Senin, 03 Mei 2021

5 Kisah di Balik Ledakan COVID-19 India, Rebutan Oksigen hingga Praktik Dukun

 Gelombang tsunami COVID-19 membuat India mencatat lebih dari 400 ribu kasus baru COVID-19 per harinya. Pasien kritis terpaksa berebut kamar ICU, obat remdesivir, hingga tabung oksigen.

Di tengah langkanya fasilitas perawatan, jumlah kematian juga mengalami lonjakan. Rekor baru sebanyak 3.689 kasus kematian dalam 24 jam dicatatkan pada Minggu (2/5/2021).


Berbagai kisah pilu di balik ledakan tsunami COVID-19 di India terangkum sebagai berikut:


1. Bikin oksigen sendiri

Warga India berbondong-bondong mencari cara untuk menyediakan oksigen tanpa layanan rumah sakit. Dikutip dari Reuters, data Google Trends menunjukan pencarian "how to make oxygen at home" melonjak pada 25 April.


Padahal menurut pakar, membuat oksigen sendiri justru berbahaya karena berisiko menimbulkan racun dan ledakan.

https://maymovie98.com/movies/harry-potter-and-the-deathly-hallows-part-2/


2. Masjid-bajaj jadi tempat perawatan

Warga India terpaksa menyediakan ruang perawatan 'buatan' lantaran rumah sakit sudah tak mampu menyediakan kamar. Misalnya masjid di Jahangirpuri, negara bagian barat kota Vadodara Gujarat kini telah berubah menjadi bangsal Corona, menampung pasien kritis dengan kapasitas 50 tempat tidur.


Terbatasnya ambulans juga memaksa pemerintah menggunakan angkutan umum seperti bajaj sebagai tempat penampungan pasien COVID-19. Sementara menunggu layanan yang lebih layak di rumah sakit, pasien ditampung dulu di bajaj.

3. Antrean kremasi jenazah

Seiring ledakan jumlah pasien, jenazah pasien COVID-19 bergelimpangan di India. Warga mulai curiga, pemerintah India menyembunyikan data asli angka kematian akibat COVID-19. Menurut mereka, angka kematian laporan pemerintah jauh lebih kecil dibandingkan angka sebenarnya.


"Pemerintah Delhi mengatakan bahwa 380 orang meninggal setiap hari akibat virus Corona. Tapi sebenarnya angka kematian sekitar 1000, atau lebih dari 1000," ujar seorang pengiring jenazah, Amit Kaushik, dikutip dari Sky News, Rabu (28/4/2021).


"Sekarang hanya untuk kremasi, kami harus mencari 2 atau 3 krematorium tetapi tidak ada tempat. Akhirnya kami datang ke sini dan kami telah menunggu selama 2 atau 3 jam terakhir hanya untuk 1 tempat," lanjutnya.


4. Praktik perdukunan dan cap besi darah

Sebagian warga pedesaan India masih percaya, COVID-19 disebabkan roh jahat. Mereka mengandalkan pengobatan dukun dengan terapi menyakitkan, menggunakan stempel besi panas.

"Kami masih punya banyak pasien dirawat saat ini dengan tanda di perutnya karena mereka lebih dulu datang ke dukun dan mendapat stempel besi panas dengan harapan roh jahat yang menyebabkan penyakit bisa diusir," kata Kepala medis Chinchpada Christian Hospital di negara bagian Maharashtra, dr Ashita Singh.


5. Wuhan malah sudah berpesta

Sementara Wuhan, kota di China yang diketahui sebagai titik pertama ditemukannya infeksi akibat virus Corona, baru saja menggelar acara musik Wuhan Music Strawberry Festival. Acara ini dihadiri 11 ribu orang yang sebagian di antaranya sudah tak bermasker.


"Tidak mudah untuk mencapai tempat kita sekarang ini. Orang-orang di sini telah berusaha keras dan membayar harga yang mahal (karena terkena virus). Jadi saya merasa sangat senang berada di sini (di festival)," ujar seorang warga Wuhan, Gao Yuchen.

https://maymovie98.com/movies/the-banquet-2/

Diidap Guru Susan, Ini Jejak Guillain-Barre Syndrome dalam Uji Vaksin Corona

 Ketua Komnas KIPI Prof Hindra Irawan Satari angkat bicara soal kelumpuhan yang dialami guru Susan usai menerima dosis kedua vaksin COVID-19. Hasil investigasi menunjukkan guru Susan mengalami kondisi langka Guillain-Barre Syndrome (GBS) namun tak terkait dengan vaksin COVID-19.

"Diagnosis dari DPJP RSHS: guillain barre syndrome," katanya.


Akhir Desember tahun lalu, sindrom GBS ini pernah membuat uji klinis fase 3 vaksin Sinopharm yang dilakukan di Peru dihentikan sementara. Kepala peneliti uji coba vaksin German Malaga, mengatakan ada relawan vaksin yang mengalami kejadian serius dan masalah pada sarafnya.


"Beberapa hari lalu kami memberikan sinyal, sebagaimana tugas kami seharusnya, kepada pejabat yang berwenang bahwa salah satu peserta uji klinis menampilkan gejala neurologis, yang bisa terkait Guillain-Barre Syndrome (GBS)," kata Malaga.

Setelah melakukan diskusi dengan pengembang vaksin Sinopharm, pejabat kesehatan Peru meyakini tak ada hubungan antara keduanya dan kembali melanjutkan uji klinis vaksin.


Sementara itu, dua relawan vaksin COVID-19 Johnson & Johnson, satu penerima vaksin dan lainnya plasebo juga mengalami sindrom Guillain-Barré. Kejadian ini dilaporkan dalam jurnal Neurology oleh peneliti di American Academy of Neurology.


Dalam laporan kasus, seorang wanita berusia 60 tahun diberi vaksin COVID-19 J&J pada Desember 2020. Sepuluh hari kemudian, ia mengalami nyeri yang menyakitkan di punggungnya dan kakinya tidak bisa digerakkan.


Ia kemudian dirawat di rumah sakit selama 10 hari dan menjalani pemulihan setelahnya.


Meski ada jejak sindrom GBS pada uji klinis vaksin, para peneliti menekankan bahwa hal itu tidak membuktikan vaksin menjadi pemicu utama penyakit tersebut. Hal ini karena bukan hanya penerima vaksin yang mengalami GBS tetapi juga penerima plasebo.

https://maymovie98.com/movies/noraebang-hot-women-2/


5 Kisah di Balik Ledakan COVID-19 India, Rebutan Oksigen hingga Praktik Dukun


Gelombang tsunami COVID-19 membuat India mencatat lebih dari 400 ribu kasus baru COVID-19 per harinya. Pasien kritis terpaksa berebut kamar ICU, obat remdesivir, hingga tabung oksigen.

Di tengah langkanya fasilitas perawatan, jumlah kematian juga mengalami lonjakan. Rekor baru sebanyak 3.689 kasus kematian dalam 24 jam dicatatkan pada Minggu (2/5/2021).


Berbagai kisah pilu di balik ledakan tsunami COVID-19 di India terangkum sebagai berikut:


1. Bikin oksigen sendiri

Warga India berbondong-bondong mencari cara untuk menyediakan oksigen tanpa layanan rumah sakit. Dikutip dari Reuters, data Google Trends menunjukan pencarian "how to make oxygen at home" melonjak pada 25 April.


Padahal menurut pakar, membuat oksigen sendiri justru berbahaya karena berisiko menimbulkan racun dan ledakan.


2. Masjid-bajaj jadi tempat perawatan

Warga India terpaksa menyediakan ruang perawatan 'buatan' lantaran rumah sakit sudah tak mampu menyediakan kamar. Misalnya masjid di Jahangirpuri, negara bagian barat kota Vadodara Gujarat kini telah berubah menjadi bangsal Corona, menampung pasien kritis dengan kapasitas 50 tempat tidur.


Terbatasnya ambulans juga memaksa pemerintah menggunakan angkutan umum seperti bajaj sebagai tempat penampungan pasien COVID-19. Sementara menunggu layanan yang lebih layak di rumah sakit, pasien ditampung dulu di bajaj.

https://maymovie98.com/movies/bosomy-elder-sister-in-law/