Belakangan heboh soal obat Ivermectin yang diyakini mampu menangkal COVID-19. Obat Ivermectin ini bahkan sempat diklaim efektif menurunkan angka kematian COVID-19.
"Hanya tiga pekan setelah menambahkan Ivermectin di New Delhi, kasus terinfeksi yang memuncak 28.395 orang pada 20 April lalu turun secara drastis menjadi 6.430 orang pada 15 Mei. Kematian juga turun sekitar 25 persen pada bulan yang sama," tutur Sofia Koswara, Vice President PT Harsen Laboratories, dalam rilis yang diterima detikcom beberapa waktu lalu.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengaku obat Ivermectin memang memiliki potensi antiviral dalam uji in-vitro di laboratorium. Namun, tetap membutuhkan studi lebih lanjut terkait efektivitas, keamanan, hingga khasiatnya.
Terlebih, obat Ivermectin ditegaskan BPOM merupakan obat keras. Perlu resep dokter untuk menggunakan obat Ivermectin.
Adapun penggunaan khusus untuk COVID-19, penelitian terkait tengah berlangsung di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. Ada sejumlah RS yang disebut BPOM terlibat dalam penelitian tersebut.
Selain itu, Ivermectin juga memiliki efek samping, berikut catatan efek samping Ivermectin menurut BPOM:
Nyeri otot
Nyeri sendi
Ruam kulit
Demam
Pusing
Sembelit
Diare
Mengantuk
Sindrom Stevens-Johnson.
"Badan POM RI terus memantau pelaksanaan dan menindaklanjuti hasil penelitian serta melakukan update informasi terkait penggunaan obat Ivermectin untuk pengobatan COVID-19 melalui komunikasi dengan World Health Organization (WHO) dan Badan Otoritas Obat negara lain," jelas BPOM dalam rilis resminya, dikutip Kamis (10/6/2021).
"Untuk kehati-hatian, Badan POM RI meminta kepada masyarakat agar tidak membeli obat Ivermectin secara bebas tanpa resep dokter, termasuk membeli melalui platform online. Untuk penjualan obat Ivermectin termasuk melalui online tanpa ada resep dokter dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku," pesan BPOM.
https://trimay98.com/movies/deadly-dream-woman/
Waspada Nobar Piala Eropa 2020 Berujung Klaster COVID, Catat Titik Lengahnya
Wakil Menteri Kesehatan RI, dr Dante Saksono, memperingatkan masyarakat tentang potensi penularan virus Corona saat nobar (nonton bareng) Piala Eropa 2020, yang akan dilaksanakan 11 Juni besok. Disebutkan, kekhawatiran ini muncul karena masih banyak masyarakat yang abai terhadap protokol kesehatan, terutama pada kelompok usia muda.
dr Dante mengatakan bisa saja orang yang mengikuti nobar tersebut tidak sadar bahwa dirinya telah terkena COVID-19. Namun, karena daya tahan tubuhnya masih kuat, ia tidak mengalami gejala Corona apa pun.
Hingga akhirnya, mereka tidak sadar menularkan virus tersebut ke orang lain. Kemudian COVID-19 kembali menyebar ke anggota keluarga di rumah.
"Biasanya yang tanpa gejala ini adalah orang-orang berusia muda. Kemudian menjadi gejala ketika mereka menularkan kepada kelompok anggota keluarganya yang sudah tua atau memiliki komorbid tertentu," kata dr Dante dalam sebuah diskusi virtual, Kamis (10/6/2021).
Oleh karena itu, dr Dante mengimbau agar masyarakat tetap patuh terhadap protokol kesehatan di mana dan kapan pun berada. Jangan sampai kegiatan nobar Piala Eropa 2020 menjadi ajang penularan virus Corona.
"Jadi saya imbau kepada masyarakat adanya Piala Eropa, adanya Lebaran, adanya hiburan, itu tetap kita harus menjaga protokol kesehatan. Walaupun kita tidak mempunyai gejala, tetapi kita mempunyai potensi untuk menularkan kepada orang-orang di sekitar yang kita cintai, yang mungkin akan menjadi lebih berbahaya daripada yang kita alami pada saat kita tidak bergejala," imbaunya.