Rabu, 16 Juni 2021

Pakar FK-KMK UGM Ungkap Sederet Bahaya Virus Corona Varian Delta

  Indonesia mengalami lonjakan kasus virus Corona yang cukup signifikan dalam beberapa hari terakhir. Lonjakan kasus ini disebut akibat adanya varian Delta yang telah menyebar di sejumlah wilayah.

Ketua Tim Peneliti WGS SARS-CoV-2, FK-KMK UGM, dr. Gunadi PhD, SpBA yang melakukan genome sequencing varian Corona menemukan bahwa varian Delta terbukti menjadi penyebab lonjakan kasus di Kudus.


"Varian Delta ini terbukti meningkat setelah adanya transmisi antarmanusia dan sudah terbukti di populasi di India dan di Kudus," katanya dalam rilis di Kementerian Kesehatan, ditulis detikcom, Selasa (15/6/2021).


Ia juga memaparkan sederet bahaya dari varian Delta, mutasi yang pertama kali ditemukan di India. Semakin tua pasien COVID-19 maka varian Delta akan memperburuk kekebalan tubuh pasien tersebut.


Lebih buruk lagi, diketahui varian Delta ini bisa menginfeksi kembali pasien COVID-19 dan makin memperlemah kekebalan tubuh pasien. Padahal seharusnya apabila sudah terinfeksi COVID-19 pasien mendapatkan antibodi secara alami.


Varian Delta juga bisa menurunkan kekebalan tubuh seseorang dengan usia yang lebih tua meskipun sudah divaksinasi dua dosis.


"Dalam hal ini bisa dikatakan pemerintah sudah tepat menyasar target vaksinasi bagi golongan lanjut usia karena mereka kelompok yang rentan apabila tertular COVID-19 apalagi varian Delta," lanjut dr Gunadi.


dr Gunadi tak menampik interaksi sosial yang terjadi di masyarakat juga menyebabkan adanya kenaikan jumlah infeksi di Indonesia. Makin tinggi interaksi sosial yang terjadi, maka peluang terjadinya lonjakan kasus makin tinggi.


"Hipotesisnya adalah varian Delta sudah bertransmisi secara lokal di daerah Kudus karena masif. Bukan tidak mungkin transmisi lokal varian Delta sudah terjadi di daerah lain di Indonesia, hanya kita belum mendeteksi saja," ungkap dr Gunadi.

https://trimay98.com/movies/the-inspector-wears-skirts-ii/


Varian Corona Delta 'Menggila' di Kudus, Dinkes Telusuri Kontak Erat 28 Orang


Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus, Jawa Tengah melakukan tracing terhadap orang terkonfirmasi positif COVID-19 varian baru B1617.2 atau delta dari India. Sebelumnya sebanyak 28 sampel orang dinyatakan positif COVID varian Delta.

"Kita baru mendapatkan hasil tes whole genome sequencing (WGS), itu disampaikan dari 34 sampel didapatkan 28 di antaranya didapatkan varian baru itu ya," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus Badai Ismoyo kepada wartawan ditemui di kantornya, Selasa (15/6/2021).


Badai menjelaskan pihaknya saat ini masih melakukan pelacakan kontak erat terhadap orang yang terkena positif COVID-19 B1617.2 asal India. Disebutkan pihaknya akan mencari tahu apakah kontak erat juga terkonfirmasi varian Delta atau bukan.


"Lha dari 28 orang itu kan harus melakukan pelacakan terhadap 28 yang kita kirim. Di antaranya mencari kontak erat, kemudian kontak erat ketemu nanti dikalikan 10 saja, kita akan menjumpai 280 orang. Kita tindaklanjuti WGS apakah sama," ungkap Badai.


"Dimungkinkan diambil sampelnya, metodenya seperti itu. By name by address sudah ada, kita sebagai pengirim ada (identitasnya). Cuman itu medical record tidak boleh dibuka," sambung dia.


Badai juga masih melakukan pelacakan riwayat perjalanan dari 28 orang yang dinyatakan positif COVID-19 Delta. Dia belum memastikan 28 orang itu merupakan pekerja migran yang pulang ke Kudus.


"(Ditanya soal pekerja migran) Sedang dilakukan pelacakan, apakah punya riwayat perjalanan. Kita sedang mencari kontak eratnya, sebagai penular pertama bisa jadi. Dia pernah melakukan perjalanan apa tidak," ucapnya.

https://trimay98.com/movies/the-expendables-3/

RI Dihantui Varian Delta, Wilayah Mana Saja Sudah Terpapar? Ini Datanya

 Satgas COVID-19 membenarkan temuan kasus COVID-19 akibat varian Delta atau B1617.2 di Kudus, Bangkalan, dan DKI Jakarta. Namun, belum ada kepastian soal wilayah di RI mana saja yang sudah terpapar varian asal India tersebut.

Pasalnya hingga kini, belum cukup sampel penelitian yang memadai untuk memastikan persebaran varian Delta di kota-kota lain, serta awal penularan varian Delta di Indonesia.


"Perlu diketahui bahwa whole genome sequencing atau surveilans memang belum cukup meng-cover seluruh wilayah di Indonesia dan juga belum dilakukan secara detail tentang penelusuran asal virus ini kemudian menyebar ke mana, karena itu memerlukan WGS (whole genome sequence) atau samples yang jumlahnya lebih besar," ujar juru bicara Satgas COVID-19 dalam konferensi pers, Selasa (15/6/2021).


Dalam kesempatan sebelumnya, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyebut, salah satu strategi pemerintah menghadapi lonjakan kasus COVID-19 akibat varian Delta adalah percepatan vaksinasi dengan target 700 ribu-1 juta penerima per hari.


Mengingat, varian ini ditakutkan sejumlah ahli menyebar lebih cepat dengan gejala lebih berat dibandingkan varian Corona lainnya.


"Kami optimis bahwa vaksin yang ada memadai untuk bisa mencapai target tersebut karena ditetapkan dengan perhitungan ketersediaan vaksin dan target yang akan divaksinasi," beber Prof Wiku.


Ia menambahkan, mutasi virus normal terjadi, sehingga potensi hasil mutasi virus untuk lebih menular memang ada.


Namun karena vaksin-vaksin Corona yang ada kini telah memiliki tingkatan efikasi lebih dari 50 persen, ia meyakini ada kontribusi efektivitas vaksin menghadapi varian Delta, meski pemantauan lebih lanjut tetap diperlukan.

https://trimay98.com/movies/my-dear-son/


Pakar FK-KMK UGM Ungkap Sederet Bahaya Virus Corona Varian Delta


 Indonesia mengalami lonjakan kasus virus Corona yang cukup signifikan dalam beberapa hari terakhir. Lonjakan kasus ini disebut akibat adanya varian Delta yang telah menyebar di sejumlah wilayah.

Ketua Tim Peneliti WGS SARS-CoV-2, FK-KMK UGM, dr. Gunadi PhD, SpBA yang melakukan genome sequencing varian Corona menemukan bahwa varian Delta terbukti menjadi penyebab lonjakan kasus di Kudus.


"Varian Delta ini terbukti meningkat setelah adanya transmisi antarmanusia dan sudah terbukti di populasi di India dan di Kudus," katanya dalam rilis di Kementerian Kesehatan, ditulis detikcom, Selasa (15/6/2021).


Ia juga memaparkan sederet bahaya dari varian Delta, mutasi yang pertama kali ditemukan di India. Semakin tua pasien COVID-19 maka varian Delta akan memperburuk kekebalan tubuh pasien tersebut.


Lebih buruk lagi, diketahui varian Delta ini bisa menginfeksi kembali pasien COVID-19 dan makin memperlemah kekebalan tubuh pasien. Padahal seharusnya apabila sudah terinfeksi COVID-19 pasien mendapatkan antibodi secara alami.


Varian Delta juga bisa menurunkan kekebalan tubuh seseorang dengan usia yang lebih tua meskipun sudah divaksinasi dua dosis.


"Dalam hal ini bisa dikatakan pemerintah sudah tepat menyasar target vaksinasi bagi golongan lanjut usia karena mereka kelompok yang rentan apabila tertular COVID-19 apalagi varian Delta," lanjut dr Gunadi.


dr Gunadi tak menampik interaksi sosial yang terjadi di masyarakat juga menyebabkan adanya kenaikan jumlah infeksi di Indonesia. Makin tinggi interaksi sosial yang terjadi, maka peluang terjadinya lonjakan kasus makin tinggi.


"Hipotesisnya adalah varian Delta sudah bertransmisi secara lokal di daerah Kudus karena masif. Bukan tidak mungkin transmisi lokal varian Delta sudah terjadi di daerah lain di Indonesia, hanya kita belum mendeteksi saja," ungkap dr Gunadi.

https://trimay98.com/movies/men-in-black-3/