Selasa, 18 Mei 2021

Krisis Obat, India Pakai Obat Kanker Eksperimental untuk Pasien COVID-19

 Untuk pertama kalinya India mengizinkan penggunaan obat 2-deoxy-D-glucose atau 2-DG pada pasien COVID-19 bergejala parah. Obat ini sebetulnya merupakan obat kanker yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi lokal Dr Reddy bersama Kementerian Pertahanan India.

"Hasil uji klinis menunjukkan molekul ini bisa membantu kesembuhan pasien yang dirawat di rumah sakit dan mengurangi kebutuhan oksigen," tulis Kementerian Pertahanan India dalam sebuah pernyataan dan dikutip dari BBC, Senin (17/5/2021).


"Sejumlah besar pasien kini menghadapi krisis oksigen dan perlu perawatan di rumah sakit. Obat Corona ini diharapkan bisa menyelamatkan nyawa karena cara kerjanya pada sel yang terinfeksi. Ini juga bisa mengurangi tingkat perawatan di rumah sakit," lanjut pemerintah.


Keputusan menggunakan obat 2-DG menuai kritik dari beberapa ahli kesehatan karena data uji klinisnya yang dianggap masih tidak lengkap. Terlebih selama ini obat tidak pernah mendapat persetujuan, bahkan saat digunakan untuk mengobati pasien kanker.


Sejauh ini belum ada obat yang diketahui benar-benar bisa menyembuhkan COVID-19. Sebagian obat yang sudah mendapat rekomendasi hanya berfungsi untuk meringankan gejala dan suplainya tidak mencukupi di India.


Dengan lebih dari 24 juta kasus COVID-19 terkonfirmasi dan sekitar 270.000 kematian, India dianggap menjadi pusat pandemi.

https://trimay98.com/movies/dances-with-dragon/


Kapan Corona di RI Terkendali? Begini Perkiraan Satgas COVID-19


Pulau Sumatera mengalami peningkatan kasus Corona usai pelarangan mudik Lebaran ditetapkan. Satgas Penanganan COVID-19 mengungkap banyak warga yang nekat mudik lebih dulu sebelum larangan mudik berlaku.

"Kalau kita perhatikan hampir semua provinsi di Sumatera mengalami peningkatan kasus aktif, baik keterisian BOR di sejumlah RS," ungkap Doni Monardo dalam konferensi pers Sabtu (15/5/2021).


Meski begitu, Doni mengaku sudah bekerja sama dengan beberapa kementerian terkait penanganan Corona di daerah. Hal itu tampak efektif lantaran kasus aktif COVID-19 di beberapa provinsi diklaim Doni sudah mencapai puncaknya.


"Beberapa provinsi setelah mencapai peak, saat ini mengalami pelandaian, walaupun ini belum menjamin sepenuhnya," sambungnya.


Lantas kapan Corona di Indonesia terkendali?

"Kita baru bisa merasa pasti mungkin pada awal minggu kedua bulan Juni yang akan datang. Baru bisa kita buktikan keberhasilan kita dalam penanganan pandemi COVID-19," tutur Doni.


Doni menjelaskan, penurunan kasus aktif di sejumlah provinsi belum bisa menjadi tolak ukur keberhasilan pandemi Corona. Sebab, kemungkinan terjadi lonjakan kasus Corona seperti di tahun sebelumnya, khusus di Jawa, umumnya tercatat beberapa hari setelah liburan.


"Kemudian saya juga perlu mengingatkan khusus ya untuk wilayah pulau Jawa, pernah ada kenaikan kasus aktif di September tahun lalu, kemudian juga pada akhir tahun dan awal tahun, sehingga RS di pulau Jawa mengalami peningkatan keterisian," sambung Doni.


Ia juga mengingatkan peningkatan kasus Corona sempat membuat keterisian RS Wisma Atlet meledak hingga melebihi 100 persen. Namun, kejadian tersebut bisa dihindari jika warga hingga seluruh kebijakan pengetatan mudik terpantau baik, demi menjaga tren penurunan angka kasus aktif Corona.


"Kami yakin optimis kalau momentum ini bisa dipertahankan sampai dengan akhir pengetatan mudik, paling tidak dengan awal Juni yang akan datang, maka pertumbuhan kasus aktif akan berkurang di awal Juni," pungkasnya.

https://trimay98.com/movies/the-thief-of-time/

Minggu, 16 Mei 2021

Hand Sanitizer Diduga Picu Peningkatan Virus Gastroenteritis

 Sejumlah negara melaporkan peningkatan virus gastroenteritis selama beberapa bulan terakhir. Para ahli memperkirakan, penggunaan hand sanitizer yang kurang efektif menghalau patogen seperti norovirus, mungkin ikut berperan dalam peningkatan virus gastroenteritis.

Data baru yang dirilis otoritas kesehatan di negara bagian Victoria, Australia, melaporkan peningkatan wabah gastroenteritis sebesar empat kali lipat di seluruh fasilitas penitipan anak dalam beberapa bulan pertama di tahun 2021.

https://cinemamovie28.com/movies/truant-heroes/


Peningkatan ini sangat signifikan dibandingkan dengan rata-rata selama lima tahun. Negara lain seperti Selandia Baru dan Taiwan juga melaporkan lonjakan wabah norovirus selama beberapa bulan terakhir.


Dikutip dari New Atlas, Rabu (28/4/2021) gastroenteritis biasanya disebabkan virus yang disebut norovirus. Virus ini diketahui menyebar dengan menyentuh mulut setelah bersentuhan dengan permukaan atau orang yang terkontaminasi.


Para orang tua yang anak-anaknya masih kecil akrab dengan penyakit ini karena virus tersebut sering disebarkan oleh anak-anak, dan fasilitas penitipan anak terkenal sebagai sarang kelompok infeksi.


"Norovirus menyebabkan muntah dan diare. Kasus terjadi sepanjang tahun, tetapi memuncak selama musim dingin mungkin karena saat itulah kita cenderung melakukan kontak lebih dekat di dalam ruangan sehingga virus mudah menyebar," kata Chair of Food Safety Information Council Australia Cathy Moir.

Wabah norovirus juga umum terjadi saat orang berada di ruang keluarga yang dekat, seperti fasilitas perawatan lansia dan anak, rumah sakit, kapal pesiar, dan acara olahraga komunitas," sambungnya.


Alasan mengapa kelompok norovirus meningkat signifikan memang belum jelas. Namun beberapa ahli menduga, meningkatnya penggunaan hand sanitizer kemungkinan berperan.


Sejak pandemi COVID-19 terjadi awal tahun 2020, lebih banyak orang sering menggunakan pembersih tangan. Beberapa data menyebutkan, permintaan produk hand sanitizer tumbuh 16 kali lipat dalam beberapa bulan pertama pandemi.


"Saya curiga banyak dari kita menjadi cukup puas mencuci tangan hanya dengan menggunakan hand sanitizer. Meskipun pembersih tangan nyaman digunakan kapan saja dan di mana saja, produk ini tidak bekerja dengan baik melawan norovirus seperti halnya mencuci tangan secara menyeluruh (menggunakan air dan sabun)," kata ahli gastroenterologi Vincent Ho.


Sebenarnya, para peneliti telah lama memperkirakan bahwa pembersih tangan berbasis alkohol mungkin tidak seefektif sabun dan air dalam menghilangkan norovirus.


Sebuah survei yang menarik tahun 2011 terhadap 161 fasilitas perawatan jangka panjang di Amerika Serikat menemukan bahwa fasilitas yang lebih sering menggunakan sabun dan air, lebih jarang mengalami wabah norovirus ketimbang yang mengandalkan hand sanitizer.


Peter Collignon, spesialis penyakit menular dari Australian National University, menyebutkan bahwa hand sanitizer tidak menghilangkan kontaminan dari tangan yang kotor. Dia merekomendasikan agar orang tidak mengganti mencuci tangan secara menyeluruh dengan hand sanitizer. Mencuci tangan tetap lebih penting dari pada memakai hand sanitizer.


"Seperti semua desinfektan, pembersihan pertama adalah penting. Kita tidak bisa begitu saja mencelupkan sesuatu ke dalam larutan ajaib seperti hand sanitizer dan membuatnya steril. Bersihkan dulu (menggunakan air dan sabun), lalu sterilkan (menggunakan hand sanitizer). Jadi mencuci tangan itu penting," sebutnya.

https://cinemamovie28.com/movies/shogun-and-little-kitchen/