Kamis, 10 Juni 2021

Viral Ivermectin Disebut Ampuh Tangkal COVID-19, Ini Penjelasan BPOM

 Belakangan heboh soal obat Ivermectin yang diyakini mampu menangkal COVID-19. Obat Ivermectin ini bahkan sempat diklaim efektif menurunkan angka kematian COVID-19.

"Hanya tiga pekan setelah menambahkan Ivermectin di New Delhi, kasus terinfeksi yang memuncak 28.395 orang pada 20 April lalu turun secara drastis menjadi 6.430 orang pada 15 Mei. Kematian juga turun sekitar 25 persen pada bulan yang sama," tutur Sofia Koswara, Vice President PT Harsen Laboratories, dalam rilis yang diterima detikcom beberapa waktu lalu.


Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengaku obat Ivermectin memang memiliki potensi antiviral dalam uji in-vitro di laboratorium. Namun, tetap membutuhkan studi lebih lanjut terkait efektivitas, keamanan, hingga khasiatnya.


Terlebih, obat Ivermectin ditegaskan BPOM merupakan obat keras. Perlu resep dokter untuk menggunakan obat Ivermectin.


Adapun penggunaan khusus untuk COVID-19, penelitian terkait tengah berlangsung di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. Ada sejumlah RS yang disebut BPOM terlibat dalam penelitian tersebut.


Selain itu, Ivermectin juga memiliki efek samping, berikut catatan efek samping Ivermectin menurut BPOM:


Nyeri otot

Nyeri sendi

Ruam kulit

Demam

Pusing

Sembelit

Diare

Mengantuk

Sindrom Stevens-Johnson.

"Badan POM RI terus memantau pelaksanaan dan menindaklanjuti hasil penelitian serta melakukan update informasi terkait penggunaan obat Ivermectin untuk pengobatan COVID-19 melalui komunikasi dengan World Health Organization (WHO) dan Badan Otoritas Obat negara lain," jelas BPOM dalam rilis resminya, dikutip Kamis (10/6/2021).


"Untuk kehati-hatian, Badan POM RI meminta kepada masyarakat agar tidak membeli obat Ivermectin secara bebas tanpa resep dokter, termasuk membeli melalui platform online. Untuk penjualan obat Ivermectin termasuk melalui online tanpa ada resep dokter dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku," pesan BPOM.

https://trimay98.com/movies/deadly-dream-woman/


Waspada Nobar Piala Eropa 2020 Berujung Klaster COVID, Catat Titik Lengahnya


Wakil Menteri Kesehatan RI, dr Dante Saksono, memperingatkan masyarakat tentang potensi penularan virus Corona saat nobar (nonton bareng) Piala Eropa 2020, yang akan dilaksanakan 11 Juni besok. Disebutkan, kekhawatiran ini muncul karena masih banyak masyarakat yang abai terhadap protokol kesehatan, terutama pada kelompok usia muda.

dr Dante mengatakan bisa saja orang yang mengikuti nobar tersebut tidak sadar bahwa dirinya telah terkena COVID-19. Namun, karena daya tahan tubuhnya masih kuat, ia tidak mengalami gejala Corona apa pun.


Hingga akhirnya, mereka tidak sadar menularkan virus tersebut ke orang lain. Kemudian COVID-19 kembali menyebar ke anggota keluarga di rumah.


"Biasanya yang tanpa gejala ini adalah orang-orang berusia muda. Kemudian menjadi gejala ketika mereka menularkan kepada kelompok anggota keluarganya yang sudah tua atau memiliki komorbid tertentu," kata dr Dante dalam sebuah diskusi virtual, Kamis (10/6/2021).


Oleh karena itu, dr Dante mengimbau agar masyarakat tetap patuh terhadap protokol kesehatan di mana dan kapan pun berada. Jangan sampai kegiatan nobar Piala Eropa 2020 menjadi ajang penularan virus Corona.


"Jadi saya imbau kepada masyarakat adanya Piala Eropa, adanya Lebaran, adanya hiburan, itu tetap kita harus menjaga protokol kesehatan. Walaupun kita tidak mempunyai gejala, tetapi kita mempunyai potensi untuk menularkan kepada orang-orang di sekitar yang kita cintai, yang mungkin akan menjadi lebih berbahaya daripada yang kita alami pada saat kita tidak bergejala," imbaunya.

https://trimay98.com/movies/trump-the-art-of-the-insult/

Beda Vaksin Sinovac Vs AstraZeneca, dari Efikasi Sampai Efek Samping

 Vaksin Sinovac dan Astrazeneca saat ini jadi vaksin COVID-19 yang paling banyak digunakan di Indonesia. Banyak yang membandingkan vaksin Sinovac vs AstraZeneca, apa sih bedanya?

Vaksin Sinovac dan AstraZeneca diketahui sudah mendapat izin dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sehingga efektivitas dan keamanannya terjamin. Namun, tetap ada beberapa perbedaan vaksin Sinovac dan AstraZeneca.

https://trimay98.com/movies/to-miss-with-love/


Mulai dari platform atau teknologi pengembangan vaksin, data efikasi, keluhan efek samping, hingga jarak pemberian dosis. Berikut penjelasan beda vaksin Sinovac vs AstraZeneca seperti dirangkum detikcom dari berbagai sumber:


1. Teknologi pembuatan

Vaksin Sinovac

Platform atau teknologi pengembangan vaksin Sinovac dan AstraZeneca berbeda. Vaksin Sinovac memanfaatkan virus SARS-COV-2 yang telah dimatikan (inactivated) untuk memicu respons imun. Metode ini sudah terbukti manjur dan telah digunakan dalam pengembangan vaksin lain, seperti vaksin flu dan vaksin polio.


Vaksin AstraZeneca

Sementara vaksin AstraZeneca menggunakan virus adeno hidup (adenovirus) yang telah dimodifikasi sebagai 'pengirim' protein khusus. Protein tersebut akan menginstruksikan sel tubuh untuk memproduksi sebagian kecil dari virus Corona yang kemudian memicu respons imun.


Adenovirus sendiri dikenal sebagai virus yang tidak berbahaya.


"Pada vaksin viral vector, virus yang tidak berbahaya ini akan masuk ke dalam sel di tubuh kita lalu mengirim instruksi pembuatan sebagian kecil virus penyebab COVID-19. Bagian tersebut merupakan protein mirip paku (spike protein) yang ditemukan pada permukaan virus COVID-19," tulis Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).


"Sel kemudian menampilkan protein ini, lalu sistem imun kita mengenalinya sebagai benda asing. Ini akan memicu sistem imun menghasilkan antibodi dan sel-sel imun lainnya untuk melawan apa yang dianggap sebagai infeksi," lanjut CDC.


2. Efikasi

Vaksin Sinovac

WHO menyebut vaksin Sinovac memiliki nilai efikasi mencegah 51 persen kasus COVID-19 bergejala pada orang berusia 18 tahun ke atas. Vaksin juga bisa mencegah kasus rawat di rumah sakit sampai 100 persen pada populasi penerima yang diteliti.


Sementara riset yang dilakukan oleh Indonesia menemukan efikasi vaksin Sinovac mencapai sekitar 65 persen.


Vaksin AstraZeneca

Vaksin AstraZeneca disebut WHO 63,09 persen efektif dalam mencegah kasus COVID-19 bergejala. Selain itu, AstraZeneca juga menyebut vaksin Corona buatannya 100 persen efektif mencegah penyakit parah karena COVID-19 dan rawat inap.


3. Efek Samping

Vaksin Sinovac

Perbedaan vaksin Sinovac dan AstraZeneca berikutnya adalah terkait efek samping yang ditimbulkan. Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) menyebut ada sekitar 10.000 laporan KIPI non-serius dan 200 KIPI serius terkait vaksin Sinovac hingga bulan Mei.


Kasus KIPI non-serius meliputi keluhan-keluhan ringan yang tidak membutuhkan perawatan dan bisa sembuh sendiri. Ini meliputi masalah demam, nyeri, mual, dan kelelahan usai divaksinasi.


Sementara KIPI serius adalah keluhan yang sampai membuat pasien dirawat inap. Ketua Komnas KIPI menegaskan seluruh keluhan KIPI serius tertangani dengan baik dan tidak ada pasien yang terbukti meninggal dunia karena vaksin.


Vaksin AstraZeneca

Komnas KIPI menyebut ada sekitar 9.000 kasus KIPI non-serius dan 18 kasus KIPI serius terkait penggunaan vaksin AstraZeneca hingga bulan Mei. Keluhan non-serius yang ditimbulkan vaksin AstraZeneca kurang lebih sama yaitu demam, nyeri, mual, hingga lelah.


Hanya saja untuk vaksin AstraZeneca diingatkan ada risiko terjadinya masalah pembekuan darah. Hal ini terutama terjadi pada penerima vaksin AstraZeneca berusia muda.


4. Rentang dosis

Vaksin Sinovac

Perbedaan vaksin Sinovac dan AstraZeneca yang terakhir adalah jeda pemberian dosis pertama dan kedua. Untuk memberikan efek perlindungan optimal, dua dosis vaksin Sinovac diberikan dalam rentang 28 hari atau tiga minggu.


Vaksin AstraZeneca

Perbedaan lain antara vaksin Sinovac vs AstraZeneca adalah vaksin AstraZeneca dosis kedua diberikan dalam rentang waktu 12 minggu atau sekitar tiga bulan. Perbedaan rentang waktu ini berdasarkan hasil studi yang melihat kapan pemberian dosis vaksin memberikan hasil efikasi terbaik.


"Interval antara 8-12 minggu berkaitan dengan efikasi vaksin yang lebih baik," tulis WHO.

https://trimay98.com/movies/call-girl-92/