Belakangan, viral foto Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang sedang menemui petugas dengan alat pelindung diri (APD) lengkap tanpa menggunakan masker. Foto tersebut menjadi viral karena Anies saat ini sedang menjalani isolasi mandiri akibat positif COVID-19.
Menurut unggahan dari salah seorang netizen, alasan Anies tidak memakai masker adalah karena dapat menurunkan saturasi oksigen.
"Mmg dianjurkan dokter tak pakai masker krn bs kurangi saturasi oksigen. Gambar ini hy snapshoot bbrp detik dekat dg asisten ber-APD lengkap yg bantu setup online mtg," tulis unggahan sang netizen.
Saturasi oksigen sendiri adalah kadar oksigen yang ada di dalam darah. Normalnya, saturasi oksigen berada di tingkat 95-100 persen. Namun jika kadarnya di bawah itu, pasien bisa mengalami penurunan kesadaran.
Apa benar saturasi oksigen bisa turun karena pakai masker?
Menurut studi yang telah diterbitkan di American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, pada dasarnya penggunaan masker tak akan mempengaruhi kinerja paru. Artinya, tingkat oksigen dalam darah tidak akan terganggu.
Dalam penelitian tersebut, para peneliti melakukan eksperimen pada 15 tenaga medis sehat dan 15 veteran perang dengan kerusakan paru-paru. Seluruh partisipan diminta lari-lari kecil selama 6 menit, setelahnya dilakukan pengukuran oksigen.
Eksperimen ini dilakukan sebanyak dua kali. Pertama para partisipan diminta tidak menggunakan masker lalu kemudian memakai masker. Hasilnya, tidak ada perbedaan berarti pada tingkat oksigen dalam darah di antara kedua kelompok tersebut.
"Data memperlihatkan tingkat pertukaran gas tidak terpengaruh secara signifikan oleh pemakaian masker bedah, bahkan pada subjek dengan kerusakan paru-paru," tulis peneliti.
Tapi apakah tidak membahayakan petugas jika tak pakai masker?
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, mengatakan, jika petugas sudah menggunakan APD, maka pasien COVID-19 bisa diperbolehkan tidak memakai masker.
Namun dengan catatan, petugas harus memperhatikan APD yang dikenakan sudah benar dan cara melepasnya juga benar.
"Sebenarnya kalau para petugas menggunakan APD yang benar, pasien dengan COVID-19 tidak perlu pakai masker. Pasien yang mau diswab khan juga buka mulut, termasuk juga pasien yg mau diendoskopi juga buka mulut," ujar dr Ari.
"Yang penting petugas menggunakan APD level 3 dan juga harus memperhatikan saat membuka APD. Bisa saja APD sudah tercemar percikan dahak pasien," lanjutnya.
https://trimay98.com/movies/it-follows/
Vaksin COVID-19 Sinovac Tiba di RI, Siapa yang Pertama Divaksin?
Sebanyak 1,2 juta dosis vaksin COVID-19 buatan Sinovac tiba di Indonesia pada hari Minggu (6/12/2020). Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut ke depannya masih ada lagi jutaan dosis vaksin yang akan didatangkan dalam bentuk jadi maupun bahan baku.
Jokowi mengatakan program vaksinasi untuk mencegah wabah COVID-19 dapat segera dilakukan. Hanya saja kapan dimulainya masih menunggu proses izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
"Artinya kita bisa segera mencegah meluasnya wabah COVID-19. Tapi untuk memulai vaksinasi masih memerlukan tahapan-tahapan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan," kata Jokowi lewat konferensi pers yang disiarkan kanal Youtube Sekretariat Presiden.
Siapa yang pertama kali divaksin?
Dalam wawancara khusus dengan Rosiana Silalahi untuk program di Kompas TV, Jokowi pernah mengaku siap jadi orang pertama yang mendapat suntikan vaksin.
"Ya kalau saya ditentukan tim bahwa presiden yang pertama (divaksin) saya siap. Tapi jangan sampai nanti (ada anggapan) 'lho enak sekali presiden yang pertama harusnya rakyat dulu'," cetusnya.
Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Airlangga Hartanto, sempat membeberkan vaksin akan pertama kali diberikan pada kelompok masyarakat tertentu. Kelompok pertama adalah tenaga medis, layanan kesehatan, TNI/Polri, dan aparat hukum yang diperkirakan butuh sekitar 3,5 juta dosis vaksin.
Selanjutnya tokoh masyarakat, tokoh agama, perangkat daerah, yang jumlahnya sekitar 5 juta orang. Setelah itu disusul oleh tenaga pendidik yang terdiri dari guru PAUD, TK, SD, SMP, SMA, dan dosen perguruan tinggi swasta maupun negeri dengan total 4,3 juta dosis.
"Aparat pemerintah pusat, daerah, legislatif, 2,3 juta (dosis). Penerima bantuan pembayaran iuran BPJS yang jumlahnya sebesar 96 juta. Semuanya itu totalnya 102 juta dan masyarakat yang usia 15 sampai 59 tahun, totalnya ada 160 juta," jelas Airlangga beberapa waktu lalu.