Sabtu, 22 Mei 2021

Dear Acne Fighter, Ini Saran Dokter Soal Seberapa Sering Harus Ganti Masker

 Alih-alih melindungi wajah, masker yang jarang dicuci atau diganti justru bisa memicu pertumbuhan jerawat atau yang kini akrab disebut 'maskne' (mask acne).

Lantas, berapa lama sih waktu maksimal masker medis dan kain aman digunakan terus menerus sebelum ganti masker baru, terlebih bagi jenis kulit wajah yang sensitif berjerawat?


"Bagian dalam masker akan menjadi tempat percikan ludah akibat berbicara, batuk, bersin, tumpukan keringat, minyak wajah dan debu. Sehingga hal ini akan menyebabkan kelembaban meningkat dan memudahkan tumbuhnya bakteri penyebab jerawat," terang dokter spesialis kulit dan kelamin Dr dr I Gusti Nyoman Darmaputra, SpKK(K), FINSDV, FAADV dari DNI Skin Centre pada detikcom, Kamis (20/5/2021).


Menurut dr Darma, setiap pemakaian masker medis baiknya berdurasi 8 hingga 10 jam. Sedangkan masker berbahan kain dapat digunakan dalam waktu 4 hingga 6 jam.


Khusus masker kain, setelah digunakan, harus dicuci hingga bersih menggunakan deterjen. Setelahnya, masker harus dijemur di bawah sinar matahari.


"Jika ingin menggunakan masker kain pilih yang berbahan katun. Dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) merekomendasikan untuk menggunakan 2 lapis kain katun 100 persen," jelas dr Darma.


Ia menambahkan, jenis masker baik masker medis atau kain tidak memengaruhi kemudahan pertumbuhan jerawat di kulit wajah. Namun apa pun jenisnya, kebersihan permukaan masker harus dijaga untuk menghindari paparan bakteri penyebab jerawat.


"Untuk masker bedah, bukan masalah di bahan yang menyebabkan jerawat tetapi yang terpenting adalah rutin mengganti masker dan tidak menggunakan lebih dari 10 jam," pungkas dr Darma.

https://movieon28.com/movies/kung-fu-panda-holiday/


Rukiah Agar Cepat Hamil, Manjurkah? Begini Penjelasannya dalam Islam


 Istilah rukiah memang sudah tidak asing lagi. Pasalnya, metode penyembuhan dalam Islam ini diketahui ampuh untuk menyelesaikan berbagai masalah. Bahkan, metode ini dipercaya bisa membantu agar wanita cepat mendapatkan kehamilan.

Dalam Islam, rukiah bukanlah sesuatu yang aneh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), rukiah merupakan segala yang berhubungan dengan pesona atau sinar.


Bagi umat Muslim, rukiah dipercaya bisa menyembuhkan seseorang dari berbagai penyakit, baik fisik dan psikis, yang ada di tubuhnya. Selain itu, masalah kesubura4n dan kehamilan juga dipercaya bisa diatasi dengan rukiah.


Menurut Yenna Rachman Atmaja, seorang ahli rukiah atau perukiah, metode ini memiliki manfaat yang luar biasa, salah satunya membuat seseorang hamil. Yenna mengatakan, rukiah adalah metode penyembuhan yang dilakukan dengan membaca ayat-ayat Al-Qur'an.


"Rukiah secara etimologi syariat kan menyembuhkan atau memberikan kesembuhan melalui metode pembacaan ayat-ayat Al-Qur'an," ujar Yenna, dikutip dari HaiBunda.


"Di agama Islam sendiri, hal seperti ini sudah sangat dipahami, sudah ada di Hadits Nabi, dan dijelaskan bahwa Al-Qur'an memang dihadirkan oleh Allah SWT untuk penyembuh," jelasnya.


Metode yang juga dikenal dengan istilah metode langit ini dilakukan dengan cara memohon kepada Allah SWT melalui petunjuk membaca Al-Qur'an. Hamil dengan metode rukiah, kata Yenna, bisa dilakukan dengan mengeluarkan energi negatif dalam tubuh.

https://movieon28.com/movies/as-god/

Komda KIPI DKI Jakarta Pastikan Semua Vaksin yang Diberikan Aman

 Ketua Komisi Daerah (Komda) Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Provinsi DKI Jakarta dr. Ellen Roostati Sianipar, Sp.A memastikan setiap vaksin COVID-19 yang diberikan kepada masyarakat aman. Ia juga memastikan seluruh vaksin tersebut telah melewati sejumlah tahapan penelitian ilmiah.

"Semua vaksin sudah diuji coba, melalui tiga fase dan dipastikan aman," ujar dr. Ellen dalam keterangan tertulis, Jumat (20/5/2021).

https://movieon28.com/movies/letters-to-god/


Menurutnya, KIPI yang terjadi biasanya nonserius seperti rasa nyeri atau demam. Adapun KIPI serius yang perlu menjadi perhatian misalnya keluhannya berlanjut dan memerlukan perawatan.


"Hingga sejauh ini yang kita terima laporan kecil dibandingkan jumlah orang yang telah divaksinasi. Meski kecil kami tetap tindak lanjuti dengan melakukan pengkajian," ujarnya.


Dia menjelaskan untuk menjamin keamanan sebelum vaksinasi, petugas juga telah memberitahu kepada masyarakat bila ada gejala seperti demam, menggigil, mual, atau muntah dianjurkan minum obat. Namun jika gejala berlanjut, imbuhnya, masyarakat harus memiliki nomor telepon yang bisa dihubungi atau bisa langsung menghubungi puskesmas.


"Kalau ada gejala dianjurkan minum parasetamol dulu tapi kali berlanjut hubungi faskes terdekat. Kalau di Jakarta, semua puskesmas siap atau UGD terdekat. Pasti dilayani," katanya.


Terkait informasi ada warga yang meninggal dunia setelah vaksinasi, dr. Ellen mengatakan hingga saat ini masih berlangsung pengkajian. Menurutnya, peristiwa ini termasuk KIPI yang serius. Dia menyebut dalam 24 jam pihaknya langsung melakukan investigasi, mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dan selanjutnya melakukan pengkajian.


"Sudah dua kali pengkajian dengan Komnas KIPI, kita juga telah menemui keluarga untuk mengetahui kronologis. Sampai sekarang belum selesai, investigasi masih dilanjutkan," katanya.


Setelah peristiwa tersebut, lanjut dr. Ellen, pemerintah juga sigap menunda batch atau kumpulan produksi CTMAV547 vaksin AstraZeneca untuk pengujian toksisitas dan sterilitas oleh BPOM sebagai bentuk upaya kehati-hatian untuk memastikan keamanan vaksin ini.


"Saat ini batch itu juga tengah diteliti lebih lanjut, butuh waktu dua atau tiga minggu," tuturnya.


Menurut dr. Ellen, vaksin AstraZeneca sudah diberikan lebih dulu di Sulawesi. Bahkan pada sekitar Maret sudah diberikan kepada anggota TNI/Polri di Jakarta.


"Sejauh ini tidak ditemukan kasus serius," tegasnya.


Dia pun memaparkan mekanisme kerja investigasi jika ada laporan KIPI serius. Biasanya laporan bisa berasal dari laporan masyarakat, fasilitas kesehatan, atau dokter. Setelah itu pihaknya melengkapi laporan dan dilanjutkan investigasi dengan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya.


Termasuk jika pasien sampai dirawat, Komda KIPI perlu menemui dokter yang merawat, datang ke RS, dan menemui keluarga. Setelah lengkap dikaji dengan para ahli seperti penyakit dalam dan hematologi, kemudian baru diputuskan penyebab sebenarnya.


dr. Ellen mengatakan, sejauh ini yang terjadi koinsiden, artinya tidak berhubungan dengan vaksin. Jadi memang terjadi gejala bersamaan tetapi sebetulnya tidak disebabkan oleh vaksin. Dia berharap, jika menemukan informasi soal KIPI terlebih dahulu harus dicek kebenarannya.


Ia menyebut pada 2017 lalu juga ada banyak informasi soal vaksinasi MR yang simpang siur dan menyebabkan masyarakat takut.


"Jangan panik. Di sekitar kita ada faskes, ada dokter dan tenaga kesehatan yang bisa ditanya," katanya.

https://movieon28.com/movies/xx/