Kebiasaan antara mencuci pembalut sebelum dibuang dan tidak menjadi perdebatan di media sosial. Pasalnya, tak sedikit wanita yang lebih memilih untuk langsung membuang pembalut dengan alasan kebersihan lingkungan.
"Ada beberapa orang yang lebih nyaman untuk mencuci lebih dulu pembalutnya sebelum dibuang. Ada juga yang langsung membungkusnya dengan plastik lalu dibuang," ucap akun @fuserep, yang videonya viral di media sosial TikTok dan telah ditonton lebih dari 2,3 juta orang.
Beredarnya kepercayaan masyarakat tentang pembalut harus dicuci terlebih dahulu sebelum dibuang agar tidak membawa sial pun berdampak pada perdebatan ini. Padahal, tak ada aturan wajib yang mengharuskan pembalut bekas pakai untuk dicuci.
"Banyak banget kepercayaan yang diajarin beberapa orang tua di mana kalau kita nggak nyuci pembalut setelah digunakan pasti akan dihubungkan dengan hal-hal mistis," ujar @fuserep, dikutip detikcom atas izin pengguna, Jumat (9/4/2021).
Video yang dibagikan oleh @fuserep ini pun menjadi viral di media sosial dan menuai perdebatan di kalangan netizen.
Pembalut kalian di cuci dulu atau langsung buang? #fyp #pembalut #belajaronline #JamTerbangTraveloka #foryou♬ Panik ngga - Ragil
Tak sedikit netizen yang merasa penasaran apakah orang yang suka mencuci pembalut sebelum dibuang akan melakukan hal yang sama jika berada di tempat umum?
"Penasaran, kalau lagi di mall atau tempat umum gitu kalian cuci juga? Apa rela nggak ganti sampai rumah? Apa di bawa pulang?" ucap seorang netizen di TikTok A*mim**.
Sementara netizen lain berpendapat bahwa mencuci pembalut sebelum dibuang itu karena agar tidak jorok.
"Kalau nggak dicuci malahan geli nggak sih berceceran gitu? Pokoknya aku tim dicuci," ucap Nn*.
Nah ladies, kamu tim yang mana nih? Tim pembalut dicuci lebih dahulu atau langsung dibuang?
https://nonton08.com/movies/jack-reacher-never-go-back/
BPOM Sebut Komponen Uji Vaksin Nusantara Tak Sesuai Standar, Ini Risikonya
Uji Vaksin Nusantara yang diprakarsai eks Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dihentikan sementara. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebelumnya menemukan uji vaksin Corona berbasis sel dendritik ini tak memenuhi kaidah klinis.
Dalam rapat bersama Komisi IX DPR RI, Kamis (8/4/2021), kelanjutan uji klinis vaksin Nusantara juga tak kunjung mendapat lampu hijau BPOM. Fakta baru yang ditemukan dari hasil hearing bersama para peneliti, komponen vaksin Nusantara bahkan tak memenuhi standar farmasi.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito mengungkap ada risiko yang sangat besar jika antigen yang digunakan vaksin Nusantara tidak memiliki mutu yang baik untuk diberikan kepada peserta atau relawan uji klinis.
"Pada saat pendalaman ditemukan bahwa antigen yang digunakan tersebut juga tidak dalam kualitas mutu untuk masuk ke dalam tubuh manusia, artinya bukan pharmaceutical grade," beber Penny, dikutip dari siaran live Youtube Komisi IX DPR RI, Kamis (8/4/2021).
"Tapi dia dimasukkan ke dalam darah sel dendritik tersebut, padahal dia dalam kualitas yang seharusnya tidak masuk ke tubuh manusia," lanjutnya.
Dalam pelaksanaan uji klinisnya, vaksin Nusantara berbasis sel dendritik ini disebut Penny dilakukan secara terbuka. Tidak ada kepastian apakah komponen-komponen yang diambil dan disuntikkan kepada para relawan cukup steril.
Penny mewanti-wanti, hal ini harus menjadi perhatian para peneliti. Sangat berisiko jika uji klinis Fase II vaksin Nusantara dipaksa lanjut dengan catatan uji vaksin pertama belum dievaluasi.
"Pembuatan vaksin tersebut memang berbrda dengan pembuatan vaksin biasa, ini adalah satu vaksin individual, yang diproduksi saat itu secara terbuka, karena harus diambil darahnya," tutur Penny.
"Harustnya tertutup, kalau ini harus steril, tapi ini open terbuka, artinya harus ada rentetan validasi yang membuktikan bahwa produk tersebut sebelum dimasukkan kembali ke subjek betul-betul steril dan tidak terkontamninasi," bebernya.
Penny menyayangkan, vaksin Nusantara tidak memenuhi good manufacturing practice dan good clinical practice. Maka dari itu, siapapun yang menggunakan vaksin Nusantara dalam uji klinis disebut Penny amat berisiko.
"Dan itu tidak dipenuhi, iya berarti artinya adalah akan sangat berisiko sekali terhadap siapapun yang menggunakan vaksin Nusantara tersebut dalam uji klinis tersebut, itu temuan yang sangat kritikal," pungkasnya.