Jumat, 11 Desember 2020

Jegal Jack Ma, China Tak Ingin Terjebak Seperti Amerika

 Pemerintah China dinilai tidak ingin perusahaan teknologi di negaranya menjadi sangat meraksasa seperti di Amerika Serikat. Itulah salah satu alasan penjualan saham perdana Ant Financial, perusahaan fintech milik Jack Ma, mereka hentikan belum lama ini.

Kritikan Jack Ma pada sistem finansial, kekuasaan besar Ant Group dan layanan serupa milik Tencent dan ancaman pada bank tradisional membuat pemerintah China bertindak. Berbagai regulasi baru akan diterapkan, bahkan negara mengeluarkan mata uang digital yuan untuk mengerem laju perusahaan fintech swasta.


China dinilai sadar bahwa usaha mereka memperlonggar regulasi dan membiarkan kompetisi tanpa banyak aturan berpotensi membuat perusahaan teknologi terlalu berkuasa. Hal itu sudah terjadi di Amerika Serikat.


"25 tahun yang lalu, perusahaan teknologi Amerika mengambil risiko dan merusak model bisnis yang sudah ada. Saat ini, mereka adalah layanan publik yang baru, meraih pendapatan dari monopoli mereka dengan mengontrol pasar. China ingin menghindari jebakan Amerika," kata pakar ekonomi David Goldman yang dikutip detikINET dari Asia Times.


Lihat saja Facebook, Google ataupun Amazon begitu menguasai pasar di negeri Paman Sam. Bahkan,70% dari seluruh pendapatan iklan digital mengucur ke Facebook dan Google, membuat industri media di AS kepayahan.


"Perusahaan teknologi China pun sudah sangat powerful. Alibaba dan JD.com menguasai 75% e-commerce. WeChat milik Tencent menangani 60% dari seluruh pembayaran di China," ucap Jean Dominique Seval, direktur Soon Consulting.


Regulator Amerika sepertinya mulai tersadar dan bertindak. Facebook dan Google telah digugat oleh regulator karena dianggap menyalahgunakan posisi dominannya untuk menekan para kompetitor yang lebih kecil.


Namun demikian, tentunya China maupun AS tidak akan sembarangan menekan para perusahaan teknologi terdepan, mungkin yang dilakukan hanya sebatas gertakan. Bagaimanapun, mereka tetap menjadi kebanggaan nasional.

https://cinemamovie28.com/movies/in-the-cut/


Jika WhatsApp Lepas dari Facebook Ini Dampak Buruknya


 Facebook, bersama Instagram dan WhatsApp, adalah kekuatan besar dan dominan dalam aktivitas warga dunia di internet. Jika gugatan pada Facebook dikabulkan, berbagai dampak buruk bisa terjadi pada ketiga aplikasi tersebut.

Seperti diberitakan, Federal Trade Commission (FTC), lembaga pengawas perdagangan Amerika Serikat, bersama jaksa dari 46 negara bagian, menggugat Facebook terkait aksi monopoli dan menyalahgunakan kekuasaannya sebagai raksasa teknologi. Salah satu tuntutan adalah Facebook melepas atau menjual WhatsApp dan Instagram.


Kabar gugatan itu sempat membuat harga saham Facebook merosot sampai 4%. Instagram telah menjadi sumber pendapatan iklan bagi Facebook dan WhatsApp, walau belum banyak menghasilkan uang, amat populer dan merupakan pusat dari bisnis digital Facebook.


Andai WhatsApp dan Instagram lepas, kerajaan bisnis media sosial Mark Zuckerberg jelas goyang. "Pemecahan seperti ini menakutkan bagi investor karena dalam beberapa cara bisa mengganggu model bisnis," kata Dan Ives, analis bisnis di Wedbush Securities.


Namun demikian, peluang pengadilan mengabulkan gugatan menurut Ives cukup kecil. "Kabarnya memang menggemparkan namun tidak secara masif mengubah situasi bagi Facebook dalam jangka pendek," papar dia.


Tetap saja ada kemungkinan hal itu terjadi dan dampak buruk tidak hanya akan menimpa Facebook, tapi juga WhatsApp dan Instagram. WhatsApp sebagai perusahaan terpisah dari Facebook akan menimbulkan kesulitan besar.


"WhatsApp menghabiskan 6 tahun terakhir bukan fokus ke pendapatan atau laba tapi pertumbuhan user, keandalan dan penyandian, sebuah kemerdekaan yang didapat karena bisnis besar iklan Facebook. WhatsApp membangun bisnis, tapi tak ada garansi akan terbayar dan tanpa uang besar Facebook, WhatsApp akan berada dalam tekanan besar untuk menghasilkan uang," tulis Bloomberg yang dikutip detikINET, Jumat (11/12/2020).


Adapun Instagram bergantung pada teknologi Facebook dalam bisnis iklan dan penyaringan konten. Instagram yang berdiri sendiri akan menghapus akses itu dan tentu merupakan kesulitan besar bagi mereka. Pendek kata, WhatsApp dan Instagram tanpa Facebook ibarat anak ayam kehilangan induk.

https://cinemamovie28.com/movies/delicious-room-salon-service/

Sosok Ilmuwan Perempuan di Balik Misi China ke Bulan

  Ilmuwan perempuan berusia 24 tahun menjadi viral di media sosial China karena tergabung dalam tim yang mendaratkan misi Chang'e 5 di Bulan.

Ilmuwan tersebut bernama Zhou Chengyu yang bertugas menangani sistem konektor roket, salah satu posisi yang penting. Ia juga menjadi komandan paling muda di Wenchang Spacecraft Launch Site.


Meski ia menjadi anggota tim yang usianya paling muda, Zhou dikenal sebagai 'kakak perempuan' yang diharapkan bisa menjadi panutan bagi anak muda China, seperti dikutip detikINET dari BBC, Jumat (11/12/2020).


Media yang menjadi corong pemerintah China terus menyoroti peran Zhou dalam keberhasilan misi ini. Alhasil namanya terus menjadi trending topic di media sosial seperti Weibo sejak peluncuran wahana antariksa Chang'e 5 pada 23 November.


Kisah Zhou menginspirasi bukan hanya karena usianya yang masih sangat muda, tapi juga karena latar belakangnya yang berasal dari Suku Tujia, salah satu suku minoritas di China.


Netizen China pun banyak yang menyebut Zhou sebagai sumber kebanggaan nasional China. Sebagian netizen lainnya merespon dengan kecilnya pencapaian mereka jika dibandingkan dengan Zhou.


Zhou sepertinya tidak memikirkan statusnya yang viral di media sosial. Berdasarkan laporan media lokal Duocai Guizhou Net, Zhou berkali-kali menolak permintaan wawancara karena ia khawatir menjadi terkenal akan membuat pekerjaannya terganggu.


Selain Zhou, misi Chang'e 5 juga didukung oleh dua ilmuwan perempuan lainnya yaitu Cui Yihan, yang mengelola software peluncuran roket, dan Sun Zhenlian, direktur sistem pendukung peluncuran roket.


Cui baru saja lulus dari University of Science and Technology of China. Sedangkan Sun merupakan veteran dalam pengembangan sistem roket Long March yang pernah viral pada tahun 2019 karena tertangkap kamera menangis bahagia setelah roket Long March 3 berhasil meluncur.


Dalam beberapa tahun terakhir, China berusaha menyoroti lebih banyak pencapaian ilmuwan perempuan di negaranya. Bertambahnya jumlah perwakilan ilmuwan perempuan di China juga didorong oleh semakin banyaknya perempuan yang mempelajari sains.


Wahana antariksa Chang'e 5 saat ini telah menyelesaikan misinya di Bulan dan sedang menunggu waktu yang tepat untuk kembali Bumi. Tujuan utama misi ini adalah mengumpulkan sampel Bulan untuk dipelajari.


Chang'e 5 merupakan misi ketiga dari China yang berhasil mendarat di Bulan. Jika misi ini berhasil, China akan menjadi negara ketiga yang bisa membawa sampel bebatuan Bulan ke Bumi, dan negara pertama yang berhasil melakukannya dalam 40 tahun terakhir.

https://cinemamovie28.com/movies/dancing-with-ghosts/


Jegal Jack Ma, China Tak Ingin Terjebak Seperti Amerika


Pemerintah China dinilai tidak ingin perusahaan teknologi di negaranya menjadi sangat meraksasa seperti di Amerika Serikat. Itulah salah satu alasan penjualan saham perdana Ant Financial, perusahaan fintech milik Jack Ma, mereka hentikan belum lama ini.

Kritikan Jack Ma pada sistem finansial, kekuasaan besar Ant Group dan layanan serupa milik Tencent dan ancaman pada bank tradisional membuat pemerintah China bertindak. Berbagai regulasi baru akan diterapkan, bahkan negara mengeluarkan mata uang digital yuan untuk mengerem laju perusahaan fintech swasta.


China dinilai sadar bahwa usaha mereka memperlonggar regulasi dan membiarkan kompetisi tanpa banyak aturan berpotensi membuat perusahaan teknologi terlalu berkuasa. Hal itu sudah terjadi di Amerika Serikat.


"25 tahun yang lalu, perusahaan teknologi Amerika mengambil risiko dan merusak model bisnis yang sudah ada. Saat ini, mereka adalah layanan publik yang baru, meraih pendapatan dari monopoli mereka dengan mengontrol pasar. China ingin menghindari jebakan Amerika," kata pakar ekonomi David Goldman yang dikutip detikINET dari Asia Times.


Lihat saja Facebook, Google ataupun Amazon begitu menguasai pasar di negeri Paman Sam. Bahkan,70% dari seluruh pendapatan iklan digital mengucur ke Facebook dan Google, membuat industri media di AS kepayahan.


"Perusahaan teknologi China pun sudah sangat powerful. Alibaba dan JD.com menguasai 75% e-commerce. WeChat milik Tencent menangani 60% dari seluruh pembayaran di China," ucap Jean Dominique Seval, direktur Soon Consulting.


Regulator Amerika sepertinya mulai tersadar dan bertindak. Facebook dan Google telah digugat oleh regulator karena dianggap menyalahgunakan posisi dominannya untuk menekan para kompetitor yang lebih kecil.


Namun demikian, tentunya China maupun AS tidak akan sembarangan menekan para perusahaan teknologi terdepan, mungkin yang dilakukan hanya sebatas gertakan. Bagaimanapun, mereka tetap menjadi kebanggaan nasional.

https://cinemamovie28.com/movies/the-postman-always-rings-twice/