Saat Rusia mencoba untuk menyensor Twitter, belasan situs lain termasuk Google dan YouTube malah down. Menurut Rusia, hal ini terjadi karena kebakaran yang terjadi di Prancis.
Data center yang dimaksud Rusia adalah data center milik penyedia layanan cloud asal Prancis bernama OVHCloud, yang terbakar pada Rabu (10/3). Menurut Roskomnadzorm, media asal Rusia, kebakaran tersebut menyebabkan down-nya sejumlah layanan seperti Google dan YouTube di Rusia.
Tudingan ini langsung dibantah oleh Google, yang menyebut tak menemukan adanya bukti yang mengindikasikan kebakaran milik OVHCloud menjadi penyebab down-nya layanan tersebut.
"Setelah menginvestigasi, kami tak menemukan adanya bukti yang mengindikasikan kalau kebakaran di data center OVHCloud, ataupun infrastruktur milik Google, menjadi penyebab utama dari insiden tersebut," ujar juru bicara Google dalam pernyataannya di Business Insider, seperti dilansir Sabtu (13/3/2021).
Lebih lanjut, menurut Google, down-nya sejumlah layanan tersebut terjadi selama dua jam dan terjadi karena adanya masalah konfigurasi di router pada internet service provider (ISP) lokal.
"Kami percaya kalau penyebab insiden ini karena adanya miskonfigurasi pada router di ISP lokal pihak ketiga," tambahnya.
Layanan Google -- dan sejumlah layanan lain -- yang down ini terjadi pada hari yang sama dengan percobaan Rusia untuk memperlambat akses ke Twitter. Hal itu mereka lakukan karena katanya Twitter tak mau menghapus konten ilegal. Namun yang terjadi adalah situs-situs lain ikut terblokir.
Tudingan ini dibantah oleh Roskomnadzor, down-nya layanan Google tak ada hubungannya dengan langkah Rusia untuk memblokir ataupun memperlambat akses ke Twitter.
Rusia sendiri mau memperlambat akses ke Twitter karena mereka menemukan ada 3.000 postingan yang melanggar aturan di negara tersebut, dan tidak dihapus oleh Twitter.
Alhasil mereka pun berencana untuk mengurangi kecepatan akses ke Twitter sampai dengan 50%, dan bahkan berencana untuk memblokir secara penuh platform media sosial tersebut.
https://trimay98.com/movies/memories-of-my-body/
Ilmuwan Ungkap Misteri Komputer Berusia 2.000 Tahun
Perangkat bernama Antikythera Mechanism diperkirakan oleh ilmuwan berusia 2.000 tahun dan sering disebut sebagai komputer tertua di dunia. Riset terkini menyibak lebih jelas misterinya, terutama bagaimana wujud utuhnya.
Seperti dikutip detikINET dari BBC, Selasa (16/3/2021), benda terbuat dari perunggu itu ditemukan di bangkai kapal dari zaman kuno pada tahun 1901 di Yunani. Sejak itulah, para ilmuwan terkait kebingungan tentang fungsi benda ini.
Dipergunakan memakai tangan, ada yang menduga ia digunakan untuk memprediksi gerhana atau peristiwa astronomi lain. Sayangnya, hanya sepertiga dari komputer zaman kuno tersebut yang tersisa sehingga seperti apa bentuk utuhnya bikin penasaran.
Mekanisme bagian belakangnya sudah diketahui, namun sistem kompleks pada bagian depan masih misteri. Nah, ilmuwan University College London (UCL) dalam riset terbaru meyakini telah dapat menggambarkan bentuknya seutuhnya dan secara detail.
Menggunakan permodelan komputer 3 dimensi, mereka telah menggambar seluruh panel depan Antikythera Mechanism. Bahkan nantinya, diharapkan bisa dibuat replikanya dalam skala penuh dengan menggunakan material modern.
"Matahari, Bulan dan planet-planet ditampilkannya dalam kebrilianan Yunani kuno. Model kami ini adalah yang pertama menyesuaikan seluruh bukti fisik dan cocok dengan deskripsi yang terukir di mekanismenya," kata para peneliti itu.
Akan tetapi tetap ada beberapa misterinya yang belum dapat terkuak. Misalnya apakah Antikythera Mechanism hanyalah semacam mainan, untuk belajar atau ada tujuan lain dari pembuatannya. Ada pula pertanyaan lain, jika orang Yunani kuno bisa membuat benda sebaik ini, kenapa tidak ditemukan perangkat sejenis dari zaman yang sama, yang diciptakan dengan pengetahuan itu?