Senin, 19 April 2021

Wanita Ini Merasa Kesakitan Selama 16 Bulan, Kok Bisa?

  Seorang wanita asal Winchcombe, London, mengalami kondisi langka yang membuatnya merasa kesakitan selama 16 bulan. Wanita yang diketahui bernama Rebecca Bostock ini mengalami kondisi tersebut sejak Januari 2020 lalu.

Saat itu, Rebecca mengalami pembengkakan di bagian perutnya dan kesulitan untuk mencerna makanan. Kondisi langka dan misterius yang dialami Rebecca ini diidentifikasi sebagai Superior Mesenteric Artery Syndrome (SMAS) atau sindrom arteri superior mesentrik.


SMAS adalah kondisi yang mempengaruhi sistem pencernaan yang terjadi saat bagian usus kecil terjepit di antara dua arteri. Kondisi ini menyebabkan penyumbatan sebagian atau penyumbatan total.


Akibat kondisi tersebut, Rebecca harus dilarikan ke rumah sakit. Untuk mengatasinya, wanita berusia 32 tahun tersebut akhirnya menjalani operasi darurat di Gloucesteshire Royal Hospital.


Gejala yang dialami

Rebecca bercerita, jika saat itu ia tidak langsung dilarikan ke rumah sakit, mungkin nyawanya tidak bisa diselamatkan. Ia mengalami pembengkakan di perut, sulit untuk bernapas, dan muntah-muntah.


Perut saya membengkak besar, sehingga saya tidak bisa bernapas, saya muntah, dan tidak bisa mencerna obat," kata Rebecca yang dikutip dari BBC.


"Kondisi saya menurun. Mereka memeriksa saya dengan pemindaian dan didiagnosis menderita SMAS lalu dibawa ke ruang operasi. Mereka mengatakan saya membutuhkan tindakan operasi. Jika tidak, saya tidak bisa bertahan hidup lebih lama lagi," lanjutnya.


Sebelum melakukan operasi, Rebecca mengalami kesakitan selama 16 bulan. Adapun gejala-gejala yang muncul, seperti pembengkakan, demam, muntah, diare, pusing, dan kehilangan berat badan.


Sempat didiagnosis alami iritasi usus besar

Rebecca juga sempat berkonsultasi ke dokter lain sebelumnya. Tetapi, saat itu ia didiagnosis mengalami endometriosis atau sindrom iritasi usus besar (irritable bowel syndrome).


"Saat itu saya disarankan untuk mengubah pola makanan. Awalnya cukup membantu, tetapi gejalanya makin memburuk sampai saya kesulitan untuk berjalan dan tidak bisa bernapas," jelas Rebecca.


Pasca melakukan operasi untuk membuka penyumbatan tersebut, Rebecca masih belum bisa mengkonsumsi makanan padat. Melihat kondisinya ini, Rebecca ingin tidak ada lagi yang mengalami penyakit seperti dirinya.


"Saya ingin menceritakan kisah saya untuk meningkatkan kesadaran. Saya merasa beruntung dan lega," ujar Rebecca


"Kondisi ini begitu langka, bahkan para dokter tidak mengetahuinya, jadi membantu orang lain dengan mengenali tanda-tandanya dan menganggap kondisi ini penting," pungkasnya.

https://kamumovie28.com/movies/evergreen-love/


Kapuspen: Vaksin Nusantara Bukan Program TNI


 Tentara Nasional Indonesia (TNI) angkat bicara soal kontroversi vaksin nusantara. Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayjen TNI Achmad Riad, S.I.P, menyampaikannya dalam konferensi pers, Senin (19/4/2021).

"Vaksin nusantara bukanlah program dari TNI," tegas Mayjen TNI Achmad Riad, S.I.P.


Meski demikian, TNI tidak menampik adanya dukungan terhadap riset vaksin nusantara.


"TNI akan selalu mendukungnya dengan catatan telah memenuhi kriteria dan persyaratan yang telah ditetapkan oleh badan pengawas obat dan makanan BPOM," tambah Achmad.


Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi antara lain mencakup keamanan, efikasi atau kemanjuran, dan kelayakan.


Soal uji klinis yang dilakukan di RSPAD Gatot Soebroto, ditegaskan bahwa hal itu diatur dengan mekanisme kerja sama.


"Penggunaan fasilitas kesehatan dan tenaga ahli kesehatan dan atau peneliti akan diatur dengan mekanisme kerja sama sebagai dasar hukum atau legal standing dan tanpa mengganggu tugas-tugas kedinasan atau tugas pokok satuan," tandas Achmad.

https://kamumovie28.com/movies/flora-ulysses/

Sabtu, 17 April 2021

Waspadai Pembekuan Darah, BPOM Beri 'Warning' Soal Vaksin AstraZeneca

 Denmark menjadi negara pertama yang menyetop permanen vaksinasi AstraZeneca usai ditemukan kaitan antara vaksin dengan efek samping pembekuan darah. Menanggapi hal ini, pihak Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sudah memberikan warning dalam proses skrining.

"Kita tambahkan warning ya di dalam fact sheet, fact sheet itu adalah informasi kepada tenaga kesehatan yang menggunakan vaksin Astrazeneca itu berhati-hati untuk risiko yang dikaitkan dengan kejadian trombosis," beber Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito Kamis (16/4/2021).


Meski begitu, pihak BPOM memastikan proses vaksinasi AstraZeneca tetap berjalan sesuai dengan arahan Badan Pengawas Obat Eropa (EMA), lantaran kejadian pembekuan darah sangat langka terjadi. Terlebih, kata Penny, kejadian pembekuan darah juga belum ditemukan di Indonesia.


"Kami menyimpulkan bahwa penyuntikan dengan vaksin Astrazeneca masih bisa dilanjutkan namun kejadian-kejadian apapun menjadi pertimbangan," kata Penny.


Penny menegaskan, sebagai kehati-hatian, seluruh tenaga kesehatan yang akan melakukan vaksinasi AstraZeneca melakukan proses skrining seketat mungkin. Terutama bagi mereka yang memiliki risiko mengalami pembekuan darah usai vaksinasi.


"Ditambahkan warning pada seleksi kejadian skrining yang akan disuntikkan Astrazeneca yang ada kemungkinan risiko mempunyai trombosis, dan juga di dalam vaksinnya ada label yang mempunyai warning ada kemungkinan kejadian blood clot trombosis tersebut," bebernya.

https://trimay98.com/movies/ben-hur/


BPOM-Vaksin Nusantara Perlu Ngobrol, Pakar IDI Sarankan Ajak Psikolog


Uji klinis fase II vaksin Nusantara besutan dr Terawan Agus Putranto memunculkan polemik karena tidak mengantongi izin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Sejumlah tokoh dan anggota DPR RI melibatkan diri sebagai relawan uji klinis.

Untuk menyelesaikan polemik yang timbul, Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban menyarankan agar Badan POM dan tim peneliti pembuat vaksin nusantara untuk melakukan klarifikasi tatap muka dengan bantuan pihak ketiga.


"Kelihatannya tatap muka kali ini moderatornya seorang psikolog kali," kelakar Prof Zubairi dalam tayangan Blak-blakan detikcom, Jumat (16/4/2021).


Menurut Prof Zubairi, masing-masing pihak harus mencoba saling membuka satu sama lain, memahami soal perbedaan-perbedaan dari kedua belah pihak, dan mencari tahu bagaimana jalan keluarnya.


"Kalau misalkan ada dua perbedaan, kemudian kalau dulu saya menjadi ketua program studi untuk calon spesialis penyakit dalam, saya minta tolong dari FKM UI (Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia) ada tim yang namanya tim untuk group dynamic," jelas Prof Zubairi.


"Ini kan suatu kesatuan grup, dan dinamikanya mulai agak hangat, jadi mestinya ada program grup dinamik untuk menjembatani masing-masing memahami apa sih alasannya," tambahnya.


Selain itu, Prof Zubairi menyebutkan jika dirinya dirinya mendukung penuh dari vaksin COVID-19 buatan dalam negeri. Tetapi, keamanan dari vaksin juga perlu diperhatikan dalam pengerjaan vaksin. Sebab, vaksin ini nantinya akan diperuntukkan masyarakat banyak.


"Misalnya dari darah saya diambil, kemudian seminggu diproses, dimasukkan ke saya. Itu kan yang dimasukkan bukan darah saya lagi, namun bisa kemasukan bakteri, kuman. Jadi memang proses keamanan harus amat sangat aman," terangnya pada detikcom, Jumat (16/4/2021).

https://trimay98.com/movies/the-children-of-huang-shi/