Minggu, 13 Desember 2020

4 Fakta soal Alat Tes Corona Cuma Rp 15 Ribu

 Indonesia punya alat tes Corona baru yang lebih murah dari rapid dan swab test. Tes menggunakan alat ini hanya perlu biaya Rp 15 ribu untuk operator, energi, dan plastik khusus sebagai media pengecekan napas.

Alat itu adalah GeNose, alat tes Corona dengan embusan napas. Selain murah, alat ini disebut lebih efektif dari rapid dan swab tes. Waktu tes yang dibutuhkan cuma 3 menit dan akurasinya sudah mencapai 90% lebih. Demikian hasil dari validasi di beberapa rumah sakit.


Berikut 4 Fakta seputar Alat yang Bisa Bikin Tes Corona jadi murah meriah:


1. Buatan Asli Indonesia


Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro membeberkan sosok penemu alat tes Corona yang jauh lebih murah dari rapid dan swab test. Menurut Bambang, alat tes COVID-19 yang murah meriah cuma Rp 15 ribu sekali tes itu ditemukan oleh dua sosok inovasi dari Universitas Gajah Mada (UGM).


"(Alat ini) Inovasi original dari UGM, Prof Kuwat (FMIPA) dan Dr Dian (FK)," ujar Bambang kepada detikcom, Sabtu (12/12/2020).


Selain kedua sosok tadi, ada satu lagi pihak yang tak kalah penting. Dia adalah perusahaan yang memproduksi alat tes yang diberi nama GeNose itu.


"Akan diproduksi PT Hikari dari Yogya," sambungnya.


2. Izin Edarnya Diharap Terbit Akhir 2020


Menurut Bambang, alat ini sebenarnya sudah siap diproduksi massal, namun masih ada beberapa laporan yang harus disiapkan untuk mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).


Harapannya, izin edar dari Kemenkes tersebut bisa segera keluar akhir tahun ini. Kemudian baru bisa diedarkan dan dipakai masyarakat luas.


"Harapannya bulan Desember ini," ucapnya.


Adapun laporan yang diperlukan untuk mendapat izin edar tadi adalah hasil uji validasi alat tersebut dari 1.000 sampel di sekitar 10 rumah sakit. Saat ini, laporan itu sedang disiapkan dan akan segera diberikan ke Kemenkes.


"Hasil lengkap uji validasi lebih dari 1000 sampel di sekitar 10 RS," ungkapnya.

https://indomovie28.net/movies/milea/


3. Bakal Tersedia di Stasiun Hingga Sekolah

Alat tes COVID-19 yang bisa bikin biaya tes Corona jadi lebih terjangkau itu nantinya bisa ditemui di tempat-tempat umum seperti bandara hingga kampus dan sekolah saat sudah mengantongi izin edar. Demikian menurut Bambang yang pertama kali mengumumkan keberadaan alat tersebut.


"(Akan disediakan) Ke tempat-tempat umum yang banyak pergerakan manusia seperti bandara, stasiun KA, kantor, kampus/sekolah," katanya.


Saat ini, alat ini masih menunggu izin edar dari Kementerian Kesehatan. Rencananya alat ini akan didistribusikan ke beberapa daerah paling banyak kasus COVID-19 sebagai bakti inovasi dari Kemristekbrin.


"Kemristekbrin memasukkan GeNose sebagai salah satu alkes yang diberikan ke beberapa daerah dalam bakti inovasi," imbuhnya.


Barulah setelah itu, alat ini bisa dibagikan ke seluruh daerah di Indonesia dan ke tempat-tempat umum tadi. Kemristekbrin juga mempersilahkan pihak swasta atau perseorangan yang tertarik dengan alat itu untuk memesan dan membelinya, lalu menggunakan sesuai kebutuhan masing-masing.


"Kalau untuk keperluan instansi pemerintah bisa dengan APBN, tetapi swasta dan perorangan juga bisa membeli," katanya.


Swasta dan perorangan perlu menyiapkan dana Rp 60 juta untuk mendapatkan satu alat tes COVID-19 ini. Meski begitu, menurut Bambang harga segitu termasuk murah karena untuk 1 alat tersebut bisa digunakan sampai 100 ribu kali pemeriksaan. Jika sudah melewati batas maksimal, alat ini bisa dibetulkan dan digunakan kembali.


"Rp 60 juta untuk 100 ribu kali pemakaian, sangat murah," tegasnya.


4. Berpeluang Diekspor


Bambang membuka peluang ekspor untuk alat tes Corona buatan UGM tersebut. Sebab, selain murah, alat ini disebut lebih efektif dari rapid dan swab test. Waktu tes yang dibutuhkan cuma 3 menit dan akurasinya sudah mencapai 90% lebih.


Namun, pemerintah tentunya bakal mendahulukan kebutuhan dalam negeri dulu sebelum akhirnya mengekspor alat tersebut.


"Peluang terbuka, tapi kebutuhan Indonesia sendiri cukup besar," ujarnya.


Sayangnya, alat ini belum bisa diedarkan di masyarakat. Meski dia mengatakan alat ini siap diproduksi massal, masih ada beberapa laporan yang harus disiapkan untuk mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

https://indomovie28.net/movies/eat-pray-love/

Sederet Investasi Bodong yang Pakai Skema Ponzi di Indonesia

 Skema Ponzi menjadi metode paling banyak digunakan dalam upaya penipuan lewat penawaran investasi bodong. Kasus investasi bodong dengan skema Ponzi ini pun sudah sangat sering terjadi di Indonesia.

Skema ini sering juga disebut sebagai skema gali lubang tutup lubang, di mana keuntungan yang didapatkan oleh seorang investor harus ditutup oleh investasi orang lain.


Secara rinci, menurut perencana keuangan Mitra Rencana Edukasi (MRE) Mike Rini skema Ponzi merupakan praktik yang membayarkan keuntungan untuk investor dari uang sendiri atau dibayarkan oleh investor berikutnya. Bukan dari keuntungan yang diperoleh individu atau organisasi yang menjalankan operasi ini.


"Artinya, skema Ponzi ini tidak punya bisnis apapun yang dijalankan. Hanya menarik anggota baru untuk mendapatkan dananya, lalu diputar-putra itu dana yang disetor," kata Mike kepada detikcom, Jakarta, Sabtu (18/1/2020).


Lalu kasus investasi bodong apa saja yang pernah terjadi di Indonesia? Berikut ini beberapa contoh kasus besar skema Ponzi di Indonesia yang dihimpun dari catatan detikcom.

https://indomovie28.net/movies/my-classmates-goal/


1. MeMiles

Kasus MeMiles sempat banyak diperbincangkan selama tahun ini. MeMiles menjanjikan satu unit mobil Lexus RX 300 yang harganya sekitar Rp 1,3 miliar.


Investor dijanjikan bisa mendapatkan mobil tersebut hanya dengan top up Rp 30 juta. Selain Lexus, MeMiles juga memberikan bonus berupa Lamborghini dengan top up Rp 100 juta.


Sebelumnya kepada awak media, MeMiles mengklaim sebagai aplikasi periklanan. Aktivitas membeli slot iklan dalam aplikasi MeMiles itu oleh para member disebut dengan istilah top up atau sederhananya menyetor dana.


Akumulasi setoran para member ini secara keseluruhan disebut sebagai omzet nasional. Metode ini dinilai sebagai skema Ponzi, karena membayarkan keuntungan untuk investor dari uang sendiri atau dibayarkan oleh investor berikutnya.


Pendiri Memiles Kamal Tarachand sempat meringkuk di Polda Jatim bersama ketiga rekannya, meskipun kini sudah dibebaskan.


2. First Travel


Satgas Waspada Investasi menghentikan kegiatan First Travel karena diduga merugikan masyarakat dengan sistem ponzi. Selanjutnya Kementerian Agama mencabut izin operasi perusahaan tersebut.


First Travel memberangkatkan banyak jemaah pertamanya dengan uang jemaah yang mendaftar setelahnya. Kasus ini bergulir sejak 2017.


Dalam masa tertentu, jemaah First Travel berkurang. Alhasil uang jemaah baru tak cukup untuk memberangkatkan jemaah sebelumnya.


3. Q-Net


Q-Net terindikasi melakukan penipuan berkedok investasi dengan menjalankan skema multilevel marketing. Kasus ini ramai pada medio 2019 yang lalu.


Modus Q-Net adalah dengan merekrut banyak anggota baru. Para anggota dijanjikan setiap kelipatan tiga masing-masing kaki kiri dan kanan pada skema MLM-nya akan mendapatkan US$ 250.


Bahkan para anggota baru juga dijanjikan bisa mendapatkan Rp 11 miliar dalam satu tahun dengan syarat para anggota tersebut bekerja tekun.


Namun, Satgas Waspada Investasi sudah menerbitkan siaran pers yang menyebutkan entitas investasi ilegal di Indonesia, salah satunya adalah PT Amoeba Internasional yang berafiliasi dengan PT Q-Net.

https://indomovie28.net/movies/gossip-girl-indonesia/