Senin, 09 Desember 2019

Mentan Ajak Masyarakat Cintai Pangan Lokal

 Indonesia dikenal sebagai negara kaya penghasil pangan lokal dengan keanekaragaman sumber pangan yang sangat besar. Karena itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengajak masyarakat untuk mencintai pangan lokal.

Syahrul mengatakan tidak hanya sehat dan bergizi, pangan lokal juga penting dalam memperbaiki kualitas konsumsi masyarakat, dan di dalamnya ada peran UMKM yang sangat besar dalam mewujudkan pola pangan impian tersebut.

"Ini bukan hanya program pemerintah, ini adalah gerakan bersama, bukan hanya Kementerian Pertanian, atau Kementerian Koperasi, ini urusan rakyat, urusan kita semua, semua bisa jalan apabila ada kebersamaan diantara kita, termasuk UMKM yang kita ketahui memiliki ketahanan usaha yang luar biasa, dan salah satu penopang perekonomian bangsa," ungkap Syahrul dalam keterangan tertulis, Minggu (8/12/2019).

Oleh karena itu, melalui pergelaran acara pangan lokal berbasis UMKM di Benteng Vredeburg Yogyakarta, sebanyak 4000 masyarakat dan pelaku UMKM hadir dan mendukung gerakan ini.

Lebih lanjut, Syahrul mengungkapkan pangan lokal merupakan bagian dari budaya, dan budaya tersebut harus dijaga dan ditingkatkan baik dari sisi kuantitas maupun kualitasnya secara masif, dan gerakan itu harus dimulai dari diri sendiri.

"Kita harus membiasakan diri mengkonsumsi pola makan yang sehat dengan pangan lokal yang baik, kita bisa karena terbiasa, kebiasaan ini juga saya terapkan ke diri sendiri, memang harus dipaksa sedikit, tapi pasti bisa, mulai dari diri sendiri dulu," ungkapnya.

Syahrul menambahkan mencintai pangan lokal, juga sama artinya dengan mencintai petani Indonesia, dari kaum milenial, perbankan, hingga pelaku UMKM, harus mengambil peran lebih dari peluang yang diberikan di bidang pangan, dan pemerintah berkomitmen mendukung penuh upaya tersebut.

"Kaum milenial bisa ikut berperan, sekarang anak anak milenial punya startup, semangat muda itu yang harus kita tangkap, kita konsentrasi juga untuk anak milenial agar ikut membangun pertanian khususnya di bidang pangan lokal," kata Syahrul.

Sementara itu, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X, menyatakan pangan sebagai kebutuhan dasar sangat menentukan kelangsungan hidup rakyat, ketidakcukupan pangan berpotensi mengguncang stabilitas sosial dan ketahanan nasional.

"Kenyataan ini menunjukkan bahwa pangan merupakan hal yang sangat strategis, karena menjadi penentu ketahanan keamanan sosial dan politik negara, tidak mengherankan jika pangan menjadi bagian penting dari kebijakan ekonomi di semua negara, pangan juga merupakan hak asasi," terang Sri Sultan.

Ia menyebut pangan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani sebagai produsen, dan berkontribusi menyediakan bahan pangan yang cukup bagi rakyat, kegiatan ketahanan pangan hendaknya dapat terus ditingkatkan dan dikembangkan, misalnya dengan mendorong terwujudnya desa mandiri pangan, penanganan desa rawan pangan, keanekaragaman pangan berbasis pangan lokal, dan peningkatan kemandirian pangan.

"Dalam kerangka itulah DIY menerapkan program aksi penganekaragaman pangan lokal, penguatan kedaulatan pangan melalui gelar pangan lokal berbasis UMKM pada hari ini, ke depan perlu dilakukan identifikasi pertanian, dengan penerapan teknologi pertanian tepat guna, agar dapat meningkatkan daya saing pertanian," terang Sri Sultan.

Semantara itu Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi mengatakan tujuan utama penyelenggaraan acara ini adalah untuk meningkatkan nilai tambah pada pangan lokal , dan bagian dari implementasi tugas besar pemerintah dalam menggerakan dan mengembangkan UMKM.

"Harapannya bisa meningkatkan nilai tambah pangan lokal, dan menumbuhkan kemitraan dalam hal produksi pangan lokal, ini mencakup sisi hulu hingga ke hilir," ungkap Agung.

Selain meningkatkan nilai tambah dan pengembangan UMKM, Gerakan cinta pangan lokal ini diharapkan Agung turut berkontribusi positif dalam menekan angka kehilangan dan pemborosan pangan (food loss and waste).Hal ini menyusul data Economist Intelligence Unit (EIU) yang menyebut food loss and waste di Indonesia menyentuh angka 300 kg/kapita/tahun, tertinggi kedua di dunia setelah Arab Saudi.

"Pangan lokal berbasis UMKM, berpotensi besar mengurangi food loss, sekaligus juga mengedukasi dan mendorong masyarakat untuk mengkonsumsi pangan lokal, nantinya juga akan berdampak besar dalam mengurangi angka food waste di Indonesia," terang Agung.

Jokowi Sentil Basuki: Ayam di Rest Area Kok Itu-itu Lagi

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyinggung soal eksistensi perusahaan kopi dan ayam goreng yang sudah mendominasi di Indonesia. Dalam pembukaan rapat terbatas (ratas) mengenai pemberdayaan UMKM tahun 2020 perusahaan lokal harus lebih mendominasi.

"UMKM ini sudah saya ulang-ulang ke Menteri PU (Basuki Hadimuljono), Menteri Perhubungan (Budi Karya) untuk mengisi sentra-sentra ekonomi di kawasan infrastruktur yang baru yang telah dibangun," kata Jokowi di kantor Presiden, Jakarta, Senin (9/12/2019).

"Misalnya rest area jalan tol, rest area di jalan tol isi dengan produk-produk brand lokal, karena yang lalu-lalu kita lihat kalau rest area itu pasti isinya kalau kopi ya kopi itu, kalau ayam ya ayam itu, nggak usah saya sebutkan saya kira Bapak Ibu tahu semuanya, ini mulai harus digeser" tambahnya.

Menurut Jokowi, produk kopi lokal dan ayam goreng lokal saat ini memiliki kualitas yang bagus. Bahkan, banyak kopi lokal dan ayam goreng lokal yang digemari oleh masyarakat.

"Yang rasanya tidak kalah. Lebih enak dan lebih murah. Sepertiga lebih murah, itu yang dipasang. Kok yang itu-itu aja, ayam juga sama, ayam kan banyak sekali, masa yang dipasang di depan rest area pasti ayam itu-itu saja," tegas Jokowi.

Eks Gubernur DKI Jakarta ini mengungkapkan bahwa pemberdayaan UMKM nasional harus menjadi komitmen bersama. Lokasi yang akan mengutamakan UMKM lokal adalah rest area di jalan tol Trans Sumatera.

"Lampung sampai ke Aceh itu berapa ada rest area? Pasang dong brand-brand lokal kita baik yang belum jadi di tol di Jawa juga sama rest area tolong diisi oleh UMKM kita," katanya.

Tidak hanya itu, Jokowi juga meminta setiap kementerian/lembaga (k/l) untuk merancang skema pemberdayaan UMKM lebih konkret. Salah satunya dalam proses pengadaan barang dan jasa diprioritaskan produk UMKM.

Khusus kepada Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP) untuk memasukkan produk UMKM dalam sistem e-purchasing dan e-katalog.

"Ini juga penting, jangan sampai yang masuk justru yang gede-gede, yang kecil ditinggal. Ini saya ingat lagi urusan cangkul. Cangkul lokal dimasukkan ke e-katalog harganya separuh lebih murah dari yang impor. Ini kalau nggak ngambil dari sini ya kebangetan," ungkap Jokowi.

"Produk UMKM juga berikan ruang untuk masuk dan disiapkan ke-5 destinasi wisata baru, disiapkan terlebih dahulu mulai dari sekarang sehingga saat barang itu jadi, mereka sudah bisa masuk," tambahnya.

Mentan Ajak Masyarakat Cintai Pangan Lokal

 Indonesia dikenal sebagai negara kaya penghasil pangan lokal dengan keanekaragaman sumber pangan yang sangat besar. Karena itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengajak masyarakat untuk mencintai pangan lokal.

Syahrul mengatakan tidak hanya sehat dan bergizi, pangan lokal juga penting dalam memperbaiki kualitas konsumsi masyarakat, dan di dalamnya ada peran UMKM yang sangat besar dalam mewujudkan pola pangan impian tersebut.

"Ini bukan hanya program pemerintah, ini adalah gerakan bersama, bukan hanya Kementerian Pertanian, atau Kementerian Koperasi, ini urusan rakyat, urusan kita semua, semua bisa jalan apabila ada kebersamaan diantara kita, termasuk UMKM yang kita ketahui memiliki ketahanan usaha yang luar biasa, dan salah satu penopang perekonomian bangsa," ungkap Syahrul dalam keterangan tertulis, Minggu (8/12/2019).

Oleh karena itu, melalui pergelaran acara pangan lokal berbasis UMKM di Benteng Vredeburg Yogyakarta, sebanyak 4000 masyarakat dan pelaku UMKM hadir dan mendukung gerakan ini.

Lebih lanjut, Syahrul mengungkapkan pangan lokal merupakan bagian dari budaya, dan budaya tersebut harus dijaga dan ditingkatkan baik dari sisi kuantitas maupun kualitasnya secara masif, dan gerakan itu harus dimulai dari diri sendiri.

"Kita harus membiasakan diri mengkonsumsi pola makan yang sehat dengan pangan lokal yang baik, kita bisa karena terbiasa, kebiasaan ini juga saya terapkan ke diri sendiri, memang harus dipaksa sedikit, tapi pasti bisa, mulai dari diri sendiri dulu," ungkapnya.