UI dan UX merupakan bagian yang tak terpisahkan. Keduanya memiliki peranan vital terhadap pengalaman pengguna saat mengoperasikan produk-produk digital.
https://movieon28.com/movies/the-bait/
Bahkan, kepuasan pengguna terhadap aplikasi sangat berkaitan dengan kualitas pengalaman dan tampilan antarmukanya. Sayangnya, untuk membuat interface yang ramah pengguna tidak semudah yang dibayangkan.
Lead of Product Design Lead Tokopedia, Dicki Dahrurozak mengatakan desain produk yang baik tidak hanya sederhana, melainkan bisa memecahkan masalah yang dimiliki user atau pengguna secara optimal.
"Ini biasanya break it or make it sebuah produk bisa bagus di dunia nyata atau tidak. Karena inti dari produk yang bagus, desain yang bagus itu, pertama bagaimana desain ini bisa menyelesaikan masalah yang dimiliki user. Semua orang bisa ngedesain tapi apakah produk yang dia bikin ini sesuai apa yang diminati oleh user atau tidak," ujar Dicki dalam siaran Topcast Tokopedia bertajuk 'Rahasia UI/UX Ramah Pengguna' beberapa waktu lalu.
Selanjutnya adalah bagaimana pendekatan yang dipilih dalam menciptakan produk sesuai, baik itu pendekatan bisnis maupun pendekatan pengguna. Bila memakai pendekatan pengguna atau user approach maka poin ini masih berkaitan dengan poin pertama, yaitu proses desain UI/UX berfokus untuk menyelesaikan masalah sehari-hari user.
"Di Tokopedia focus on consumer. Gimana produk yang kita bikin fokusnya bakal tertuju ke konsumen. Di mana apa yang kita desain, ujung-ujungnya Toppers senang dan menyelesaikan masalah di kehidupan mereka," tuturnya.
Selain UI/UX designer, rupanya kesuksesan sebuah aplikasi di pasaran tidak terlepas dari peranan UI/UX researcher. Pasalnya, menurut Lead of Product and UX Research Tokopedia, Satkar Ulama proses riset hadir di sepanjang proses pembuatan produk, bahkan ada saat produk masih berbentuk ide melalui riset pasar.
"Kemudian kita mendapatkan insight-nya. Lalu produk mulai dibangun. Kemudian kita melanjutkan dengan user research untuk memahami lebih dalam mengenai journey seseorang menggunakan suatu produk atau fitur. Di situ prototype-nya kita tes dulu. Atau produknya kita evaluasi juga," terang Satkar.
Tidak berhenti sampai di situ, Satkar menyebut proses riset terus berlanjut sampai dengan produk diluncurkan. Hal ini bertujuan untuk mencari insight-insight baru agar bisa semakin meningkatkan pengalaman user saat berjelajah di aplikasi tersebut. Dia pun memberikan gambaran riset yang dilakukannya untuk mendukung program Mitra Tokopedia.
"Misalnya saat riset Mitra Tokopedia. Kita mulai dulu dengan market research. Kita keliling ke warung-warung di berbagai daerah untuk memahami perilaku warung owner itu seperti apa. Sampai akhirnya kita testing aplikasinya, dan seterusnya," paparnya.
Oleh karena itu, Satkar menilai seorang UI/UX research perlu memiliki visi yang akan diturunkan lewat inisiatif riset yang dibangun. Visi tersebut sebaiknya juga sejalan dengan kebutuhan organisasi.
"Kalau terkait inspirasi riset datang dari mana. Kita bisa pakai 2 pendekatan, yaitu driven by tim kita sendiri. Kita akan bercermin pada ground strategy Tokopedia. Yang kita pakai biasanya (ide) dari tim-tim, misalnya tim produk. Kemudian kita akan lihat tren di masyarakat," katanya.
Sementara itu, kondisi pandemi dinilai membawa sederet perubahan. Kondisi ini menuntut para praktisi UI/UX untuk memutar otak supaya platform yang ditampilkan bisa sesuai dengan kebutuhan pengguna selama pandemi COVID-19.