Senin, 23 November 2020

Kasus COVID-19 Jateng-Jabar Tinggi Pekan Ini, Satgas: Efek Libur Panjang

 Kasus COVID-19 di Jawa Barat dan Jawa Tengah belakangan terus mencatat kasus COVID-19 tinggi. Kedua provinsi tersebut selalu berada di urutan tertinggi penambahan kasus COVID-19 selain DKI Jakarta.

Bahkan beberapa waktu lalu, tepatnya 15 November, Jawa Tengah mencatat penambahan kasus COVID-19 melebihi seribu, yaitu 1.071 kasus. Disusul Jawa Barat dengan penambahan kasus 309.


Sementara laporan per Selasa (17/11/2020), ada 652 kasus COVID-19 yang dilaporkan di Jawa Tengah, sedangkan Jabar mencatat 648 kasus COVID-19. Apa penyebab kasus COVID-19 di dua provinsi tersebut meningkat?


Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Penanganan COVID-19, Dewi Nur Aisyah, menjelaskan ada beberapa penyebab kasus COVID-19 dilaporkan meningkat. Salah satunya dengan tren kasus peningkatan pasca libur panjang.


"Pertama dari muncul-munculnya klaster baru, kalau di Jawa Barat ini sumbangsihnya berasal dari klaster industri, ini memang kita pantau banyak terjadi," jelas dr Dewi dalam siaran pers BNPB melalui kanal YouTube, Rabu (18/11/2020).


"Yang kedua memang Jateng dan Jabar menunjukkan kasus COVID-19 yang signifikan pasca libur panjang, karena sebenarnya Jateng dan Jabar ini destinasi favorit untuk orang libur panjang jadi ini beberapa hal yang kita lihat," pungkasnya.


dr Dewi juga mengungkap kasus COVID-19 cukup di kedua provinsi tersebut angka positivity rate juga meningkat. Artinya, laju penularan COVID-19 di kedua provinsi tersebut mengalami peningkatan.

https://indomovie28.net/movies/delusion-4/


Toko Obat Habib Beda dengan Apotek, Depot Jamu Lain Lagi


 Nikita Mirzani sempat bikin heboh karena menyebut habib adalah tukang obat, sehingga terseret saling sindir dengan Habib Rizieq Shihab. Perihal tersebut, Nikmir pun diserang oleh pendukung Habib Rizieq.

Belum lama ini pula, Nikita Mirzani membuktikan ucapannya terkait Habib tukang obat. Hal ini dibuktikannya lewat postingan Instagram miliknya yang mengunggah sebuah tangkapan layar 'Toko Obat Habib' yang berlokasi di Sukorejo, Kediri, Jawa Timur.


Belakangan, unggahan tersebut sudah dihapus. Namun berdasarkan penelusuran, didapatkan bahwa 'Toko Obat Habib' juga ada di Malang, Jawa Timur. Yang dimaksud adalah sebuah depot jamu milik Habib Abdul Kadir.


Meski sama-sama menjual obat, toko obat memiliki perbedaan dengan apotek. Sekjen Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (PP IAI), Noffendri, S.Si, Apt, menjelaskan ada beberapa perbedaan antara keduanya.


"Yang pertama dari sisi ketenagaan, kalau apotek itu adalah tempat prakteknya apoteker, dikhususkan untuk pendidikan S1 lulusan apoteker. Kalau toko obat itu, yang praktek di situ tenaga teknis farmasian, yang lulus D3 farmasi." jelas Noffendri, saat dihubungi detikcom, Rabu (18/11/2020).


Perbedaan lainnya adalah soal kewenangan. Apotek bisa menjual berbagai jenis obat, termasuk narkotika dan psikotropika. Tentunya harus dengan resep dokter. Sementara itu, toko obat hanya menjual obat bebas dengan logo lingkaran hijau, serta obat bebas terbatas dengan logo lingkaran hijau.


Lalu bagaimana dengan depot jamu, apa perbedaannya?

"Kalau depot jamu itu kami belum tahu update peraturannya seperti apa, perizinannya seperti apa. Saya lihat pemerintah belum mengatur secara khusus untuk depot jamu," jelas Noffendri.


Noffendri menegaskan, yang terpenting adalah memastikan keamanan produk yang dijual. Depot jamu sekalipun harus memastikan produk yang dijualnya aman untuk dikonsumsi, yang antara lain bisa dilihat dari registrasinya.



"Musti dipastikan jamu itu apakah resmi atau tidak, sama seperti toko obat dan apotek. Produknya itu aman atau tidak untuk dikonsumsi," pungkas Noffendri.

https://indomovie28.net/movies/delusion-3/

10 Gejala COVID-19 Terbaru yang Kerap Tak Disadari

 Saat seseorang terinfeksi virus COVID-19, biasanya akan muncul beberapa gejala COVID-19 ringan, seperti batuk, demam, hingga kelelahan. Namun, ada juga yang tidak merasakan gejala COVID-19 sama sekali yaitu asimptomatik.

Gejala COVID-19 ringan yang dialami pasien kerap diabaikan karena tidak menunjukkan sakit apapun. Namun, ada beberapa gejala COVID-19 baru yang sulit dikenali karena sering dikeluhkan sehari-hari.


Dikutip dari berbagai sumber, berikut 10 gejala COVID-19 baru yang perlu diwaspadai.


1. Sakit perut

Gejala COVID-19 ini sering dialami oleh pasien di samping 3 gejala utama, yaitu demam, batuk, dan kelelahan. Studi menyebutkan, masalah di perut akibat infeksi COVID-19 dapat menyebabkan diare dan muntah-muntah.


2. Infeksi mata

Menurut laporan American Academy of Ophthalmology, ada sekitar 1 hingga 3 persen mengalami kondisi ini yang berkaitan dengan gejala COVID-19 baru. Salah satunya kondisi mata merah pada pasien COVID-19.


Namun, tidak perlu panik karena bisa saja ada faktor lain yang menyebabkan mata merah, tidak berarti terjangkit virus Corona COVID-19.


3. Kabut otak

Gejala COVID-19 ini terbilang baru karena jarang dialami sebagai gejala awal oleh pasien. Biasanya, kabut otak ditandai sebagai gejala berkepanjangan atau 'Long COVID'.


Salah satu pasien COVID-19 bernama Thea Jourdan mengungkapkan, awalnya ia merasakan hal aneh di tenggorokannya dan mengeluh sakit kepala. Selain itu, ia merasa lelah namun tidak mengalami batuk dan demam.


"Mereka yang mengalami ini akan dihadapkan pada ketidakmampuan 'melumpuhkan' untuk berpikir jernih," Dr Hilary Jones.

https://indomovie28.net/movies/the-house-where-death-lives/


4. Ensefalopati

Gejala COVID-19 baru ini menjadi perhatian para peneliti karena merupakan penyakit otak yang menyebar, mengubah fungsi, serta struktur otak. Hal ini berkaitan dengan penyakit kabut otak yang dikeluhkan oleh pasien dan bisa menyebabkan kelumpuhan pada kinerja otak serta hilangnya kesadaran secara progresif.


"'Brain fog' kabut otak sepertinya deskripsi yang inferior tentang apa yang sebenarnya terjadi. Ini benar-benar melumpuhkan. Saya tidak dapat berpikir cukup jernih untuk (melakukan) apa pun," kata Mirabai Nicholson-McKellar yang berusia 36 tahun dari Byron Bay, berbicara kepada The Guardian.


5. Nyeri otot

Gejala COVID-19 ini bisa menjadi ciri-ciri terkena virus Corona yang serius. Dikutip dari The Sun, nyeri otot disebabkan oleh pelepasan bahan kimia sitokin ke tubuh sebagai respon terhadap infeksi.


6. Gatal-gatal

Gejala COVID-19 ini muncul pada kulit yang terlihat bintik-bintik dan ruam tanpa sebab. Beberapa ahli kulit percaya bahwa gatal-gatal bisa menjadi salah satu gejala COVID-19. Tidak hanya gatal, bintik-bintik merah juga memberikan sensasi terbakar sebagai respon imun terhadap sistem saraf.


Sensasi seperti tersetrum juga termasuk gejala COVID-19 lho. Simak halaman berikut.


7. Tidak peka terhadap bau dan rasa

Hilangnya kemampuan untuk mencium bau dan mengecap rasa sering terjadi pada kasus COVID-19 yang ringan hingga sedang. Gejala ini disebut anosmia yang dikembangkan oleh sejumlah pasien.


"Apa yang disebut anosmia, yang pada dasarnya berarti kehilangan penciuman, tampaknya merupakan gejala yang dikembangkan oleh sejumlah pasien," kata Dr. Sanjay.


8. Lesi pada kulit

Gejala COVID-19 bisa berupa lesi pada kulit di mana tumbuhnya jaringan kulit secara abnormal, baik di permukaan atau di bawah jaringan permukaan kulit. Menurut sejumlah peneliti di Spanyol, lesi ini mirip dengan cacar air yang biasa muncul di jari kaki dan biasanya sembuh tanpa meninggalkan bekas.


9. Kulit seperti 'tersetrum'

Gejala ini baru terdengar untuk kasus Corona. Dr Daniel Griffin sebagai Kepala Perawatan Penyakit menular di ProHealth Care Associates menyatakan, kondisi ini bukanlah gejala COVID-19 yang umum melainkan reaksi antibodi pada tubuh.


"Jelas sudah diidentifikasi, tetapi kami belum yakin seberapa luas itu," ungkapnya kepada The Post.


10. Penyakit saraf

Kondisi ini bisa dinyatakan sebagai gejala COVID-19. Pasien akan mengalami kejang, kebingungan, pusing, sakit kepala, mengigau, hingga stroke.

https://indomovie28.net/movies/delusion-2/