Senin, 19 April 2021

Kapuspen: Vaksin Nusantara Bukan Program TNI

  Tentara Nasional Indonesia (TNI) angkat bicara soal kontroversi vaksin nusantara. Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayjen TNI Achmad Riad, S.I.P, menyampaikannya dalam konferensi pers, Senin (19/4/2021).

"Vaksin nusantara bukanlah program dari TNI," tegas Mayjen TNI Achmad Riad, S.I.P.


Meski demikian, TNI tidak menampik adanya dukungan terhadap riset vaksin nusantara.


"TNI akan selalu mendukungnya dengan catatan telah memenuhi kriteria dan persyaratan yang telah ditetapkan oleh badan pengawas obat dan makanan BPOM," tambah Achmad.


Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi antara lain mencakup keamanan, efikasi atau kemanjuran, dan kelayakan.


Soal uji klinis yang dilakukan di RSPAD Gatot Soebroto, ditegaskan bahwa hal itu diatur dengan mekanisme kerja sama.


"Penggunaan fasilitas kesehatan dan tenaga ahli kesehatan dan atau peneliti akan diatur dengan mekanisme kerja sama sebagai dasar hukum atau legal standing dan tanpa mengganggu tugas-tugas kedinasan atau tugas pokok satuan," tandas Achmad.

https://kamumovie28.com/movies/the-end-of-summer/


Waduh! Pria Ini Tak Sengaja Terima Dua Jenis Vaksin COVID-19 Berbeda


Seorang pria di New Hampshire, Amerika Serikat (AS), tidak sengaja menerima dua dosis vaksin COVID-19 dengan merek berbeda.

Pria bernama Craig Richards tersebut mendapatkan vaksin produksi Moderna di suntikan pertama, dan Pfizer pada suntikan kedua.


Dikutip dari laman New York Post, Richards mendapatkan suntikan pertama dari Moderna pada 16 Maret 2021 lalu.


Kemudian, Richards diberi vaksin COVID-19 buatan Pfizer sebagai dosis kedua secara tidak sengaja pada 13 April 2021.


Tenaga medis yang menyuntik Richards sadar atas kesalahannya yang memberikan dosis berbeda setelah obatnya masuk ke laporan.


Richards hanya bisa terdiam ketika nakes setempat memberi tahu bahwa ia sudah mendapatkan dua jenis vaksin berbeda.


Tak lama kemudian, supervisor nakes yang menyuntikkan mendekati Richards untuk membahas apa yang telah terjadi dan meyakinkannya bahwa, terlepas dari kesalahannya, semuanya akan baik-baik saja.


Meski begitu, Richards sangat cemas karena dia mendengar satu vaksin saja sudah menimbulkan efek samping. Apalagi, dia kini mendapat dua.


Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menerangkan, idealnya vaksinasi harus dengan merek yang sama ketika mendapatkan vaksin dosis pertama.


Namun, jika dua vaksin yang tidak sengaja dipakai, maka penerima tidak perlu suntik ulang. Kebetulan, kedua vaksin yang dipakai menggunakan platform yang sama yakni mRNA.


RSPAD Tanggapi Data BPOM Soal 71 Persen Relawan Vaksin Nusantara Alami KTD


Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengungkapkan, sebanyak 71,4 persen relawan uji klinis fase I vaksin nusantara mengalami gejala berupa kejadian tidak diinginkan (KTD). Data ini menjadi pertimbangan untuk tidak meloloskan uji klinis fase II vaksin dendritik besutan dr Terawan Agus Putranto tersebut.

Dilaporkan, gejala KTD tersebut berupa nyeri, kemerahan, gatal, ruam, lemas, mual, demam, hipernatremi, peningkatan Blood Urea Nitrogen (BUN), dan peningkatan kolesterol.


Menanggapi hal tersebut, Direktur Pelayanan Kesehatan RSPAD Gatot Soebroto, Nyoto Widyoastoro, SpPD, KHOM menyebut, gejala KTD tersebut masih tergolong umum terjadi pasca vaksinasi. Keluhan tersebut, menurutnya banyak muncul pula pasca suntikan vaksin COVID-19 jenis lain.


"Untuk gejala vaksin itu pasti kalau disuntikkan menyebabkan gejala. Kemudian suntikannya sendiri, itu juga bisa menyebabkan sakit. Itu kan gejala-gejala yang bisa diatasi," ujarnya dalam konferensi pers di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (19/4/2021).


Menurutnya, gejala-gejala yang timbul memang dicatat untuk dilaporkan pada BPOM. Nantinya, BPOM yang akan menilai apakah penelitian vaksin layak diteruskan.


"Itulah yang akan dicatat. Efek samping itu akan dicatat kemudian dilaporkan pada pengampu jabatan. Dalam hal ini BPOM," ujarnya.


Aktivitas di RSPAD Bukan 'Pindahan' dari RS Kariadi

Sebelumnya, RSPAD Gatot Soebroto disebut-sebut menyelenggarakan uji klinik Fase 2 vaksin nusantara. Informasi tersebut disampaikan antara lain oleh sejumlah anggota DPR RI yang melakukan pengambilan darah sebagai prosedur uji klinik vaksin Nusantara, Rabu (14/4/2021).


Namun ditegaskan, aktivitas di RSPAD tersebut bukanlah rangkaian uji klinis Fase 2 vaksin Nusantara. Melainkan, hanya penelitian tentang sel dendritik sebagai basis vaksin Nusantara.


"Ini adalah penelitian mengenai vaksin dendritik tapi tidak dilanjutkan, bukan dipindahkan (dari RS Kariadi Semarang). Tapi RSPAD memang melakukan penelitian tentang dendritik vaksin," pungkasnya.


Sementara itu, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI Achmad Riad, S.I.P menegaskan uji klinis vaksin nusantara bukan merupakan program TNI. Digunakannya RSPAD Gatot Soebroto sebagai lokasi penelitian hanya bersifat kerja sama.

https://kamumovie28.com/movies/hic-rosa-botanical-score/


Wanita Ini Merasa Kesakitan Selama 16 Bulan, Kok Bisa?

  Seorang wanita asal Winchcombe, London, mengalami kondisi langka yang membuatnya merasa kesakitan selama 16 bulan. Wanita yang diketahui bernama Rebecca Bostock ini mengalami kondisi tersebut sejak Januari 2020 lalu.

Saat itu, Rebecca mengalami pembengkakan di bagian perutnya dan kesulitan untuk mencerna makanan. Kondisi langka dan misterius yang dialami Rebecca ini diidentifikasi sebagai Superior Mesenteric Artery Syndrome (SMAS) atau sindrom arteri superior mesentrik.


SMAS adalah kondisi yang mempengaruhi sistem pencernaan yang terjadi saat bagian usus kecil terjepit di antara dua arteri. Kondisi ini menyebabkan penyumbatan sebagian atau penyumbatan total.


Akibat kondisi tersebut, Rebecca harus dilarikan ke rumah sakit. Untuk mengatasinya, wanita berusia 32 tahun tersebut akhirnya menjalani operasi darurat di Gloucesteshire Royal Hospital.


Gejala yang dialami

Rebecca bercerita, jika saat itu ia tidak langsung dilarikan ke rumah sakit, mungkin nyawanya tidak bisa diselamatkan. Ia mengalami pembengkakan di perut, sulit untuk bernapas, dan muntah-muntah.


Perut saya membengkak besar, sehingga saya tidak bisa bernapas, saya muntah, dan tidak bisa mencerna obat," kata Rebecca yang dikutip dari BBC.


"Kondisi saya menurun. Mereka memeriksa saya dengan pemindaian dan didiagnosis menderita SMAS lalu dibawa ke ruang operasi. Mereka mengatakan saya membutuhkan tindakan operasi. Jika tidak, saya tidak bisa bertahan hidup lebih lama lagi," lanjutnya.


Sebelum melakukan operasi, Rebecca mengalami kesakitan selama 16 bulan. Adapun gejala-gejala yang muncul, seperti pembengkakan, demam, muntah, diare, pusing, dan kehilangan berat badan.


Sempat didiagnosis alami iritasi usus besar

Rebecca juga sempat berkonsultasi ke dokter lain sebelumnya. Tetapi, saat itu ia didiagnosis mengalami endometriosis atau sindrom iritasi usus besar (irritable bowel syndrome).


"Saat itu saya disarankan untuk mengubah pola makanan. Awalnya cukup membantu, tetapi gejalanya makin memburuk sampai saya kesulitan untuk berjalan dan tidak bisa bernapas," jelas Rebecca.


Pasca melakukan operasi untuk membuka penyumbatan tersebut, Rebecca masih belum bisa mengkonsumsi makanan padat. Melihat kondisinya ini, Rebecca ingin tidak ada lagi yang mengalami penyakit seperti dirinya.


"Saya ingin menceritakan kisah saya untuk meningkatkan kesadaran. Saya merasa beruntung dan lega," ujar Rebecca


"Kondisi ini begitu langka, bahkan para dokter tidak mengetahuinya, jadi membantu orang lain dengan mengenali tanda-tandanya dan menganggap kondisi ini penting," pungkasnya.

https://kamumovie28.com/movies/evergreen-love/


Kapuspen: Vaksin Nusantara Bukan Program TNI


 Tentara Nasional Indonesia (TNI) angkat bicara soal kontroversi vaksin nusantara. Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayjen TNI Achmad Riad, S.I.P, menyampaikannya dalam konferensi pers, Senin (19/4/2021).

"Vaksin nusantara bukanlah program dari TNI," tegas Mayjen TNI Achmad Riad, S.I.P.


Meski demikian, TNI tidak menampik adanya dukungan terhadap riset vaksin nusantara.


"TNI akan selalu mendukungnya dengan catatan telah memenuhi kriteria dan persyaratan yang telah ditetapkan oleh badan pengawas obat dan makanan BPOM," tambah Achmad.


Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi antara lain mencakup keamanan, efikasi atau kemanjuran, dan kelayakan.


Soal uji klinis yang dilakukan di RSPAD Gatot Soebroto, ditegaskan bahwa hal itu diatur dengan mekanisme kerja sama.


"Penggunaan fasilitas kesehatan dan tenaga ahli kesehatan dan atau peneliti akan diatur dengan mekanisme kerja sama sebagai dasar hukum atau legal standing dan tanpa mengganggu tugas-tugas kedinasan atau tugas pokok satuan," tandas Achmad.

https://kamumovie28.com/movies/flora-ulysses/