Sabtu, 02 Januari 2021

Hasil Tes COVID-19 Sering Beda-beda, Idealnya Swab Hari Keberapa?

 Beberapa tokoh seperti Maia Estianty dan Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym mendapat hasil tes COVID-19 yang berbeda dalam waktu berdekatan. Secara teori, hal ini dipengaruhi oleh jumlah virus dan sensitivitas alat tes.

Pada beberapa kasus, tes swab baik PCR (polymerase chain reaction) maupun rapid test antigen dilakukan ketika jumlah virus di dalam tubuh masih terlalu sedikit. Hasilnya akan terbaca negatif, tetapi akan menjadi positif jika dilakukan tes ulang beberapa hari kemudian.


Jadi kapan idealnya tes swab dilakukan untuk menghindari false negative seperti itu?


Pertanyaan ini kerap muncul ketikaseseorang mengalami kontak dengan orang lain yang terkonfirmasi positif. Peneliti senior dari Johns Hopkins Center for Health Security, dr Amesh Adalja, menyarankan untuk sesegera mungkin melakukan tes jika orang tersebut mengalami gejala.


"Anda harus menjalani tes (segera) jika mengalami gejala," tegas dr Adalja.


Gejala COVID-19 beragam, dari yang ringan hingga fatal dan gejalanya akan berbeda-beda pada setiap orang. Beberapa gejala umum yang biasanya muncul meliputi demam, batuk, dan sesak napas.


Namun jika tidak bergejala, maka lebih dianjurkan untuk melakukan tes sekitar 5 hari setelah kemungkinan terpapar. Pada hari pertama hingga keempat setelah terpapar, ada kemungkinan hasil tes akan negatif meski sebenarnya terinfeksi. Pada periode tersebut, dianjurkan untuk mengisolasi diri.


Dr Susan Butler-Wu dari Keck School of Medicine menjelaskan, 1-4 hari setelah paparan virus adalah fase presimptomatik. Artinya, jumlah virus mungkin masih sangat sedikit sehingga tidak terbaca saat dilakukan tes.


Namun pada hari-hari berikutnya, jumlah virus bisa meningkat dan gejala baru muncul hingga hari ke-14 setelah terpapar. Selama periode tersebut, dianjurkan untuk isolasi dan menerapkan langkah-langkah pencegahan seperti menggunakan masker, jaga jarak, dan cuci tangan.

https://kamumovie28.com/movies/margot-at-the-wedding/


Aa Gym Empat Kali Tes Swab COVID-19, Kenapa Hasil Negatif Jadi Positif?


Dai kondang Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym kini sedang dirawat karena terinfeksi virus Corona COVID-19. Ia mengaku mengalami gejala batuk-batuk dan kehilangan fungsi indra penciuman.

Dalam video yang dibagikan di kanal Youtube-nya, Aa Gym bercerita sampai empat kali menjalani tes swab. Pada tiga tes yang pertama Aa Gym dinyatakan negatif COVID-19, baru pada tes yang keempat hasilnya menunjukkan ia positif terinfeksi.


"Ini luar biasa, tiga kali (tes swab) loh. Di Turki negatif, pulang ke Indonesia ke lab itu negatif. Masuk ke rumah sakit juga negatif," kata Aa Gym dalam video tersebut.


Kenapa hasil yang tadinya negatif bisa jadi positif?


Dikutip dari Times of India, sebetulnya kejadian orang ketahuan positif COVID-19 setelah berkali-kali tes bukan hal yang tidak pernah dilaporkan. Itulah kenapa secara umum selalu disarankan agar melakukan tes ulang bila seseorang dinyatakan negatif namun menunjukkan gejala.


Halaman resmi informasi COVID-19 negara bagian New Jersey, Amerika Serikat, menyebut hasil negatif palsu terjadi karena alat diagnosis tidak bisa selalu akurat 100 persen. Bila tes dilakukan di awal-awal masa infeksi, ada kemungkinan jumlah virus dalam sampel masih terlalu rendah untuk dideteksi.


Satu studi yang dipublikasi di jurnal Annals of Internal Medicine menyebut pemeriksaan PCR dengan hasil negatif yang dilakukan di hari ke tiga dan lima setelah infeksi tidak bisa dijadikan patokan.


"Studi yang sama juga menemukan bahwa tingkat terjadinya negatif palsu akan relatif rendah pada sekitar hari kedelapan setelah infeksi," tulis New Jersey COVID-19 Information Hub.

https://kamumovie28.com/movies/killing-american-style/

Vaksin COVID-19 Pfizer Jadi yang Pertama Dapat Izin WHO, Apa Artinya?

 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini secara resmi memasukkan vaksin COVID-19 buatan Pfizer-BioNTech dalam Emergency Use Listing (EUL). Artinya vaksin COVID-19 tersebut jadi yang pertama mendapat izin penggunaan darurat oleh WHO.

Sejauh ini sejumlah kandidat vaksin yang digunakan beberapa negara baru mendapat izin darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) dari otoritas lokal.


"WHO dan mitra lainnya bekerja keras setiap hari untuk mengevaluasi kandidat vaksin lain yang sudah mencapai standar keamanan dan efikasi. Kami mendorong lebih banyak pengembang vaksin mendaftarkan diri agar bisa dilakukan analisa dan penilaian," kata Mariangela Simao, kepala program medis WHO, seperti dikutip dari situs resminya pada Jumat (1/1/2021).


Vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech mendapat EUL karena dianggap sudah memenuhi standar WHO. Artinya vaksin dinilai cukup aman dan memiliki manfaat yang lebih besar daripada risiko.


Ketika suatu vaksin sudah mendapat EUL maka WHO akan menginformasikan jaringan otoritas regionalnya terkait manfaat dan cara kerja vaksin berdasarkan data dari studi terbaru. Otoritas kesehatan di tingkat negara lalu bisa segera merumuskan implementasi program vaksinasi berdasarkan EUL.


"Dan sebagai bagian dari proses EUL, perusahaan yang menyediakan vaksin harus berkomitmen terus menyediakan data agar vaksin bisa segera mendapat izin penuh dan prakualifikasi WHO," tulis WHO.

https://kamumovie28.com/movies/playboy-wet-wild-slippery-when-wet/


Hasil Tes COVID-19 Sering Beda-beda, Idealnya Swab Hari Keberapa?


Beberapa tokoh seperti Maia Estianty dan Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym mendapat hasil tes COVID-19 yang berbeda dalam waktu berdekatan. Secara teori, hal ini dipengaruhi oleh jumlah virus dan sensitivitas alat tes.

Pada beberapa kasus, tes swab baik PCR (polymerase chain reaction) maupun rapid test antigen dilakukan ketika jumlah virus di dalam tubuh masih terlalu sedikit. Hasilnya akan terbaca negatif, tetapi akan menjadi positif jika dilakukan tes ulang beberapa hari kemudian.


Jadi kapan idealnya tes swab dilakukan untuk menghindari false negative seperti itu?


Pertanyaan ini kerap muncul ketikaseseorang mengalami kontak dengan orang lain yang terkonfirmasi positif. Peneliti senior dari Johns Hopkins Center for Health Security, dr Amesh Adalja, menyarankan untuk sesegera mungkin melakukan tes jika orang tersebut mengalami gejala.


"Anda harus menjalani tes (segera) jika mengalami gejala," tegas dr Adalja.


Gejala COVID-19 beragam, dari yang ringan hingga fatal dan gejalanya akan berbeda-beda pada setiap orang. Beberapa gejala umum yang biasanya muncul meliputi demam, batuk, dan sesak napas.


Namun jika tidak bergejala, maka lebih dianjurkan untuk melakukan tes sekitar 5 hari setelah kemungkinan terpapar. Pada hari pertama hingga keempat setelah terpapar, ada kemungkinan hasil tes akan negatif meski sebenarnya terinfeksi. Pada periode tersebut, dianjurkan untuk mengisolasi diri.


Dr Susan Butler-Wu dari Keck School of Medicine menjelaskan, 1-4 hari setelah paparan virus adalah fase presimptomatik. Artinya, jumlah virus mungkin masih sangat sedikit sehingga tidak terbaca saat dilakukan tes.


Namun pada hari-hari berikutnya, jumlah virus bisa meningkat dan gejala baru muncul hingga hari ke-14 setelah terpapar. Selama periode tersebut, dianjurkan untuk isolasi dan menerapkan langkah-langkah pencegahan seperti menggunakan masker, jaga jarak, dan cuci tangan.

https://kamumovie28.com/movies/bloody-mama/