Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) dan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC) menyatakan merekomendasikan penundaan sementara penggunaan vaksin Johnson & Johnson setelah ditemukan kasus efek samping pembekuan darah.
"Hari ini, FDA dan CDC mengeluarkan pernyataan terkait vaksin Johnson & Johnson. Kami merekomendasikan penundaan penggunaan vaksin ini karena begitu banyak peringatan," demikian pernyataan FDA melalui Twitter.
Dilaporkan enam wanita, berusia 18-48 tahun, mengalami trombosis sinus vena serebral langka, yang merupakan penggumpalan darah yang dikombinasikan dengan rendahnya tingkat trombosit darah. Salah satu penerima meninggal dan satu lagi dalam kondisi kritis.
Keenam wanita tersebut dikabarkan mengalami efek samping itu setelah 6-16 hari usai divaksinasi. Sejauh ini, para ahli khawatir respons sistem kekebalan tubuh yang dipicu vaksin menjadi penyebab pembekuan darah.
CDC juga mengadakan pertemuan dengan Komite Penasihat untuk Praktik Imunisasi (ACIP) untuk meninjau lebih lanjut kasus-kasus tersebut dan menilai potensi signifikansinya.
Setidaknya hampir tujuh juta warga AS telah menerima vaksin Johnson & Johnson sejauh ini. Sebanyak sembilan juta dosis vaksin tersebut juga telah didistribusikan ke luar Amerika.
J&J mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya sedang bekerja sama dengan regulator untuk menganalisis data terkait efek samping tersebut.
https://movieon28.com/movies/gantian-dong/
Bela China, Pejabat Turki Sebut Vaksin Sinovac Sangat Efektif Tangkal Corona
Turki mengumumkan bahwa vaksin COVID-19 yang diproduksi Sinovac Biotech "sangat efektif" setelah menganalisis hasil dari inokulasi lebih dari 7,5 juta orang yang menerima vaksin buatan China tersebut.
Dengan kemanjuran vaksin China, Menteri Kesehatan Turki Fahrettin Koca mengatakan bahwa rasio kasus positif Corona untuk orang berusia 65 dan lebih tua telah turun setengah menjadi 8,2 persen dari 17,7 persen sejak program dimulai pada pertengahan Januari, dan rasio untuk petugas kesehatan turun menjadi 1,3 persen dari 5,3 persen.
"Vaksinasi memberikan manfaat yang signifikan terkait kasus, rawat inap, mereka yang menerima perawatan intensif, intubasi, dan saya mendorong warga yang memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksin," kata Koca dikutip dari Nikkei Asia.
Turki telah memberikan hampir 19 juta dosis hingga saat ini, bergantung sepenuhnya pada Sinovac sampai dosis Pfizer/BioNTech dimulai pada 2 April.
Hasil efikasi Turki terhadap vaksin COVID-19 memang ditemukan lebih tinggi daripada di negara lain yang juga melakukan uji klinis yakni sekitar 83 persen. Berbeda dengan studi di Brasil yang hanya 50,7 persen.
Belum lama ini heboh pemberitaan media soal pemerintah China mengakui kemanjuran atau efektivitas vaksin rendah. Belakangan, otoritas kesehatan China membantah dan meluruskan kabar yang beredar.
Menurut Kepala Direktur Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China Gao Fu, ia hanya membahas soal prosedur vaksinasi dan jenis vaksin yang kemudian hari mungkin harus diperbaharui untuk meningkatkan efektivitas vaksin COVID-19 saat ini.