Perusahaan Pfizer dan BioNTech mengajukan emergency use authorization atau izin penggunaan darurat dari Food and Drug Administration (FDA) pada Jumat (20/11) untuk kandidat vaksin COVID-19 yang mereka kembangkan.
Jika permohonan tersebut disetujui, vaksin mungkin akan dibatasi dan diluncurkan secara bertahap. Disebutkan petugas kesehatan, lansia, dan orang dengan komorbid atau penyakit bawaan akan menjadi penerima pertama vaksin tersebut.
Selain itu pekerja esensial, guru, dan orang-orang di tempat penampungan tunawisma dan penjara akan menjadi kelompok penerima berikutnya, diikuti dengan anak-anak dan orang dewasa.
Proses permohonan ini diperkirakan akan memakan waktu beberapa minggu dan pertemuan komite penasihat untuk meninjau vaksin telah dijadwalkan sementara di awal Desember. Diperkirakan beberapa warga Amerika bisa mendapatkan dosis pertama vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech dalam rentang waktu sebulan ke depan.
"Pengajuan izin di AS merupakan tonggak penting perjalanan kami untuk mengirimkan vaksin COVID-19 ke seluruh dunia dan kami sekarang telah memiliki gambaran yang lengkap tentang profil kemanjuran dan keamanan vaksin kami, memberi kami keyakinan akan potensinya," kata CEO Pfizer, Dr Albert Bourla, dikutip dari CNBC International.
Pfizer adalah perusahaan pertama dalam pengembangan vaksin Covid-19 yang mengajukan penggunaan darurat dengan FDA. Vaksinnya mengandung materi genetik yang disebut messenger RNA, atau mRNA, yang diharapkan para ilmuwan memprovokasi sistem kekebalan untuk melawan virus.
https://tendabiru21.net/movies/dead-fish/
Pfizer-Bio Farma Bakal Kerja Sama, Siap-siap Beli Freezer Super Dingin?
Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan salah satu 'oleh-oleh' dari kunjungannya datang ke Amerika Serikat (AS). Salah satu oleh-oleh yang disebutkannya adalah soal kerja sama produksi vaksin Corona COVID-19 dengan Pfizer.
Hal itu terjadi setelah Luhut melakukan diskusi bersama Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence. Ia mengatakan AS akan membantu untuk mengadakan vaksin Corona untuk Indonesia.
"Wapres Pence dan saya berbicara hampir 15 menit. Kami bicara menyangkut masalah vaksin dan Amerika, presidennya mau membantu vaksin," ungkap Luhut dalam webinar CEO Networking 2020, Selasa (24/11/2020).
Luhut mengaku dirinya sudah menindaklanjuti pembicaraannya dengan Pence soal vaksin Corona COVID-19. Ia mengatakan sudah ada kesepakatan antara farmasi Pfizer dan Bio Farma untuk melakukan kerja sama vaksin COVID-19.
Berikut plus-minus vaksin COVID-19 buatan Pfizer:
PLUS
1. Efektivitas 95 persen
Dikutip dari laman Reuters pada Rabu (18/11/2020), Pfizer mengumumkan bahwa hasil akhir uji klinis tahap akhir vaksin COVID-19 buatannya menunjukkan efektivitas 95 persen.
2. Efek samping ringan
Menurut keterangan para relawan yang mendapat suntikan pertama vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech, ada beberapa efek samping yang dirasakan. Di antaranya adalah sakit kepala dan nyeri otot, seperti yang muncul setelah melakukan vaksin flu.
Hal ini pun diungkapkan oleh Glenn Deshields (44) dari Austin, Texas, dan Carrie (45) dari Missouri. Mereka berdua adalah relawan vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech.
Glenn mengatakan, ia merasa 'teler yang parah' seperti mabuk usai disuntik vaksin buatan Pfizer-BioNTech tersebut, namun efeknya tidak berlangsung lama.
Sementara Carrie mengeluhkan sakit kepala, nyeri di tubuh, hingga demam setelah mendapat suntikan pertamanya pada bulan September lalu.
"Efek sampingnya tampak meningkat setelah dosis kedua bulan lalu," jelasnya yang dikutip dari Express UK.
3. Biaya produksi murah
Vaksin yang memanfaatkan teknologi rekayasa genetika bisa cepat dibuat, mudah diproduksi, dan berpotensi lebih murah ongkos produksinya, seperti dikutip dari The Conversation.
4. Produksi vaksin cepat
Kelebihan mRNA adalah vaksin tidak membutuhkan virus utuh sehingga dapat memangkas waktu produksi dibandingkan vaksin lainnya.
Direktur dan CEO Hudson Institute of Medical Research, Profesor Elizabeth Hartland mengatakan karena hanya membutuhkan mRNA, produksi virus dapat dipangkas sebab vaksin tak membutuhkan virus utuh.
5. Tak menularkan virus
Dilansir dari Pharmacy Times, vaksin mRNA" ini tidak dibuat dengan virus SARS-CoV-2 utuh. Artinya tidak ada kemungkinan siapa pun dapat tertular dari suntikan.
Sebaliknya, vaksin tersebut berisi potongan kode genetik yang melatih sistem kekebalan untuk mengenali protein spike di permukaan SARS-CoV-2. Potongan ini tidak akan berpotensi menularkan COVD-19.
Meski punya banyak kelebihan, tantangan dalam pendistribusian menjadi salah satu nilai minus vaksin ini. Kenapa begitu? Klik halaman berikutnya.