Bupati Kudus, Jawa Tengah, HM Hartopo mengklaim bahwa kasus Corona di wilayahnya mulai melandai. Ia dan pihaknya kini tengah membenahi tempat isolasi mandiri bagi para warganya yang tertular COVID-19.
"Alhamdulilah Kudus saat ini agak melandai, karena terkait masalah pengurusan isolasi ini yang baru gencar-gencarnya kita evaluasi, karena mengingat untuk isolasi mandiri di rumah di Kudus ini lumayan banyak," kata Hartopo dalam sebuah diskusi virtual, Kamis (10/6/2021).
Lebih lanjut, kata Hartopo, saat ini tempat isolasi mandiri di Kudus hanya bisa menampung 400 orang. Itu pun masih banyak permasalahan, seperti kurangnya sumber daya manusia (SDM) dan obat-obatan.
"Maka dari itu, ini pengadaan baru kita mulai, insyaAllah minggu depan atau Senin mungkin ya sudah bisa kita maksimalkan tempat isolasi mandiri yang ada di Kabupaten Kudus ini," ujarnya.
Selain itu, Hartopo juga mengaku bahwa pihaknya tengah menggencarkan vaksinasi COVID-19. Harapannya, lonjakan kasus Corona di Kudus bisa segera mereda.
"Untuk vaksinasi, tentunya ini kita akan gencarkan vaksinasi secara massal, supaya nanti bisa lebih melandai dalam penularannya," ucap Hartopo.
Sebelumnya juru bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menyebut Kudus menjadi salah satu wilayah di Indonesia yang tingkat penularan virus Coronanya cukup mengkhawatirkan.
Hal ini karena peningkatan kasus Corona di Kudus mencapai 7.594 persen semenjak tiga minggu pasca hari raya Idul Fitri. Kemudian, tingkat keterisian tempat tidur (BOR) di rumah sakit di Kudus pun menyentuh angka 90,2 persen.
"Tentunya kondisi yang paling mengkhawatirkan adalah apabila kenaikan kasusnya melebihi 100 persen dan disaat bersamaan kondisi BOR-nya di atas 70 persen. Keadaan ini menunjukkan bahwa penanganan di wilayah tersebut sudah mulai tidak terkendali" kata Wiku dalam konferensi pers, Rabu (9/6/2021).
https://trimay98.com/movies/piranhas/
Beda Vaksin Sinovac Vs AstraZeneca, dari Efikasi Sampai Efek Samping
Vaksin Sinovac dan Astrazeneca saat ini jadi vaksin COVID-19 yang paling banyak digunakan di Indonesia. Banyak yang membandingkan vaksin Sinovac vs AstraZeneca, apa sih bedanya?
Vaksin Sinovac dan AstraZeneca diketahui sudah mendapat izin dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sehingga efektivitas dan keamanannya terjamin. Namun, tetap ada beberapa perbedaan vaksin Sinovac dan AstraZeneca.
Mulai dari platform atau teknologi pengembangan vaksin, data efikasi, keluhan efek samping, hingga jarak pemberian dosis. Berikut penjelasan beda vaksin Sinovac vs AstraZeneca seperti dirangkum detikcom dari berbagai sumber:
1. Teknologi pembuatan
Vaksin Sinovac
Platform atau teknologi pengembangan vaksin Sinovac dan AstraZeneca berbeda. Vaksin Sinovac memanfaatkan virus SARS-COV-2 yang telah dimatikan (inactivated) untuk memicu respons imun. Metode ini sudah terbukti manjur dan telah digunakan dalam pengembangan vaksin lain, seperti vaksin flu dan vaksin polio.
Vaksin AstraZeneca
Sementara vaksin AstraZeneca menggunakan virus adeno hidup (adenovirus) yang telah dimodifikasi sebagai 'pengirim' protein khusus. Protein tersebut akan menginstruksikan sel tubuh untuk memproduksi sebagian kecil dari virus Corona yang kemudian memicu respons imun.
Adenovirus sendiri dikenal sebagai virus yang tidak berbahaya.
"Pada vaksin viral vector, virus yang tidak berbahaya ini akan masuk ke dalam sel di tubuh kita lalu mengirim instruksi pembuatan sebagian kecil virus penyebab COVID-19. Bagian tersebut merupakan protein mirip paku (spike protein) yang ditemukan pada permukaan virus COVID-19," tulis Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).
"Sel kemudian menampilkan protein ini, lalu sistem imun kita mengenalinya sebagai benda asing. Ini akan memicu sistem imun menghasilkan antibodi dan sel-sel imun lainnya untuk melawan apa yang dianggap sebagai infeksi," lanjut CDC.