Senin, 01 Februari 2021

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca yang Bakal Masuk Indonesia Q-1 2021

 Pemerintah Indonesia dalam kerjasama multilateral dengan GAVI Covax Facility oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berhasil mengamankan puluhan juta dosis vaksin COVID-19 yang dikembangkan AstraZeneca.

Sebanyak 13,7 juta-23 juta dosis vaksin akan diterima Indonesia dengan rincian kuartal I, sebanyak 25-35 persen, dan kuartal II sebanyak 65-75 persen dari alokasi tahap awal. Vaksin AstraZeneca yang dikembangkan dengan platform vektor adenovirus ini dapat digunakan untuk memvaksinasi lansia dengan usia 60 tahun ke atas.


Dikutip dari berbagai sumber, berikut beberapa fakta vaksin COVID-19


1. Menggunakan platform Adenovirus

Vaksin AstraZeneca-Oxford dengan nama AZD1222 dikembangkan dengan platform adenovirus simpanse. Ini berarti bahwa tim pengembang vaksin mengambil virus yang biasanya menginfeksi simpanse, dan dimodifikasi secara genetik untuk menghindari kemungkinan konsekuensi penyakit pada manusia.


Virus yang dimodifikasi ini membawa sebagian materi dari virus Corona yang disebut protein spike, bagian menonjol seperti paku yang ada di permukaan virus corona SARS-CoV-2.

https://movieon28.com/movies/brian-banks/


Saat vaksin dikirim ke sel manusia, ini memicu respons kekebalan terhadap protein spike, menghasilkan antibodi dan sel memori yang akan mampu mengenali virus penyebab Covid-19.


Vaksin vektor adenovirus telah dikembangkan sejak lama, khususnya untuk melawan malaria, HIV (Human Immunodificiency Virus), dan Ebola.


2. Efikasi

Dari situs penelitian ilmiah Lancet, dilaporkan efikasi dari Astrazeneca mencapai 70 persen. Angka ini didapatkan dari analisis interim hasil uji klinis tahap tiga di Brasil dan Inggris.


Angka efikasi tersebut didapat dari penggabungan data kelompok orang yang divaksinasi dengan dosis tepat, dan dosis yang keliru. Jika hanya menggunakan data kelompok dosis yang tepat, ditemukan efikasi sebesar 64 persen.


Meski lebih rendah, vaksin Astrazeneca telah mencapai standar efikasi minimal vaksin COVID-19 yaitu 50 persen. Vaksin AstraZeneca juga tidak perlu disimpan dalam suhu -80 derajat seperti vaksin Covid-19 Pfizer.


3. Bisa untuk lansia

Dalam uji klinis, AstraZeneca juga melibatkan lansia yang berusia 60 tahun ke atas. Dalam publikasi data interim di laman The Lancet, usia lansia menunjukkan tanggapan kekebalan setelah diberikan dosis kedua vaksin.


"Vaksin AstraZeneca adalah salah satu vaksin yang dapat digunakan pada usia 60 tahun ke atas yang kita ketahui dimana kelompok ini memiliki angka kematian tertinggi," kata juru bicara Vaksin COVID-19 Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmidzi.


4. Harga

Berbagai sumber memprediksi jika vaksin COVID-19 AstraZeneca-Oxford dijual dengan harga sekitar US$3-US$5.25 atau sekitar Rp 42 ribu-70 ribu per dosis.


5. Suhu penyimpanan

Vaksin harus disimpan dalam tempat penyimpanan khusus yang bersuhu rendah agar tidak mudah rusak. Vaksin COVID-19 Oxford-AstraZeneca jadi yang paling mudah karena disebut bisa disimpan pada suhu lemari es atau pendingin reguler dengan suhu 2-7 derajat celcius.


6. Skema pengadaan di Indonesia

Dikirim dalam dua tahap, pengadaan vaksin melalui skema GAVI bersifat gratis demi pemerataan akses negara miskin dan berkembang untuk memperoleh vaksin COVID-19.


Vaksin AstraZeneca harus mendapatkan Emergency Use of Authorization (EUA) dari Badan POM sebelum dapat digunakan di Indonesia.

https://movieon28.com/movies/wrongfully-accused/

Digunakan di China, Anal Swab Lebih Baik untuk Deteksi COVID-19?

 Setelah transmisi lokal COVID-19 dilaporkan di beberapa wilayah China, termasuk Beijing, pihak berwenang mulai menggunakan anal swab sebagai cara mendeteksi Corona.

Beberapa ahli di China mengatakan metode anal swab adalah cara yang lebih akurat untuk menguji COVID-19 karena jejak virus lebih lama berada di anus daripada di saluran pernapasan.


Li Tongzeng, seorang dokter senior dari rumah sakit Beiking's Youan, mengatakan pada media lokal CCTV bahwa swab anal dapat meningkatkan tingkat deteksi orang yang terinfeksi.


"Kami menemukan bahwa beberapa pasien tanpa gejala cenderung pulih dengan cepat. Kemungkinan tidak ada jejak virus di tenggorokan mereka setelah tiga hingga lima hari," kata Tongzeng.


"Tetapi virus bertahan lebih lama dari sampel yang diambil dari saluran pencernaan dan kotoran pasien, dibandingkan dengan yang diambil dari saluran pernapasan. Jika kita melakukan usapan anal untuk pengujian asam nukleat, itu akan meningkatkan tingkat deteksi pasien dan menurunkan kemungkinannya dari diagnosis yang terlewat," lanjutnya.


Dikutip dari laman Health, swab anal sebenarnya telah digunakan di China untuk mendeteksi jejak COVID-19 tahun lalu, terutama pada kelompok rentan di karantina. Namun teknik ini disebut tidak akan digunakan secara massal, sesederhana karena tekniknya 'tak nyaman'.


Penggunaan usap anal untuk mendeteksi COVID-19 masih tetap kontroversial. Yang Zhanqiu, wakil direktur departemen biologi patogen di Universitas Wuhan, mengatakan kepada Global Times bahwa swab hidung dan tenggorokan tetap menjadi tes yang paling efisien, karena virus terbukti berada di saluran pernapasan bagian atas, bukan sistem pencernaan.


Tetapi ada beberapa penelitian yang mendukung swab anal untuk COVID-19, setidaknya pada anak-anak. Sebuah makalah yang diterbitkan pada September 2020 oleh para peneliti di Chinese University of Hong Kong (CUHK) menemukan bahwa anal swab mungkin lebih efektif daripada tes pernapasan dalam mengidentifikasi infeksi COVID-19 pada anak-anak dan bayi karena mereka membawa viral load yang lebih tinggi di tinja mereka daripada orang dewasa.

https://movieon28.com/movies/falsely-accused-2/


Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca yang Bakal Masuk Indonesia Q-1 2021


Pemerintah Indonesia dalam kerjasama multilateral dengan GAVI Covax Facility oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berhasil mengamankan puluhan juta dosis vaksin COVID-19 yang dikembangkan AstraZeneca.

Sebanyak 13,7 juta-23 juta dosis vaksin akan diterima Indonesia dengan rincian kuartal I, sebanyak 25-35 persen, dan kuartal II sebanyak 65-75 persen dari alokasi tahap awal. Vaksin AstraZeneca yang dikembangkan dengan platform vektor adenovirus ini dapat digunakan untuk memvaksinasi lansia dengan usia 60 tahun ke atas.


Dikutip dari berbagai sumber, berikut beberapa fakta vaksin COVID-19


1. Menggunakan platform Adenovirus

Vaksin AstraZeneca-Oxford dengan nama AZD1222 dikembangkan dengan platform adenovirus simpanse. Ini berarti bahwa tim pengembang vaksin mengambil virus yang biasanya menginfeksi simpanse, dan dimodifikasi secara genetik untuk menghindari kemungkinan konsekuensi penyakit pada manusia.


Virus yang dimodifikasi ini membawa sebagian materi dari virus Corona yang disebut protein spike, bagian menonjol seperti paku yang ada di permukaan virus corona SARS-CoV-2.


Saat vaksin dikirim ke sel manusia, ini memicu respons kekebalan terhadap protein spike, menghasilkan antibodi dan sel memori yang akan mampu mengenali virus penyebab Covid-19.


Vaksin vektor adenovirus telah dikembangkan sejak lama, khususnya untuk melawan malaria, HIV (Human Immunodificiency Virus), dan Ebola.

https://movieon28.com/movies/falsely-accused/