Pemkot Solo menyiapkan dua skenario untuk mempercepat vaksinasi lansia di atas 60 tahun. Salah satunya adalah dengan memberikan reward berupa vaksin bagi pengantar lansia yang akan menjalani vaksinasi COVID-19.
"Untuk mempercepat capaian lansia, kami merencanakan dua skenario menindaklanjuti SE Menteri Kesehatan No 421. Kita punya dua skenario percepatan lansia dengan memberikan reward kepada pengantar lansia," terang Kepala Dinas Kesehatan (DKK) Solo Siti Wahyuningsih saat jumpa pers di ruang Manganti Praja, Balaikota, Solo, Jumat (4/6/2021).
Perempuan yang akrab disapa Ning itu melanjutkan, bagi siapa saja yang mengantarkan Lansia di atas 60 tahun untuk vaksin maka berhak mendapatkan vaksin Corona juga.
"Kriteria pengantar bisa keluarga, saudara, maupun kader kesehatan berusia 18-49 tahun. Kenapa 18-49? karena nanti yang 50-60 tahun kita ikutkan program yang lain sehingga lebih cepat," katanya.
Selain itu, pengantar juga wajib ber KTP Solo. Alasannya adalah untuk menimbulkan kekebalan komunitas warga Solo dan pelaku usaha yang ada di Kota Solo.
"Kemudian skenario yang kedua, pada kelompok pralansia usia 50-60 tahun ini tidak berlaku bonus. Kita harapkan bisa datang sendiri," ujar Ning.
Ning berharap dengan adanya reward tersebut pengantar akan bersemangat untuk mengantarkan lansia yang akan menjalani vaksinasi.
"Mudah-mudahan anak, cucunya semangat mengantarkan untuk mendapat vaksinasi meskipun dia masih pelajar, atau ibu rumah tangga yang tidak masuk kriteria manapun, sebagai reward dia sudah mengantar lansia, akan kita vaksinasi," urainya.
Pada kesempatan yang sama, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka mengapresiasi skenario dengan pemberian vaksin kepada pengantar lansia tersebut.
"Silahkan yang mau mengantar kakek neneknya nanti dapat gratis vaksin," kata Gibran.
https://kamumovie28.com/movies/from-riches-to-rags/
Ragam Drama Sunat Masa Lalu, Diiris Pakai Bambu hingga Ditutupi Tudung Saji
Jauh sebelum ada beragam fasilitas dan teknik sunat medis maupun nonmedis, khitan terkait erat dengan cerita penuh drama. Mulai dari metode yang ekstrem hingga masa pemulihan yang lama dan menyakitkan.
Salah satunya dikisahkan Pras, seorang pria di Jakarta. Semasa kecil ketika hendak disunat, ia diingatkan terus-menerus oleh orang tua untuk tidak berlari-larian selama beberapa hari sebelum khitan. Masyarakat di masanya percaya bahwa jika anak berlarian sebelum disunat, darah yang keluar akan semakin banyak.
Begitu pun setelah sunat. Ia mengisahkan, penisnya ditutupi tudung saji setelah sunat agar tak tergesek-gesek sarung.
"Malam hari setelah sunat, ibuku menutupi penisku dengan tudung saji, lalu diselimutin agar luka sunatnya tidak terkena gesekan sarung," kisahnya pada detikcom, Kamis (3/5/2021).
"Sampai pagi keluargaku bergantian duduk di samping aku yang sedang tidur. Sambil terus berjaga agar penisku aman, tidak tersentuh atau tergaruk tanpa sadar, hingga luka sunatku mengering," lanjutnya.
Disunat pakai bambu oleh masinis
Pras mengisahkan, dirinya disunat kala berusia 10 tahun, tepatnya pada 1978. Belum banyak praktik sunat medis, sehingga ia disunat oleh 'dukun sunat'. Biasanya, seorang dukun sunat juga menjalani profesi lain yang jauh dari urusan sunat-menyunat. Kala itu, dirinya disunat oleh seorang masinis.
"Metode sunat yang dipakai tidak menggunakan gunting, melainkan bambu. Aku tidak dibius. Sambil duduk mengangkang, sarungku disingkap ke kepala jadi aku tidak bisa melihat," imbuhnya.
"Kala itu hampir semua teman-temanku mendapat hadiah sepeda setelah disunat. Hal ini menciptakan pola pikir terbalik di antara teman-teman seusiaku. Mereka percaya kalau ingin dapat sepeda, cepatlah disunat," pungkas Pras.