Kamis, 03 Juni 2021

Vaksin Pfizer Vs Miokarditis, Dokter Jantung: COVID-19 Tetap Lebih Bahaya!

  Laporan para ahli di Israel mengaitkan vaksin Corona berbasis mRNA buatan Pfizer-BioNTech dengan kasus miokarditis atau radang otot jantung. Dokter jantung mengingatkan untuk tidak perlu buru-buru panik.

"Kita lebih takut harusnya pada COVID-19-nya, bukan pada vaksinnya," pesan dokter jantung dari Siloam Hospital, dr Vito A Damay, SpJP(K).


Menurut dr Vito, miokarditis pada dasarnya bisa sembuh dengan pengobatan yang baik. Kaitannya dengan vaksin mRN seperti Vaksin Pfizer juga masih belum jelas betul, masih terus diteliti.


Justru, dampak infeksi COVID-19 dinilainya lebih menakutkan. Vaksin, bagaimanapun, bisa memberikan perlindungan terhadap risiko tersebut.


"Justru 49 persen pasien COVID-19 yang dirawat di ICU mengalami miokarditis," kata dr Vito kepada detikcom, Kamis (3/6/2021).


Pasien COVID-19 yang memiliki kondisi penyerta berupa miokarditis akan mengalami gangguan dalam memompa darah dan oksigen. Ditambah ada radang di paru-paru, pertukaran oksigen dengan CO2 jadi tidak berjalan dengan baik.


"Miokarditis bisa menjadi komplikasi pemberat COVID salah satunya melalui jalur ini," jelasnya.


Apa saja gejala miokarditis?

Miokarditis merupakan radang yang terjadi pada otot jantung atau miokardium. Radang juga bisa terjadi pada kulit jantung, dan disebut perikarditis. Beberapa gejala yang dikaitkan dengan miokarditis pada penerima vaksin mRNA Pfizer antara lain:


sakit dada

sesak napas

dada tidak nyaman

berdebar-debar.

Menurut dr Vito, gejala tersebut dirasakan beberapa hari hingga sepekan setelah mendapat vaksin, umumnya vaksin mRNA. Selain vaksin Pfizer, vaksin lain yang menggunakan platform mRNA adalah Moderna.


Penerima vaksin mRNA yang mengalami miokarditis terbilang langka. Umumnya dialami pria usia 30 tahun ke bawah dan setelah suntikan dosis kedua.

https://tendabiru21.net/movies/painted-faces/


Malaysia Rekor Kematian Corona, Faskes Kewalahan-Kamar Jenazah Nyaris Habis


- Malaysia lagi-lagi mencetak rekor kematian tertinggi sejak awal pandemi Corona, ada 126 warga meninggal karena COVID-19 per Rabu (2/6/2021). Rekor sebelumnya tercatat di 29 Mei dengan 98 kasus kematian Corona.

Dikutip dari Channel News Asia, Direktur Jenderal Kesehatan Noor Hisham Abdullah mengatakan 123 orang di antaranya adalah warga Malaysia, sementara tiga lainnya merupakan warga asing.


Para korban COVID-19 berusia 29 hingga 98 tahun. Banyak dari mereka memiliki riwayat medis diabetes dan tekanan darah tinggi, menurut data yang dipublikasikan di situs resmi direktur jenderal kesehatan.


Jumlah kematian nasional Malaysia Corona sekarang mencapai 2.993 kasus. Nahasnya, menurut laporan Kementerian Kesehatan setempat, 10 kasus wafat Corona tak sempat tertangani, tidak meninggal di RS.


Saat ini ada 878 pasien virus Corona dirawat di unit perawatan intensif, jumlahnya kembali mencetak rekor. Sebanyak 441 orang di antaranya membutuhkan bantuan alat pernapasan.


Malaysia juga mencatat 7.703 kasus COVID-19 baru pada hari Rabu, sehingga total kasus Corona secara nasional menjadi 587.165 kasus. Adapun kasus aktif yang tercatat sampai saat ini sebanyak 82.274.


Dua puluh dua cluster baru juga telah diidentifikasi. Empat di antaranya dipicu oleh kegiatan kunjungan rumah tangga musim perayaan di Penang, Kedah, Perak dan Kuala Lumpur.


Malaysia memulai lockdown nasional ketiganya pada hari Selasa di tengah gelombang ketiga COVID-19. Otoritas kesehatan telah berulang kali memperingatkan bahwa fasilitas medis kewalahan dan tempat tidur unit perawatan intensif serta ruang di kamar jenazah hampir habis.

https://tendabiru21.net/movies/beyond-the-reach/

Niat Bikin 'Wine Ular', Pria di China Malah Kritis Kena Bisanya

  Seorang pria berusia 63 tahun dari China Timur berada dalam kondisi kritis setelah digigit seekor ular berbisa ketika ia mencoba menangkap ular untuk membuat bir dari bisanya.

Dilaporkan Newsweek, pria yang bermarga Yu ini harus menjalani perawatan darurat untuk menyelamatkan lengannya. Setelah digigit, Yu dilarikan ke Rumah Sakit Hangzhou di provinsi Zhejiang menyusul insiden yang dilaporkan tetangganya.


Kala itu Yu tengah berjalan-jalan setelah makan siang ketika tetangganya melihat ular berbisa di luar rumahnya. Spesies ini dikenal sebagai Chinese Copperhead ata 'ular seratus langkah', yang menunjukkan jumlah langkah yang dapat diambil korban sebelum menyerah pada racun.


Yu pertama kali ingin membunuh ular itu dengan sekop tetapi berubah pikiran pada menit terakhir dan memutuskan untuk menangkapnya untuk membuat wine dari bisa ular. Sayangnya, ketika dia memutuskan untuk mengambil ular berbisa dan memasukkannya ke dalam karung, ular itu menggigit pergelangan tangan kanannya.


Wine bisa ular dibuat dengan memasukkan seluruh ular ke dalam toples anggur beras atau alkohol lainnya. Cara lain adalah dengan meminum darah ular yang telah dicampur dengan empedu dan alkohol.


Yu mencoba menyedot racunnya dan mencuci lukanya dengan air bersih, tetapi segera setelah itu, gusinya mulai berdarah, dan bibirnya mati rasa. Tak lama kemudian dia mengalami gejala termasuk sesak di dada dan kesulitan bernapas.


Beruntung, meski lengan kanannya bengkak, kondisi Yu dikatakan stabil untuk saat ini. Rumah sakit tidak mengatakan kapan dia akan dipulangkan.

https://tendabiru21.net/movies/i-love-maria/


Vaksin Pfizer Vs Miokarditis, Dokter Jantung: COVID-19 Tetap Lebih Bahaya!


 Laporan para ahli di Israel mengaitkan vaksin Corona berbasis mRNA buatan Pfizer-BioNTech dengan kasus miokarditis atau radang otot jantung. Dokter jantung mengingatkan untuk tidak perlu buru-buru panik.

"Kita lebih takut harusnya pada COVID-19-nya, bukan pada vaksinnya," pesan dokter jantung dari Siloam Hospital, dr Vito A Damay, SpJP(K).


Menurut dr Vito, miokarditis pada dasarnya bisa sembuh dengan pengobatan yang baik. Kaitannya dengan vaksin mRN seperti Vaksin Pfizer juga masih belum jelas betul, masih terus diteliti.


Justru, dampak infeksi COVID-19 dinilainya lebih menakutkan. Vaksin, bagaimanapun, bisa memberikan perlindungan terhadap risiko tersebut.


"Justru 49 persen pasien COVID-19 yang dirawat di ICU mengalami miokarditis," kata dr Vito kepada detikcom, Kamis (3/6/2021).


Pasien COVID-19 yang memiliki kondisi penyerta berupa miokarditis akan mengalami gangguan dalam memompa darah dan oksigen. Ditambah ada radang di paru-paru, pertukaran oksigen dengan CO2 jadi tidak berjalan dengan baik.


"Miokarditis bisa menjadi komplikasi pemberat COVID salah satunya melalui jalur ini," jelasnya.


Apa saja gejala miokarditis?

Miokarditis merupakan radang yang terjadi pada otot jantung atau miokardium. Radang juga bisa terjadi pada kulit jantung, dan disebut perikarditis. Beberapa gejala yang dikaitkan dengan miokarditis pada penerima vaksin mRNA Pfizer antara lain:


sakit dada

sesak napas

dada tidak nyaman

berdebar-debar.

Menurut dr Vito, gejala tersebut dirasakan beberapa hari hingga sepekan setelah mendapat vaksin, umumnya vaksin mRNA. Selain vaksin Pfizer, vaksin lain yang menggunakan platform mRNA adalah Moderna.


Penerima vaksin mRNA yang mengalami miokarditis terbilang langka. Umumnya dialami pria usia 30 tahun ke bawah dan setelah suntikan dosis kedua.

https://tendabiru21.net/movies/sex-and-the-city-2/