan penuh dari anggota yang lain," ujar Rahma.

https://indomovie28.net/the-owners/