Aokigahara disebut sebagai salah satu tempat terseram di dunia dari Jepang. Inilah hutan yang sering jadi lokasi bunuh diri!
Aokigahara terletak di bagian barat laut Gunung Fuji, sekitar 100 kilometer sebelah barat Tokyo. Dengan luas 30 kilometer persegi, hutan tersebut cukup subur akibat curahan lahar yang berasal dari Gunung Fuji ketika gunung tersebut meletus tahun 864.
Namun, bukan keindahannya yang membuat Aokigahara terkenal mendunia. Melainkan, hutan ini terkenal sebagai tempat bunuh diri paling favorit bagi warga Jepang.
Aokigahara mulai pamor pada tahun 1961. Kala itu, Tower of Waves, novel karya Seicho Matsumoto terbitan 1961 berisi aksi bunuh diri sepasang kekasih di Hutan Aokigahara
Buku lain, The Complete Manual of Suicide (1993) karya Wataru Tsurumi, menggambarkan Aokigahara sebagai 'tempat sempurna untuk meninggal dunia'. Buku-buku itu terjual jutaan eksemplar.
Beberapa film juga mengambil popularitas Aokigahara. Ada setidaknya dua film yang terinspirasi oleh reputasi Aokigahara, yakni Sea of Trees (2015), yang dibintangi Mathhew McConaughey, dan film horor The Forest yang dirilis 2016 lalu. Ada pula sejumlah acara televisi yang membahas Aokigahara di sejumlah negara.
Menilik lebih jauh ke belakang, hutan Aokigahara diyakini dulu pernah menjadi tempat untuk tradisi 'Ubasute'. Tradisi ini yakni 'membuang' orang-orang tua atau manula yang sudah sakit-sakitan. Para manula tersebut ditinggalkan di Aokigahara, sampai meninggal dunia.
Oleh sebab itu, masyarakat Jepang percaya, ada banyak sekali arwah-arwah gentayangan di sana. Arwah-arwah yang akan mengajak untuk mati!
Menurut laporan pemerintah Jepang, lebih dari 100 orang melakukan bunuh diri di Aokigahara antara 2013 dan 2015. 100 Orang tersebut pun berasal dari luar wilayah Tokyo, yang artinya memang niat melakukan aksi bunuh diri di Aokigahara.
"Tidak mengherankan kalau menemukan jenazah di sana," terang profesor antropologi dari Jepang, Karen Nakamura seperti dilansir dari CNN.
Mengapa orang Jepang ingin bunuh diri di Aokigahara?
"Banyak orang telah bunuh diri di Aokigahara, dengan begitu Anda tidak akan mati sendirian. Itu sebabnya, orang-orang mau bunuh diri di sana karena bagaikan ada teman atau orang-orang lain yang mendukungnya," jawab Nakamura.
Usut punya usut, Jepang masuk dalam datar negara maju dengan angka bunuh diri tertinggi. Menurut laporan World Health Organization (WHO), ada 15 kasus bunuh diri per 100.000 populasi yang dipecah menjadi 9 untuk wanita dan 21 untuk pria.
"Bunuh diri adalah fenomena yang sangat kompleks dengan banyak faktor," tegas Nakamura.
Berbagai analisis menunjukkan, penyebab bunuh diri di Jepang adalah krisis ekonomi yang melanda negara itu pada akhir 1990-an. Studi lain menyebut, seiring perkembangan zaman kini faktor bunuh diri di Jepang dikarenakan akademis, depresi, terlalu banyak pekerjaan, finansial, dan pengangguran.
"Bagi orang Jepang, bunuh diri dianggap keputusan yang rasional. Salah satu syarat untuk bunuh diri adalah 'jiketsu,' yang berarti memutuskan sendiri," kata Nakamura.
Pemerintah Jepang tidak tinggal diam. Sudah dari 10 tahun silam, pemerintah Jepang memasang rambu-rambu larangan bunuh diri, petugas hutan, sampai kamera pengawas di Aokigahara. Supaya mencegah, setidaknya mengurangi angka orang-orang yang bunuh diri di sana.