Selama beberapa tahun terakhir, India meningkatkan tekanannya pada perusahaan teknologi global. Berbagai pembatasan diberlakukan pada teknologi asing, dan sebaliknya memberikan dukungan penuh pada layanan dan produk lokal. India tampak berusaha membangun internetnya sendiri.
Misalnya, baru-baru ini mereka memberlakukan pembatasan ketat pada layanan seperti Facebook, Twitter dan YouTube, tak lama setelah mereka melarang puluhan aplikasi asal China.
Sedangkan aplikasi lokal semacam Koo, mendapat perhatian lebih dari pemerintah India. Seorang eksekutif senior dari aplikasi yang mirip Twitter ini menyebutkan, perhatian mendadak pemerintah terhadap aplikasinya cukup menjadi beban.
"Rasanya seperti Anda baru saja masuk ke putaran final Piala Dunia secara tiba-tiba dan semua orang kini memperhatikan Anda dan tim. Maka kami bekerja keras dan membangun secepat kami bisa," kata Mayank Bidawatka, salah satu pendiri Koo, dikutip dari CNN Business, Selasa (9/3/2021).
Dengan latar belakang itu, di India pun bermunculan dengan subur berbagai alternatif dari layanan-layanan asing yang dibatasi tersebut. Mencoba memanfaatkan momen tekno-nasionalisme yang sedang berkembang, sejumlah aplikasi seperti Koo, dengan cepat memiliki daya tarik.
https://indomovie28.net/movies/asal-kau-bahagia/
Dua aplikasi yang paling banyak diunduh di India sejauh ini adalah platform berbagi video pendek mirip TikTok bernama MX Taka Tak dan Moj. Menurut firma riset aplikasi Sensor Tower, angka download dua aplikasi ini melampaui Snapchat, Instagram, Facebook dan WhatsApp.
Sejumlah pemerintahan di dunia saat ini sedang memperhitungkan, dan berusaha untuk mengendalikan kekuatan perusahaan teknologi global yang besar.
Australia, Eropa, dan Amerika Serikat telah mengeluarkan peraturan dalam beberapa bulan terakhir yang bertujuan untuk menumpulkan sebagian dari kekuatan itu.
India pun mengincar perusahaan teknologi besar, namun sebagian besar fokusnya dalam beberapa bulan terakhir adalah melindungi keamanan dan kedaulatan nasionalnya.
Tentu saja ini sangat berdampak. Sebagai negara dengan pasar internet terbesar kedua di dunia, India memiliki banyak pengaruh. Ada 750 juta pengguna internet di negara itu, dengan ratusan juta lainnya belum terhubung ke internet.
Ini menjadi prospek incaran pertumbuhan global bagi raksasa teknologi seperti Facebook, Google, Amazon, Netflix, dan lainnya. Mereka rela menggelontorkan miliaran dolar untuk mengembangkan operasional mereka di India.
Peraturan pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi telah menciptakan efek mengerikan pada perusahaan-perusahaan tersebut dan memberanikan aplikasi India untuk memposisikan diri mereka agar lebih sesuai untuk pengguna di negara tersebut.
Dinamika yang bergeser di pasar digital India ini adalah tanda peringatan lain dari apa yang disebut splinternet, yakni menandakan kemungkinan dunia di mana setiap negara tetap berpegang pada aplikasinya sendiri dan meninggalkan sifat terbuka dan global dari internet.
Namun untuk saat ini, aplikasi lokal mungkin merasa sulit untuk bersaing di level yang sama kecuali pemerintah memutuskan untuk melarangnya. Mishi Choudhary, direktur hukum di Software Freedom Law Center menyebutkan inti dari strategi ini mungkin bukan sekadar menggeser raksasa teknologi global.
"Aksi ini juga berkaitan dengan mengirim pesan ke perusahaan seperti Facebook dan Google bahwa akses ke pasar internet yang begitu besar di India tidak boleh dianggap remeh," sebutnya.