Elon Musk menjadi presenter dalam acara televisi terkenal di Amerika Serikat, Saturday Night Live. Di situ ia membeberkan bahwa dirinya punya sindrom Asperger.
Pria berusia 49 tahun ini mengatakan pada pemirsa bahwa dia merupakan orang pertama dengan Asperger yang jadi host Saturday Night Live. Pernyataannya itu langsung mendapat sambutan meriah. Sepertinya ini adalah pertama kalinya dia berbicara tentang kondisinya itu.
"Aku tidak selalu punya banyak intonasi atau variasi dalam bagaimana aku berbicara. Aku sesungguhnya membuat sejarah malam ini sebagai prang pertama dengan Asperger yang menjadi host SNL," cetus Musk yang dikutip detikINET dari BBC.
Orang yang punya Asperger menginterpretasi lingkungan di sekitarnya berbeda dengan orang biasa. Di sisi lain, Musk juga membahas kegemarannya melontarkan topik kontroversial di Twitter.
"Aku tahu terkadang mengatakan atau posting hal-hal aneh, tapi memang seperti itulah otakku bekerja," kata dia.
"Bagi siapapun yang tersinggung, aku hanya ingin bilang aku menciptakan kembali kendaraan listrik dan aku akan mengirimkan orang ke Mars dengan kapal roket. Apakah kamu mengira aku akan jadi orang yang normal dan santai?" ujar Elon Musk.
Mengenai Asperger, dulu sebelum dimasukkan ke dalam buku pedoman psikiater dunia Diagnostic and Statistical Manual 5 atau DSM-5 pada 2013, sindrom ini masih dianggap kondisi yang terpisah dari autisme atau gangguan kesehatan mental.
Namun kini sindrom Asperger masuk dalam Autism Spectrum Disorder (ASD) atau spektrum autisme, di mana menjadikannya salah satu gangguan mental. Yang berarti, apapun perilaku yang mencerminkan sindrom ini akan disebut juga sebagai dan disebabkan oleh autisme
Asperger kadang disebut juga sebagai 'High Functioning Autism' karena perilaku mereka tidak separah itu atau masih dapat dipahami layaknya orang tanpa autisme. Akan tetapi, tetap saja kasusnya akan menjadi bagian dari kondisi tersebut. Begitulah yang dialami Elon Musk sesuai pengakuannya.
https://cinemamovie28.com/movies/battle-los-angeles/
Ilmuwan Cari Alien di 60 Juta Bintang yang Ada di Jagat Raya
Tim ilmuwan yang tergabung dalam proyek Breakthrough Listen, Search for Extraterrestrial Intelligence (SETI) telah melakukan pencarian peradaban alien selama beberapa dekade. Proyek ini baru saja merilis survei terbesarnya hingga saat ini, yakni hasil memindai 60 juta bintang.
Apakah mereka berhasil menemukan kehidupan cerdas di luar Bumi? Ternyata hasilnya, tidak ditemukan peradaban alien dari pemindaian 60 juta bintang tersebut.
Ada banyak cara untuk mendeteksi kehidupan alien, antara lain dari keberadaan megastruktur yang mengaburkan cahaya bintang, atau tanda-tanda biologis tertentu di atmosfer planet ekstrasurya. Namun sejauh ini, pemindaian sinyal radio adalah teknik paling efisien yang tersedia dengan tingkat teknologi di Bumi saat ini. Breakthrough Listen melakukan survei terbaru di sepanjang garis pandang menuju pusat galaksi, memanfaatkan kepadatan bintang yang meningkat untuk mencakup hipotetis alien sebanyak mungkin.
Dikutip dari Extreme Tech, Senin (10/5/2021) rilis hasil penelitian ini memang masih pendahuluan. Namun sepertinya tidak ada kejutan terkait peradaban alien yang bersembunyi di dalamnya.
Dalam penelitian ini, Breakthrough Listen yang didanai oleh miliarder Rusia-Israel Yuri Milner dan mendiang Stephen Hawking, menggunakan Teleskop Radio Green Bank di West Virginia dan Teleskop Radio Parkes di Australia untuk menyaring 600 jam gelombang radio dari bintang-bintang antara 0,7 dan 93 GHz.