Celah keamanan di aplikasi perekam panggilan untuk iPhone memungkinkan hacker atau orang lain untuk mendengarkan rekaman panggilan pengguna jika mereka mengetahui nomor telepon targetnya.
Aplikasi tersebut bernama Call Recorder yang memungkinkan pengguna merekam panggilan keluar dan masuk, bahkan tanpa koneksi internet. Saat ini Call Recorder sudah diunduh lebih dari satu juta kali di Apple App Store.
Celah yang ada di Call Recorder pertama kali ditemukan oleh peneliti keamanan dan pendiri Pingsafe AI Anand Prakash yang membagikan temuannya kepada TechCrunch.
Prakash menemukan ia bisa memodifikasi traffic yang masuk dan keluar dari aplikasi menggunakan proxy seperti Burp Suite. Artinya ia bisa mengganti nomor teleponnya yang terdaftar di aplikasi dengan nomor telepon pengguna lain, lalu mengakses rekaman panggilan mereka dan metadata terkait di ponselnya.
Call Recorder menyimpan rekaman panggilan pengguna di cloud bucket yang disediakan Amazon Web Services. Meski server cloud itu terbuka dan mencantumkan data di dalamnya, data tersebut tidak bisa diakses atau diunduh.
"Celah ini memungkinkan aktor jahat untuk mendengarkan rekaman panggilan pengguna dari penyimpanan cloud bucket aplikasi dan endpoint API yang tidak diautentikasi yang membocorkan URL penyimpanan cloud data korban," tulis Prakesh dalam laporannya, seperti dikutip dari Gizmodo, Rabu (10/3/2021).
Setelah Prakash melaporkan temuannya kepada pengembang aplikasi, Call Recorder memperbaiki celah tersebut pada Sabtu pekan lalu dan merilis versi terbaru yang lebih aman tanpa bug.
Saat belum diperbaiki, penyimpanan cloud bucket yang digunakan Call Recorder memiliki lebih dari 130.000 rekaman audio yang total ukurannya mencapai 300 GB. Saat ini cloud bucket tersebut sudah ditutup.
https://cinemamovie28.com/movies/emma-3/
Semua YouTuber Akan Ditarik Pajak oleh Amerika Serikat
- YouTube cukup memudahkan para kreator konten atau YouTuber menghasilkan uang lewat video yang mereka ciptakan. Akan tetapi pada tahun ini, kemungkinan ada sedikit kesulitan terkait rencana penerapan pajak Amerika Serikat.
Seperti dikutip detikINET dari 9to5Google, Rabu (10/3/2021), penarikan pajak AS itu dilaporkan berlaku untuk semua YouTuber, bahkan jika mereka tidak tinggal di AS.
Saat ini, sebuah email pemberitahuan telah dikirimkan oleh YouTube pada kreator konten di luar AS tentang perubahan tersebut. Google memberitahukan bahwa mereka telah diwajibkan untuk memotong pajak sesuai perhitungan di AS di semua channel, termasuk di luar AS.
"We're reaching out because Google will be required to deduct U.S. taxes from payments to creators outside of the U.S. later this year (as early as June 2021). Over the next few weeks, we'll be asking you to submit your tax info in AdSense to determine the correct amount of taxes to deduct, if any apply. If your tax info isn't provided by May 31st, 2021, Google may be required to deduct up to 24% of your total earnings worldwide," tulis email itu.
Pada intinya, YouTuber perlu mendaftarkan informasi pajak yang relevan via AdSense sampai batas waktu 31 Mei 2021, sehingga Google dapat melakukan kalkulasi pajak dengan benar. Jika tidak dilakukan, mungkin YouTuber akan kena pajak 24% dari seluruh pendapatannya dari YouTube.
Informasi lebih lanjut disediakan Google di laman support-nya. Lebih lanjut, disebutkan bahwa views yang dikenai pajak AS hanya berasal dari pemirsa yang berasal dari AS. Jadi, kebijakan ini akan berdampak besar bagi channel YouTube yang punya banyak penggemar dari Negeri Paman Sam.
Aturan baru ini diterapkan YouTube berdasarkan Chapter 3 U.S. Internal Revenue Code. Diwajibkan bahwa perusahaan wajib memangkas pajak dari kreator ketika mereka menghasilkan pendapatan dari pemirsa yang berbasis di Amerika Serikat.