Negara penghasil minyak seperti Arab Saudi dan Rusia sepakat meningkatkan produksi secara tentatif mulai bulan depan. Meskipun, pandemi virus Corona (COVID-19) terus menghilangkan prospek permintaan.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC), mengatakan bahwa pembatasan produksi akan sedikit dilonggarkan mulai 1 Januari 2021 oleh anggota aliansi OPEC+.
"Mulai Januari 2021, negara-negara peserta (OPEC+) memutuskan untuk secara sukarela menyesuaikan produksi sebesar 0,5 juta barel per hari," katanya dikutip dari CNN, Jumat (4/12/2020).
Harga minyak berjangka Brent naik 27% pada November ke level tertinggi sejak Maret, dibantu oleh pengembangan vaksin virus Corona yang telah meningkatkan prospek permintaan minyak.
Sebelumnya, Aliansi produsen minyak memangkas produksi pada Mei dan Juni sebesar 9,7 juta barel per hari atau sekitar 10% dari produksi global setelah lockdown dan larangan perjalanan menghancurkan permintaan. Harga minyak mentah Brent sempat di bawah US$ 20 per barel pada April.
Pemangkasan itu dikurangi pada bulan Agustus dan direncanakan pasokan akan ditingkatkan sebanyak 2 juta barel per hari mulai Januari. Tetapi gelombang kedua lockdown di beberapa bagian Eropa dan Amerika Serikat (AS) menjatuhkan harga minyak lagi, mendorong produsen dan Badan Energi Internasional untuk memangkas perkiraan permintaan untuk tahun ini dan awal 2021.
Berita menjanjikan mengenai beberapa kandidat vaksin virus Corona membuat harga minyak lebih tinggi dalam beberapa pekan terakhir. Sebab, para pedagang yakin bahwa vaksin akan memacu aktivitas ekonomi.
Kepala Strategi Pasar di FXTM, Hussein Sayed mengatakan meningkatnya permintaan minyak di Asia dan meredanya ketidakpastian politik di AS juga membantu meningkatkan sentimen. Meskipun lingkungan secara fundamental tetap tidak menguntungkan untuk harga minyak dalam jangka pendek, mengingat kelebihan pasokan dan permintaan global yang lemah.
"Harga akan tetap di sekitar level saat ini sampai pesawat, kereta api dan mobil mulai bergerak lagi dengan frekuensi yang lebih besar dan peluncuran vaksin mulai bekerja melalui ekonomi global," kata Kepala Strategi Pasar Global di Axi, Stephen Innes.
https://nonton08.com/movies/the-mermaid/
Diduga 'Main Mata', 4 Perusahaan China Ini Diblacklist Trump
Departemen Pertahanan Amerika Serikat menambah empat perusahaan China yang masuk dalam daftar hitam atau blacklist mereka karena diduga berkaitan dan dikontrol dengan militer China.
Produsen chip terbesar China Semiconductor Manufacturing International Corp (SMIC) dan produsen minyak dan gas nasional China National Offshore Oil Corp (CNOOC) juga ditambah ke dalam daftar blacklist tersebut.
Mengutip CNBC, Jumat (4/12/2020) total perusahaan China yang ditambahkan dalam blacklist negara yang dipimpin Donald Trump tersebut ada empat. Selain SMIC dan CNOOC, perusahaan lain di antaranya China Construction Technology Co. Ltd, dan China International Engineering Consulting Corp.
Tambahan empat perusahaan tersebut membuat jumlah total perusahaan yang masuk daftar hitam AS menjadi 35 perusahaan.
Pemerintah AS menduga beberapa perusahaan China yang bersangkutan dengan militer China atau People's Liberation Army berusaha mengumpulkan informasi perusahaan. Hal itu dianggap dapat mengganggu keamanan nasional AS.
Bertambahnya perusahaan China dalam blacklist kemungkinan akan meningkatkan ketegangan perang dagang antara dua negara ekonomi terbesar dunia itu dan menambah daftar masalah geopolitik yang menjadi PR bagi Presiden terpilih Joe Biden.
Pertimbangan bahwa SMIC akan masuk ke daftar hitam telah diperbincangkan sejak September lalu oleh Departemen Perdagangan AS. Pada bulan yang sama beberapa perusahaan AS diwajibkan mendapatkan lisensi jika ingin memberikan barang dan jasa ke SMIC. Menurut Departemen Pedagangan AS hal itu akan menimbulkan risiko barang yang dikirim digunakan untuk tujuan militer.
SMIC dipandang sebagai pemain utama dalam upaya China untuk meningkatkan industri semikonduktor domestiknya, sebuah ambisi yang dipercepat oleh perang perdagangan AS-China. Menerapkan kontrol ekspor pada SMIC akan memengaruhi perusahaan AS yang menjual teknologi pembuatan chip ke produsen China.